8 Cara Menjadi Pemimpin yang Lebih Inklusif di Tempat Kerja
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Dalam era yang semakin menekankan nilai-nilai keberagaman, menjadi seorang pemimpin yang lebih inklusif di tempat kerja tidak hanya menjadi kebutuhan, tetapi juga suatu kewajiban. Kepemimpinan inklusif menjadi kunci penting untuk mengoptimalkan dan memberdayakan tim yang memiliki beragam pandangan, ide, dan perspektif.
Keberagaman dan inklusivitas ini juga membantu menciptakan lingkungan kerja yang lebih adil dan merata, serta mengurangi ketidaksetaraan dalam lingkungan kerja. Agar lingkungan kerja seperti ini bisa terwujud, diperlukan pula pemimpin yang lebih inklusif. Bagaimana cara menjadi pemimpin yang lebih inklusif di tempat kerja? Simak baik-baik artikel berikut ini, yuk!
1. Menciptakan lingkungan yang mendukung
Dilansir Indeed, Jennifer Herrity, seorang layanan karier profesional, menjelaskan, untuk menjadi pemimpin yang lebih inklusif di tempat kerja, penting untuk menciptakan lingkungan yang mendukung. Seorang pemimpin inklusif harus mengajak tim untuk berbagi tantangan mereka, baik di lingkungan kerja maupun kehidupan pribadi.
Dengan menciptakan suasana hangat, pemimpin dapat membuat anggota tim merasa lebih nyaman, termasuk, dan terlibat dalam kelompok. Ini bukan hanya tentang memecahkan tantangan pekerjaan, tetapi juga memahami dan mendukung aspek-aspek emosional dan pribadi dari setiap anggota tim.
2. Membangun budaya keterikatan
Membangun budaya keterikatan tidak selalu dengan acara happy hour perusahaan, ini lebih pada memberi kesempatan kepada karyawan untuk menjadi diri mereka yang paling produktif, kreatif, dan berkomitmen di tempat kerja. Cara ini dapat membina suasana nyaman untuk menyuarakan pendapat mereka.
Untuk menciptakan budaya keterikatan dan ruang yang aman bagi komunikasi, Christine J. Spadafor, dosen kepemimpinan strategis di Tuck School of Business Dartmouth College, dilansir U.S.News, menyatakan bahwa, para pemimpin harus mewujudkan beberapa sifat dan perilaku tertentu. Seperti menjadi pendengar yang baik. Ketika karyawan merasa didengar, mereka lebih cenderung memaksimalkan bakat mereka di tempat kerja.
"Pemimpin inklusif adalah pendengar aktif. Namun, mereka tidak hanya mendengarkan. Mereka menyadari bahwa mereka bukan orang paling cerdas di ruangan dan mereka tidak berusaha menjadi seperti itu," ujarnya.
3. Mengevaluasi kembali praktik perekrutan
Mengevaluasi ulang praktik perekrutan menjadi langkah krusial dalam menciptakan keberagaman di tempat kerja. Menurut Spadafor, organisasi perlu mendefinisikan kembali metode perekrutan mereka untuk mengatasi bias tak sadar yang sering kali merugikan beberapa kelompok.
Spadafor menekankan perlunya peninjauan atau melihat kembali cara kita mencari dan memilih orang untuk bekerja, serta menjadikannya lebih terbuka, adalah langkah penting untuk memastikan semua orang memiliki kesempatan yang adil. Metode-metode lama seringkali tidak adil dan bisa menghalangi individu berbakat karena bias dan sistem yang ketinggalan zaman
Untuk membuat proses perekrutan lebih inklusif, disarankan untuk memperluas jaringan perekrutan dan cari kandidat di tempat-tempat yang sering diabaikan. Selain itu, perlu juga untuk menciptakan deskripsi pekerjaan yang inklusif, mempertimbangkan keberagaman dalam arti luas, dan menambahkan variasi atau keberagaman dalam tim yang memilih orang untuk bekerja.
4. Menetapkan komunikasi yang jelas
Komunikasi yang jelas sangat penting dalam tim yang inklusif. Proses komunikasi yang teratur memastikan bahwa semua anggota tim memperoleh informasi secara bersamaan. Herrity menjelaskan, seorang pemimpin dapat memulainya dengan berbicara kepada anggota tim dan memahami metode komunikasi yang mereka pilih.
Editor’s picks
Melalui diskusi bersama, tim dapat merancang cara yang baik untuk memberikan informasi kepada semua anggota tim secara cepat. Ini membantu memastikan bahwa informasi disampaikan dengan jelas dan setiap anggota tim dapat terlibat dalam alur informasi dengan adil.
5. Mengintegrasikan DEI dalam budaya perusahaan
Keberagaman (Diversity), kesetaraan (Equity ), dan inklusi (Inclusion) di tempat kerja tidak hanya boleh dianggap sebagai kewajiban formal, namun harus dipahami dengan baik. Untuk mengintegrasikan keberagaman, kesetaraan, dan inklusi (DEI) dalam budaya perusahaan, penting bagi pemimpin perlu memastikan bahwa semua sistem, proses, dan kebijakan perusahaan mudah diakses oleh semua orang.
"Banyak dari proses dan kebijakan yang kita ikuti di tempat kerja dibuat beberapa dekade yang lalu dan belum pernah ditinjau atau diperbarui. Saya sangat menyarankan untuk mengaudit dan meninjau setiap proses, sistem, platform, dan alat yang digunakan perusahaan, dan merancangnya kembali untuk memprioritaskan kesetaraan, keberagaman, dan aksesibilitas," ujar Daniela Herrera, konsultan bakat dan DEI, dilansir U.S.News.
Baca Juga: 7 Kelemahan Pemimpin yang Seringkali Bersifat Subjektif, Tidak Adil
6. Mendorong kolaborasi
Untuk menciptakan lingkungan kerja inklusif, penting untuk mendorong kolaborasi dalam tim yang beragam. Sebagai pemimpin yang inklusif, langkah yang efektif adalah dengan secara aktif mendorong setiap anggota tim untuk berbagi ide dan bekerja bersama.
Herrity menjelaskan, pendekatan yang efektif bisa dilakukan dengan meminta bantuan pada suatu tugas dan melibatkan rekan tim dalam berkolaborasi, sambil menjelaskan manfaat yang dapat diperoleh oleh kedua belah pihak. Memimpin dengan contoh positif dan mendorong kolaborasi, pemimpin menciptakan budaya kerja di mana setiap anggota tim merasa dihargai dan didorong untuk berpartisipasi secara aktif.
7. Bersedia untuk terus belajar
Sebagai seorang pemimpin inklusif, penting untuk terus belajar ulang dan belajar kembali. Seorang pemimpin yang inklusif harus selalu mencari informasi baru yang dapat meningkatkan keterampilan kepemimpinan mereka. Hal ini dapat dicapai dengan membaca berbagai blog dan buku, mengikuti seminar, atau mendengarkan podcast yang relevan.
Dengan terus belajar tentang cara terbaik untuk menjadi pemimpin inklusif, seorang pemimpin dapat mengimplementasikan pelajaran-pelajaran tersebut dalam praktik sehari-hari. Selain itu, memperkuat keterampilan kepemimpinan mereka dan menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan berdaya saing.
8. Memiliki sikap yang positif
Sikap pemimpin dapat memengaruhi bawahannya. Inilah sebab seorang pemimpin inklusif perlu menunjukkan sikap yang positif dan penuh energi setiap hari. Ketika pemimpin inklusif mampu tetap optimis dan memberikan dorongan, anggota tim lainnya juga akan terdorong untuk berbuat demikian.
Selain itu, pemimpin inklusif juga perlu tetap rendah hati. Jika ada anggota tim yang memiliki cara yang lebih baik untuk melakukan suatu hal, pemimpin harus menerima dengan terbuka. Pemimpin membentuk tim dari individu yang beragam karena pemimpin tahu bahwa dia tidak tahu segalanya dan ingin terus belajar.
Penting untuk diingat bahwa inklusivitas bukan hanya nilai tambah, tetapi sesuatu yang harus ada dalam lingkungan kerja yang berkembang. Sikap dan tindakan pemimpin berperan dalam membentuk budaya organisasi yang menghargai keberagaman. Jadi, penting untuk selalu mengembangkan diri menjadi pemimpin yang lebih baik dan inklusif.
Baca Juga: 7 Alasan Pemimpin Harus Memiliki Ide Kreatif dan Inovatif
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.