TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Contoh Naskah Drama Singkat, Banyak Tema!

Naskah drama dengan ragam tema

Ilustrasi drama (pexels.com/cottonbro studio)

Tentu kamu sudah tidak asing yang namanya drama. Mengutip ThoughtCo, menurut ahli sejarah Robert Longley, drama adalah penggambaran peristiwa fiksi atau non-fiksi melalui pertunjukan dialog tertulis (baik prosa maupun puisi). Drama dapat dipertunjukkan di atas panggung, film, atau radio. Drama biasanya disebut juga dengan lakon dan penciptanya dikenal sebagai penulis lakon atau dramawan.

Untuk membuat drama menjadi dramatis, penulis berusaha membangun cerita yang selalu membuat penonton bertanya-tanya atau menebak-nebak. Nah, bagi kamu yang membutuhkan contoh naskah drama singkat, berikut di antaranya!

1. Naskah Drama Singkat: Malin Kundang

ilustrasi membaca naskah (unsplash.com/hisu lee)

Pemain: Malin Kundang, Mande (Ibu Malin Kundang), dan Puteri

Prolog

Malin Kundang adalah seorang anak yang telah lama merantau meninggalkan tanah kelahirannya. Ia mengembara mengadu nasib demi mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Ia meninggalkan Mande, ibu kandungnya seorang diri di tanah kelahirannya. Singkat cerita, akhirnya Malin Kundang berhasil menikah dengan seorang putri saudagar kaya raya. Ia pun kembali ke tanah kelahirannya bersama sang putri.

Dialog

Malin: “Istriku, inilah tanah kelahiranku dulu (sambil menunjuk ke arah daratan dari atas perahu yang bersandar).”

Puteri: “Sungguh indah sekali tanah kelahiran kau ini Kanda.”

Mande: “(berlari tertatih-tatih setelah mendengar kabar bahwa anaknya sudah sukses dan pulang) Malin! Kau kah itu, Nak? (berteriak-teriak kegirangan).”

Puteri: “Siapakah wanita tua itu Kanda?”

Malin: “(menyembunyikan wajah terkejut ketika melihat ibunya berlari ke arah perahu) Kanda tak tahu Dinda. Mungkin itu hanya pengemis yang ingin meminta sedikit sumbangan dari kita saja. Sudah jangan pedulikan lagi dia.”

Mande: “Malin, ini ibumu nak. Sudah lupakah kau pada ibu yang telah mengandung dan membesarkan kau ini Malin?”

Malin: “Wahai wanita tua! Jangan sekali-kali kau berani mengaku sebagai ibuku. Enyahlah kau! Ibuku bukan wanita tua renta sepertimu, dan ibuku sudah lama meninggal. Pergi kau dari sini! Jangan sampai kau mengotori kapalku ini! (berteriak emosi sambil menunjuk ke ibunya).”

Mande: “(mendengar kata-kata anaknya, ia menangis menahan kesedihan) Ya Tuhan, kenapa pula anakku berubah menjadi seperti ini? Apa salahku ini Tuhan? Jika memang ia bukan anakku maka maafkanlah ia yang telah menghinaku ini. Namun, jika ia benar anakku si Malin Kundang maka hukumlah dia yang telah durhaka itu (sambil menengadahkan tangan memohon kepada Tuhan).”

Tiba-tiba terdengar suara gemuruh, petir datang menggelegar. Badai besar tiba-tiba datang dan kapal Malin Kundang terbalik. Seketika kilat menyambar tubuh Malin dan istrinya. Anehnya, mereka berdua kemudian berubah menjadi batu. Itulah kekuatan doa seorang ibu. Jangan sampai kita menjadi anak yang durhaka kepada kedua orangtua.

2. Naskah Drama Singkat: Toleransi Keberagaman Agama

ilustrasi penulis membaca naskah buatannya (pexels.com/SHVETS production)

Pemain: Edo, Bagas, Novi, Nara, Gita

Edo dan Bagas merupakan dua sahabat yang sudah lama bersama sejak mereka masih kecil. Meskipun menganut agama yang berbeda, hal ini tidak membuat keduanya menjadi jauh. Keduanya bertemu dengan Gita, Novi, dan Nara saat hari pertama masuk SMA minggu lalu. Mereka masih berusaha untuk saling mengenal satu sama lain dan menjadi teman yang lebih akrab.

Novi: “Kemarin Gita mengirimkan link tempat jualan bakso yang lagi viral. Kalian mau coba bareng atau tidak?”

Nara: “Boleh. Tempatnya lumayan jauh ya. Bagaimana kalau kita berangkat kesana jam 4 sore?”

Gita: “Mau besok saja mencoba baksonya?”

Edo: “Bagus tuh. Lebih cepat justru lebih baik.”

Bagas: “Bukankah besok jadwalmu untuk pergi beribadah ke gereja ya, Do?’

Edo: “Oh iya, aku lupa! Kalian pergi saja dulu kalau begitu.”

Novi: “Kita kan ke sana bersama, Do. Lakukan saja dulu kewajibanmu ke gereja. Kita masih bisa kesana besok lusa.”

Gita: “Betul. Kalian bisa kan pergi lusa sore?”

Nara: “Bisa kok.”

Bagas: “Kalau begitu lusa ya. Berangkat dari rumahku saja lebih dekat ke sana.”

Edo: “Terima kasih ya. Aku pamit dulu, sampai ketemu hari lusa!”

Nara: “Hati-hati di jalan!”

3. Naskah Drama Singkat: Pesta Ulang Tahun yang Tak Terlupakan

ilustrasi drama kehidupan (pexels.com/Mike Bird)

Babak 1: Di Rumah Lisa

Lisa: “(gembira) Hari ini adalah ulang tahunku yang spesial!”

Ryan: “(berkata) Kami siap untuk merayakannya denganmu, Lisa!”

Eka: “(datang dengan kue) Kue ulang tahunmu sudah siap, Lisa.”

Rina: “(tiba-tiba teringat) Tunggu, kita lupa mengundang Aldo!”

Aldo: “(datang dengan senyum) Siapa yang memanggilku?”

Babak 2: Perayaan Ulang Tahun

Lisa: “(senang) Aldo, kami lupa mengundangmu ke pesta ulang tahunku!”

Ryan: “(bingung) Maafkan kami, Aldo.”

Eka: “(menyadari kesalahan) Kami sangat menyesal.”

Rina: “(meminta maaf) Kami ingin kamu ikut merayakan hari istimewa ini.”

Aldo: “(menerima permintaan maaf) Tidak apa-apa, teman-teman. Yang penting adalah kita bisa bersama sekarang.”

Babak 3: Merayakan Bersama

Lisa: “Sekarang, mari kita makan kue dan merayakan ulang tahunku!”

Ryan: “Tidak masalah, kita masih punya waktu untuk merayakannya bersama.”

Eka: “(menghias kue) Dan kita akan merayakan dengan semangat!”

Rina: “(senang) Terima kasih, Aldo, karena datang dan memaafkan kami.”

Aldo: “(tersenyum) Tidak perlu terima kasih. Teman-teman adalah hadiah terbaik dalam ulang tahunku yang terlupakan ini.”

Baca Juga: 5 Alasan Pentingnya Mindfulness ketika Proses Menulis Naskah Novel

4. Naskah Drama Singkat: Di mana Letak Ponselku?

ilustrasi drama musikal (pexels.com/cottonbro)

Pemain: Ilham, Rian, Ega, Ria, Elsa

Terdapat lima orang sahabat yang sudah mengenal satu sama lain sejak saat mereka SD. Kelima sahabat tersebut diantaranya Ilham, Rian, Ega, Ria, dan juga Elsa. Setiap hari Sabtu malam, mereka berlima selalu menghabiskan waktu bersama untuk nongkrong di cafe. Namun di hari itu, Elsa kehilangan HP yang dibawa dan bertanya kepada teman-temannya apakah melihat di mana dirinya terakhir meletakkan barangnya tersebut.

Elsa: “Aduh! Kalian melihat di mana aku menaruh HP-ku? Aku tidak bisa menemukannya.”

Rian: “Tidak ada yang melihat, Sa. Kamu tadi taruh mana memangnya?”

Ega: “Coba kamu ingat lagi. Tadi turun dari motor yakin sudah kamu bawa ke sini?”

Elsa: “Yakin. Aku sudah cek di motor dan tidak ada di sana. Kalian benar-benar nggak ada yang melihat ya?”

Ilham: “Kalau aku tahu, pasti sudah kasih tahu ke kamu sejak tadi. Buat apa kita menutupi hal penting seperti ini?”

Tanpa Ilham dan Rian sadari, Ria melihat bagaimana keduanya menyembunyikan sebuah kebenaran. Dirinya tidak mengatakan apa pun untuk menunggu bagaimana reaksi yang diberikan oleh kedua temannya tersebut.

Ria: “Kita ini sudah lama berteman dan mengenal satu sama lain. Tentunya tidak baik kalau berbohong, bukan?”

Ega: “Maksud kamu apa, Ria?”

Ria: “Aku tidak tahu apakah niat dari yang menyembunyikan HP Elsa hanya bercanda saja. Apakah mereka sebenarnya berniat untuk mengambil barang yang bukan miliknya tersebut. Akan tetapi, Elsa di sini panik. Kalau memang niatnya hanya bercanda, ini sudah tidak lucu lagi."

Ilham dan Rian perlahan mengeluarkan HP yang mereka sembunyikan dari Elsa.

Rian: “Ini, Sa. Tadi kita niatnya hanya bercanda saja.”

Ilham: “Kita mohon maaf ya, Sa. Tadinya tidak terpikiran kalau kamu sampai sepanik ini.”

Elsa: “Lain kali jangan diulangi lagi, ya. Bercanda boleh, tapi tahu batasannya.”

Rian dan Ilham: “Siap!”

 

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya