5 Alasan Cowok Tak Perlu Ragu Menulis Karya Romansa, Perspektifmu Beda

#IDNTimesLife Genre yang banyak digemari, potensi cuan besar

Penulis karya romansa masih didominasi oleh cewek. Namun, bukan berarti cowok gak boleh atau memalukan apabila menulis puisi, cerita pendek, serta novel tentang percintaan. Sama seperti penulis cewek juga sangat boleh membuat karya genre lain seperti thriller atau menulis buku-buku politik, ekonomi, dan filsafat. Jika kamu cowok dan masih malu untuk berkarya di genre yang satu ini, artikel berikut dapat lebih memotivasimu.

Bila dorongan untuk menulis sudah muncul tapi kamu malah berusaha keras menahannya, pasti terasa menyiksa. Dirimu sudah punya gambaran tokoh, garis besar ceritanya, dan yakin hasilnya gak akan kalah bagus dari kisah-kisah romansa lainnya. Jangan sampai perkara jenis kelamin saja menghambatmu menjadi penulis terkenal.

Karya sastra apa pun tak memandang jenis kelamin penulisnya. Terpenting ialah isi karya itu sendiri. Mulailah mengikuti kata hatimu untuk menulis cerita romansa. Siapa tahu karya pertamamu bakal menarik banyak pembaca. Kami bantu meyakinkanmu buat mengotimalkan passion.

1. Cinta adalah perasaan universal yang dialami cewek dan cowok

5 Alasan Cowok Tak Perlu Ragu Menulis Karya Romansa, Perspektifmu Bedailustrasi penulis pria (pexels.com/Mikhail Nilov)

Hanya karena kamu cowok, bukan berarti dirimu tidak memiliki pengalaman seputar asmara. Bahkan bila bukan terkait pengalaman pribadi, kamu juga dapat belajar dari pengalaman orang-orang di sekitarmu. Pengalaman seputar cinta banyak diperoleh baik oleh cewek maupun cowok.

Bila penulis cewek dapat memanfaatkannya sebagai ide berkarya, dirimu juga bisa melakukan hal yang sama. Pengalaman adalah sumber ide yang paling mudah diperoleh serta diwujudkan menjadi cerita. Kisahnya bakal lebih mengalir ketimbang cerita yang mengandalkan imajinasi saja.

Menulis kisah romansa relatif lebih gampang daripada horor atau thriller karena cinta mewarnai kehidupan semua orang. Tapi tidak setiap orang mempunyai kepekaan apalagi ketertarikan dengan hal-hal mistik serta tragedi yang amat mengerikan. Cinta juga bukan hanya tentang dirimu pernah pacaran berapa kali.

Namun juga setiap rasa sayang yang tumbuh di hatimu untuk seseorang sekalipun dirimu tak berhasil menjalin hubungan dengannya. Maka kamu yang jomlo sampai hari ini pun masih sangat mungkin buat menulis karya romansa. Bahkan boleh jadi tulisanmu justru lebih menyentuh hati karena dirimu sangat memahami rasanya mencintai dalam diam.

2. Kamu bisa kasih sudut pandang yang berbeda dari penulis cewek

5 Alasan Cowok Tak Perlu Ragu Menulis Karya Romansa, Perspektifmu Bedailustrasi penulis pria (pexels.com/ROMAN ODINTSOV)

Cewek lebih terbiasa curhat daripada cowok. Ketika penulis cewek menulis kisah romansa, sudut pandangnya biasanya sangat mewakili rata-rata kaumnya. Kelemahannya, perasaan tokoh cowok malah bisa kurang tergarap dengan baik. Di sini ada peluang besar buat penulis cowok.

Kamu dapat membuat tokoh utama cowok saat banyak kisah romansa memiliki tokoh sentral cewek. Gali perasaan tokok cowok dalam ceritamu sampai pembaca mampu merasakan seandainya berada di posisinya. Karyamu tidak hanya lebih menarik karena jenis kelamin tokoh utamanya.

Tapi juga menjadi rujukan pembaca cewek yang ingin lebih memahami perasaan cowok ketika hubungannya bermasalah. Cerita romansa ciptaanmu juga dapat menjadi bahan belajar bagi penulis cewek supaya membangun kisah yang lebih berimbang. Tak hanya berat ke perspektif cewek. Sebab apa pun yang ada di benak cewek, cowok pun bisa merasa terluka oleh cinta.

Baca Juga: 5 Cara Kelola Penghasilan dari Menulis, Dapatnya Susah Jangan Boros

3. Daripada luka dan bahagiamu dipendam, mending dijadikan karya

5 Alasan Cowok Tak Perlu Ragu Menulis Karya Romansa, Perspektifmu Bedailustrasi penulis pria (pexels.com/RDNE Stock project)

Kamu mungkin pernah dilambungkan sekaligus dibuat terpuruk oleh urusan cinta. Namun seperti kebanyakan cowok, dirimu juga lebih suka berdiam diri saja. Kamu gak curhat pada siapa pun atau terkadang melampiaskan perasaan negatifmu dengan cara yang lebih buruk lagi. Sekarang dirimu tak perlu melakukannya.

Kamu punya cara yang lebih sehat sekaligus produktif buat berbagi kebahagiaan maupun kepedihan yang ditimbulkan oleh cinta. Yaitu, melalui karya romansa yang bisa dinikmati oleh begitu banyak orang. Sama seperti curhat secara langsung, menulis karya berdasarkan apa yang dirimu rasakan juga akan memberimu kelegaan.

Bukan tidak mungkin karyamu bakal disukai banyak pembaca cowok. Sebelumnya mereka malas membaca kisah romansa karena merasa tokoh utama yang berjenis kelamin perempuan selalu playing victim dengan melebih-lebihkan kesalahan cowok. Tapi karyamu lebih mewakili pengalaman mereka. Mereka puas membaca ceritamu. Dirimu juga gak stres lagi oleh perjalanan asmara yang tak seindah harapan.

4. Jika malu pakai nama asli, gunakan nama pena saja

5 Alasan Cowok Tak Perlu Ragu Menulis Karya Romansa, Perspektifmu Bedailustrasi penulis pria (pexels.com/Polina Zimmerman)

Seperti disinggung di awal, semestinya kamu tidak perlu merasa malu penjadi penulis karya romansa karena sastra tak terpaku pada jenis kelamin tertentu. Tapi bila membangkitkan kepercayaan diri gak semudah itu dan dirimu takut ketahuan oleh teman-temanmu di dunia nyata, pakai saja nama pena. Kamu dapat membuat nama yang mengesankan cewek.

Atau, gunakan nama yang tidak merujuk jenis kelamin tertentu. Kamu dapat menamakan diri dengan hal-hal yang berkaitan dengan alam, seperti Bintang Malam, Lembayung Senja, atau Jagat Kecil. Kesan misterius dalam nama penamu juga bisa meningkatkan ketertarikan orang buat mencoba membaca karyamu.

Gak usah khawatir karyamu meledak dan kamu harus tampil di depan kamera. Bukan hal aneh di dunia kepenulisan untuk konsisten menyembunyikan identitas penulis baik nama asli apalagi wajahnya. Pihak penerbit atau platform biasanya sangat menghargai hal ini. Kamu bisa terus berkarya di balik layar tanpa cemas identitas aslimu ketahuan selama diri sendiri tak kelepasan membukanya.

5. Potensi pendapatannya besar

5 Alasan Cowok Tak Perlu Ragu Menulis Karya Romansa, Perspektifmu Bedailustrasi penulis pria (pexels.com/Mikhail Nilov)

Karya romansa digemari oleh lebih banyak orang dibandingkan genre lainnya. Alasannya, kisahnya mudah dipahami karena semua orang pernah bersinggunggan dengan cinta. Tidak ada adegan yang menakutkan seperti dalam cerita horor. Pembaca dari beragam usia, mulai remaja hingga lansia bisa menyukai karya percintaan.

Ini artinya, dari segi uang yang dapat dihasilkan pun besar. Tapi, pesaingmu juga gak sedikit sebab karya romansa yang terbit dalam bentuk buku cetak dan digital banyak sekali. Kamu tidak boleh asal-asalan dalam menulis yang membuat pembaca enggan membelinya. Selama dirimu sungguh-sungguh dalam berkarya, kamu pasti masih kebagian rezeki dari menekuni genre ini.

Meski kamu sudah mempunyai pekerjaan utama, menulis karya romansa bisa menjadi pekerjaan sampingan. Bahkan tak menutup kemungkinan kelak karya-karya itu memberimu pemasukan yang melampaui gaji dari pekerjaan utama. Keuntungan dari berkarya adalah selama karyamu masih diedarkan dan dibeli orang berarti mendatangkan penghasilan untukmu. Sekalipun menulisnya sudah bertahun-tahun lalu.

Jangan termakan anggapan yang sama sekali gak tepat, seperti cowok yang menulis cerita romansa itu cengeng. Tetaplah menjadi diri sendiri dan hindari menyia-nyiakan minatmu pada kisah-kisah percintaan. Segera luangkan waktu untuk menuangkan gagasan-gagasanmu dan memublikasikannya. Jangan cuma disimpan di laptop, ya.

Baca Juga: 6 Cara Atasi Rasa Iri kepada Penulis Lain yang Karyanya Selalu Terbit 

Marliana Kuswanti Photo Verified Writer Marliana Kuswanti

Penulis fiksi maupun nonfiksi. Lebih suka menjadi pengamat dan pendengar. Semoga apa-apa yang ditulis bisa memberi manfaat untuk pembaca. Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Tania Stephanie

Berita Terkini Lainnya