TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Apa Itu Haus Validasi? Penyebab hingga Cara Mengatasinya

Salah satu istilah yang populer di media sosial

ilustrasi selfie (pexels.com/Vinicius Wiesehofer)

Intinya Sih...

  • Istilah ‘haus validasi’ populer di media sosial, terutama TikTok
  • Haus validasi adalah keinginan kuat untuk mendapat pengakuan dari orang lain
  • Validasi bisa berdampak positif jika seimbang, tapi bisa merugikan jika berlebihan

Maraknya pengguna media sosial di penjuru dunia memberikan dampak yang luar biasa bagi masyarakat di berbagai lini kehidupan. Tak hanya itu, perkembangan media sosial yang semakin pesat turut melahirkan istilah atau kosa kata baru yang menjadi tren di kalangan pengguna medsos (media sosial).

Salah satu istilah yang kini ramai diperbincangkan adalah ‘haus validasi’. Bagi kamu yang sering bermain media sosial, khususnya TikTok, mungkin sudah tidak asing dengan bahasa gaul yang satu ini, bukan?

Namun, apakah kamu mengetahui apa arti haus validasi? Bagi yang belum tahu, yuk langsung baca penjelasan lengkapnya pada artikel ini!

1. Apa itu haus validasi?

ilustrasi selfie (pexels.com/cottobro studio)

Istilah ‘haus validasi’ menjadi populer di media sosial, terutama dalam platform TikTok. Frasa ‘haus validasi’ sendiri merupakan gabungan dari dua kata, yakni ‘haus’ dan ‘validasi’. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), haus memiliki arti ingin minum. Sedangkan validasi, menurut KBBI adalah penegasan atau pengujian kebenaran atas sesuatu.

Sehingga, frasa ‘haus validasi’ dapat dimaknai sebagai kondisi di mana individu memiliki keinginan yang kuat untuk selalu mendapatkan pengakuan atau penerimaan dari orang lain. Aleksandra Slijepcevic, seorang guru Yoga Vinyasa bersertifikat, dikutip Lifehack, mengungkapkan, keinginan untuk mendapatkan pengakuan bisa meliputi berbagai hal, misalnya berbagai hal yang telah diyakini, dilakukan maupun dikatakan.  

Sementara itu, dari laman Health Shots, seorang psikolog konseling, Dr. Preeti Kocchar, mengungkapkan, bahwa validasi sering kali melibatkan pemahaman dan penerimaan tentang emosional, kekuatan, ataupun pencapaian dari orang lain. Ketika seseorang menerima validasi, ia tidak hanya merasa dilihat dan didengarkan, melainkan juga merasa diterima.   

Media sosial dapat menjadi sarana untuk tetap terhubung dengan orang-orang yang memiliki minat yang sama dan merasa diterima. Oleh sebab itu, tak heran jika banyak orang sering menjadikan media sosial bukan hanya sebagai tempat untuk berkomunikasi dengan orang-orang yang berjauhan, tetapi juga mencari validasi dari orang lain. Sebagai contoh, saat kamu mengunggah gambar atau cerita di platform, berbagi foto atau video, keinginan untuk disukai dan dihargai mengambil alih.

2. Penyebab seseorang haus akan validasi

ilustrasi mendapat apresiasi (pexels.com/Theo Decker)

Dilansir PsychCentral, Shahida Arabi, MA, seorang penulis dan sudah ditinjau secara medis oleh Jennifer Litner, PhD, LMFT, CST, seorang terapis perkawinan dan keluarga berlisensi, menuliskan, bahwa sebenarnya validasi dari pihak eksternal itu baik dan terkadang juga dibutuhkan demi menjaga kesehatan mental diri sendiri. Namun, jika validasi menjadi berlebihan tentu akan menimbulkan bumerang bagi diri sendiri.

Dr. Kocchar menjelaskan, ada berbagai sebab yang mengakibatkan seseorang merasa haus akan validasi. Misalnya, harga diri yang rendah, merasa kesepian, cemburu, kurang percaya diri, hingga mengalami gangguan kepribadian tertentu. Arabi menambahkan, orang yang haus validasi pada usia dewasa juga bisa disebabkan karena menerima terlalu sedikit atau terlalu banyak pengakuan eksternal saat masih berusia kanak-kanak.

Ketika anak-anak tumbuh tanpa merasa dihargai atau menerima pujian dan dukungan dari orang tuanya, mereka mungkin mengalami kesulitan dalam mengendalikan emosi dan cenderung haus validasi ketika dewasa. Begitupun sebaliknya, saat anak-anak terlalu sering menerima pujian dan penilaian eksternal, mereka bisa tumbuh menjadi pribadi yang narsistik, sehingga merasa berhak memperoleh pengakuan karena sudah terbiasa sejak kecil.

3. Ciri-ciri seseorang yang haus validasi

ilustrasi karyawan bicara (pexels.com/Gustavo Fring)

Sikap haus validasi dapat terjadi kepada siapa saja. Jika kamu ingin mengetahui apakah termasuk seseorang yang haus akan validasi atau tidak, maka simak ciri-ciri yang telah kami rangkum dari PsychCentral berikut ini:

  • Sering membandingkan diri sendiri dengan orang lain dan merasa dirinya kurang jika orang lain tidak mengakui keunikan yang ada di dalam dirinya.
  • Mengalami kesulitan saat mengambil keputusan sendiri.
  • Berprestasi berlebihan dengan tujuan untuk mendapatkan pujian dari orang lain.
  • Tidak berani mengatakan ‘tidak’ karena takut dihakimi atau ditinggalkan.
  • Suka melebih-lebihkan keadaan hidup atau pencapaian diri demi mendapatkan simpati atau kesan dari orang lain.
  • Sering menghukum diri sendiri karena tidak dipilih atau diakui, misalnya dalam konteks pekerjaan, persahabatan, dan prestasi di sekolah.
  • Sering merasa tertekan ketika tidak menjadi pusat perhatian.
  • Enggan menerima kritik dan masukan dari orang lain karena merasa dirinya yang terbaik.

Baca Juga: Apa Itu Gen Ask yang Viral di Media Sosial?

4. Dampak mencari validasi dari orang lain secara terus-menerus

ilustrasi terpuruk (pexels.com/Mikhail Nilov)

Sikap haus validasi tentu bisa membuat kita semakin lemah dalam menjalani hidup. Slijepcevic mengemukakan, beberapa dampak yang akan terjadi jika seseorang mencari validasi dari orang lain secara terus-menerus, di antaranya:

  • Selalu merasa cemas

Haus validasi hanya akan membuka jalan bagi kecemasan untuk berkembang dalam diri kamu. Kecemasan yang terus berkembang, tentu akan mengakibakan depresi di kemudian hari. Ketika kecemasan dan depresi mulai mendominasi, ini akan membuatmu kesulitan dalam menjalani hidup.

  • Hilangnya rasa empati

Ketika kamu menganggap pengakuan dari orang lain adalah segalanya, hal itu bisa membuatmu sulit untuk menghargai ketika orang lain mengemukakan perasaan atau pikirannya kepadamu. Ini akan menghilangkan rasa empati dalam diri sendiri. Di samping itu, kritikan dan masukan menjadi hal yang kamu tolak mentah-mentah karena kamu merasa bahwa pujianlah satu-satunya yang pantas kamu terima.

  • Tidak lagi mendengarkan intuisi diri sendiri

Ketahuilah bahwa satu-satunya keputusan terbaik adalah keputusan yang datang dari diri sendiri. Ketika kamu haus validasi, kamu mungkin sudah tidak lagi mendengarkan firasat atau intuisimu dan cenderung mengandalkan bantuan orang lain untuk mengambil setiap keputusan.

Verified Writer

Delvi Ayuning

Menulis bukan sekadar menuangkan kata-kata lewat tulisan, tapi lebih dari itu.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya