TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Politik Kemanusiaan Paus Fransiskus

Penting bagi manusia dan hak-haknya

Ilustrasi Paus Fransiskus (Instagram @franciscus)

Seperti yang kita ketahui bersama, Paus Fransiskus akan berkunjung ke Indonesia pada 3-6 September 2024. Dalam lawatannya ini, tentu pemimpin umat Katolik dunia tersebut membawa pesan penting, baik untuk umat Katolik maupun Indonesia sendiri, yakni tentang iman, persaudaraan, dan belarasa.

Hal itu juga sudah tercermin dalam tiga ensiklik Paus Fransiskus sendiri. Tapi selain itu, politik kemanusiaan Paus Fransiskus juga selalu ditekankan. Seperti apa itu? Berikut penjelasannya.

1. Mengenal tiga ensiklik Paus Fransiskus

Paus Fransiskus saat memimpin misa. (instagram.com/franciscus)

Paus Fransiskus memiliki tiga ensiklik, yakni Lumen Fidei (2013), Laudato Si (2015), dan Fratelli Tutti (2020). Lumen Fidei membicarakan tentang terang iman, Laudato Si tentang krisis lingkungan, dan Fratelli Tutti membahas persaudaraan universal.

Semua ensiklik ini memiliki peranan penting yang juga tentunya akan dibawa Paus saat berkunjung ke Indonesia. Pasalnya, tujuan dari ensiklik ini pada dasarnya untuk mencapai keadilan dan kebaikan bersama.

Baca Juga: Profil Paus Fransiskus, Pemimpin Katolik Kunjungi Indonesia

2. Ensiklik “Fratelli Tutti” Paus Fransiskus

Paus Fransiskus saat memimpin misa. (instagram.com/franciscus)

Politik kemanusiaan Paus Fransiskus sebenarnya sudah dijelaskan dalam salah satu ensikliknya, yakni Fratelli Tutti yang berarti "Semua Saudara". Mengutip laman Vatican, ensiklik ini mengenai persaudaraan dan persahabatan sosial. Ke mana pun Paus pergi, ia menabur benih perdamaian dan berjalan berdampingan dengan orang-orang miskin, orang-orang terlantar, orang-orang lemah, dan orang-orang buangan, saudara-saudarinya yang paling hina.

Dalam ensiklik ini, Paus ingin menyampaikan keprihatinannya akan tendensi populisme, penggunaan jargon-jargon populer hanya untuk kepentingan sendiri, dan liberalisme politik, yang hanya melayani kepentingan ekonomi mereka yang berkuasa. Paus juga menggarisbawahi bahwa kebijakan politik yang dibuat sering menghasilkan kesenjangan sosial-ekonomi, kerusakan lingkungan maupun perang.

Pemimpin politik justru sibuk melayani dirinya sendiri maupun kepentingannya, sehingga tidak mau mendengarkan suara masyarakat. Mereka tidak membuka ruang dialog terbuka maupun kerjasama yang melibatkan semakin banyak pihak dan melayani semakin banyak pihak.

Kewajiban untuk melayani ini memang melekat pada kekuasaan. Jadi, semakin tinggi kekuasaan semakin besar tanggungjawab akan melayani. Paus pun menegaskan bahwa menjadi politisi dan pelayan publik adalah sebagai panggilan.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya