5 Culture Shock Bekerja di Bali, Banyak Tanggal Merah yang Bikin Iri

Idaman banyak karyawan!

Semua orang setuju bahwa Bali adalah surga wisata yang menawarkan berbagai keindahan alam yang memukau. Tak ayal jika Pulau Dewata menjadi destinasi traveling favorit untuk mengusir penat.

Namun, siapa sangka, Bali juga kini menjadi tempat kerja impian bagi banyak orang. WFB alias Work from Bali pun menjadi tren yang populer di dunia kerja.

Bukan tanpa alasan, bekerja di Bali dinilai dapat mendukung work life balance, karena kamu bisa bekerja sembari menikmati panorama alam yang memanjakan mata. Belum lagi suasana pedesaan yang menjunjung tinggi slow living, sehingga kamu bisa menikmati dan menghargai momen lebih bermakna. Stres dan tekanan dijamin hilang seketika! 

Namun, ada sejumlah perbedaan budaya kerja yang tak jarang membuat orang mengalami culture shock saat bekerja di Bali. Apa sajakah itu? Simak ulasannya berikut ini, yuk!

Baca Juga: 6 Tips Cegah Culture Shock saat Kuliah di Luar Kota

1. Banyak libur yang bikin jatah cuti gak terpakai

5 Culture Shock Bekerja di Bali, Banyak Tanggal Merah yang Bikin Iriilustrasi perayaan di Bali (pixabay.com/alitdesign)

Bali lekat dengan budaya dan adat istiadat yang dipegang teguh oleh setiap masyarakat. Tak heran jika kamu menjumpai banyak perayaan dan upacara adat yang biasanya menjadi hari libur, yang berlaku bagi anak sekolah ataupun para karyawan. 

Misalnya, Hari Raya Galungan dan Kuningan yang dirayakan setiap 210 hari sekali, Nyepi yang merupakan hari raya Hindu, di mana seluruh aktivitas di Bali berhenti total, dan berbagai upacara desa yang juga tak ketinggalan. Alhasil, banyaknya hari libur ini membuat jatah cutimu menganggur!

2. Gaya hidup slow living yang damai

5 Culture Shock Bekerja di Bali, Banyak Tanggal Merah yang Bikin Iriilustrasi kehidupan di Bali (unsplash.com/Aditya Nara)

Kehidupan serbacepat menjadi hal yang lumrah di kota-kota besar. Berangkat jam 5 pagi untuk menghindari macet, pekerjaan yang menumpuk, jadwal padat, bahkan di akhir pekan, menjadi rutinitas tak terhindarkan. Tak ayal jika banyak orang merasa stres, tertekan, hingga burnout berkepanjangan ketika menjalani hidup fast-paced seperti ini.

Fenomena ini berbanding tebalik dengan yang ditemukan di Bali. Gaya hidup di Pulau Dewata cenderung lebih santai, karena masyarakat sangat menghargai keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Jadi, jangan heran jika melihat orang-orang duduk di kafe sambil bekerja atau menikmati waktu sore di pantai setelah seharian bekerja.

Meski begitu, ini tak berarti bahwa mereka tidak produktif. Mereka hanya memiliki pendekatan yang berbeda dalam bekerja. Di sini, tingkat produktivitas seseorang tidak diukur dari banyaknya jam kerja, melainkan seberapa efisien mereka untuk mengerjakan tugas di waktu yang singkat.

3. Biaya hidup yang beragam

5 Culture Shock Bekerja di Bali, Banyak Tanggal Merah yang Bikin Iripotret pasar tradisional di Bali (unsplash.com/mtsjrdl)

Bali menawarkan berbagai pilihan gaya hidup yang bisa disesuaikan dengan bujet. Dari akomodasi murah di homestay hingga villa mewah di pinggir pantai, semuanya ada di Bali. Biaya hidup di Bali bisa sangat beragam, tergantung dari lokasi dan gaya hidup.

Sebagai contoh, tinggal di Canggu atau Seminyak mungkin akan lebih mahal dibandingkan dengan tinggal di Ubud atau daerah pedesaan lainnya. Namun, dibandingkan dengan kota-kota besar lainnya, biaya kebutuhan hidup seperti makanan di Bali jauh lebih terjangkau.

Baca Juga: 5 Glamping di Ubud, dengan Views Alam yang Menawan

4. Masyarakat yang ramah

5 Culture Shock Bekerja di Bali, Banyak Tanggal Merah yang Bikin Iriilustrasi masyarakat Bali yang ramah (pixabay.com/innokurnia)

Salah satu hal positif yang kamu temui begitu menginjakkan kaki di Bali adalah keramahan dan kehangatan masyarakat lokal. Penduduk Bali terkenal dengan sikap ramah dan bersahabat terhadap pendatang.

Dalam lingkungan kerja, hal ini tercermin dari hubungan antar karyawan yang lebih erat dan saling suportif. Kamu akan merasakan kebersamaan dan rasa kekeluargaan yang solid, baik dalam aktivitas kerja maupun kegiatan sosial di luar kantor. Ini sering kali membuat para pekerja merasa lebih betah dan nyaman bekerja di Bali.

5. Transportasi umum masih terbatas

5 Culture Shock Bekerja di Bali, Banyak Tanggal Merah yang Bikin Iriilustrasi mengendarai sepeda motor di Bali (unsplash.com/Jeremy Bishop)

Meskipun Bali merupakan destinasi wisata internasional, infrastrukturnya masih memerlukan perbaikan. Transportasi umum yang terbatas menjadi culture shock bagi mereka yang terbiasa dengan transportasi yang lebih efisien di kota besar. Alhasil, banyak pekerja memilih sepeda motor untuk menghindari kemacetan dan memudahkan mobilitas.

Bekerja di Bali menawarkan pengalaman yang unik yang membuat kamu merasa culture shock saat menjalaninya. Namun beberapa di antaranya justru menjadi idaman banyak orang. Kira-kira, kamu mau join tren work from Bali juga gak, nih?

Baca Juga: 5 Tips Work From Bali dengan Nyaman, Kerja sambil Liburan

Nadhifa Arnesya Photo Verified Writer Nadhifa Arnesya

There's art in (art)icle. Hence, writing an article equals to creating an art.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Naufal Al Rahman

Berita Terkini Lainnya