Perbedaan Psikolog, Psikiater, dan Konselor, Jangan Tertukar!

Punya perbedaan yang signifikan

Dalam menjaga kesehatan mental, ada masanya kita membutuhkan orang lain untuk membantu. Dengan meminta bantuan pada orang profesional seperti psikolog, psikiater, atau konselor. 

Namun, tahu kah kamu jika tiga profesional tersebut memiliki perbedaan yang signifikan? Meski secara kasat mata sama-sama membantu orang dalam menjaga dan mengobati kesehatan mental, berikut perbedaan psikolog, psikiater, dan konselor yang perlu kamu tahu.

1. Latar belakang pendidikan

Perbedaan Psikolog, Psikiater, dan Konselor, Jangan Tertukar!ilustrasi mahasiswa (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Seorang psikolog, psikiater, dan konselor melalui jenjang pendidikan yang berbeda-beda. Dimana psikolog setidaknya melalui masa pendidikan sekitar enam tahun di jurusan psikologi. Kemudian dilanjutkan dengan mengikuti berbagai praktik dan uji profesi yang diawasi oleh tenaga ahli.

Kemudian, seorang psikiater harus menyelesaikan pendidikan di jurusan kedokteran dan menjalani pendidikan lanjutan. Lalu ia juga harus menjalani berbagai pelatihan sebagai dokter umum dan dilanjutkan dengan pelatihan lainnya yang berfokus dalam menangani penyakit mental secara medis.

Sedangkan seorang konselor harus menyelesaikan pendidikan di jurusan konseling dengan area fokus yang beragam. Seperti pada bidang konseling karier, hubungan sosial dan budaya, atau bidang pertumbuhan, perkembangan, dan hubungan antar manusia. 

Baca Juga: 5 Perbedaan Psikolog dan Psikiater, Konsultasi ke Mana, Ya? 

2. Peran dan penanganan

Perbedaan Psikolog, Psikiater, dan Konselor, Jangan Tertukar!ilustrasi konseling (pexels.com/Alex Green)
dm-player

Oleh karena latar pendidikan yang berbeda, tentu peran dan kapasitas mereka dalam membantu menangani masalah kesehatan juga terdapat perbedaan. Dimulai dari psikolog yang dalam tugasnya fokus menangani keluhan mental dengan memberikan penanganan psikologi. Seperti dengan melakukan terapi yang melibatkan komunikasi untuk membangun dan menilai perasaan, pikiran, dan perilaku dari pasien.

Menurut laman Pepperdine, peran seorang konselor sedikit mirip dengan psikolog, di mana mereka sama-sama menangani keluhan mental dengan memberikan penanganan psikologi. Namun, mereka tidak dapat melibatkan assessment klinis layaknya yang dilakukan oleh para psikolog, seperti melakukan tes atau mendiagnosis gangguan mental. Mereka hanya berfokus membantu dengan cara mendengarkan keluhan klien, mengembangkan rencana treatment nonmedis, serta memberikan evaluasi profesional yang dapat membantu klien meningkatkan kemampuannya untuk mengatasi masalah dan mengambil keputusan.

Sangat berbeda dengan psikiater, profesi ini mengiringi penanganan psikologi dengan  penanganan medis. Menurut laman WebMD, psikiater dapat meresepkan obat dalam pengobatannya karena mereka bisa memonitor dampak penyakit mental pada kondisi kesehatan fisik, serta hubungan antara keduanya. Selain resep obat, psikiater juga dapat menyarankan jenis penanganan medis seperti electroconvulsive therapy (ECT) dan psikoterapi, yang nantinya akan bekerja sama dengan seorang psikolog.

3. Kondisi yang ditangani

Perbedaan Psikolog, Psikiater, dan Konselor, Jangan Tertukar!ilustrasi depresi (pexels.com/cottonbro studio)

Kondisi yang ditangani oleh psikolog, psikiater, dan konselor sangat perlu kamu perhatikan sebelum memutuskan pada siapa kamu akan meminta bantuan. Dengan uraian perbedaan di atas, tentunya kondisi pasien yang mereka tangani juga akan berbeda-beda. Bahkan, ada juga yang membutuhkan peran dua profesional sekaligus karena kasus tertentu.

Dilansir dari laman Stone Ridge Center, penyakit mental yang ditangani oleh seorang psikiater biasanya cenderung lebih kronis daripada yang ditangani oleh psikolog dan konselor. Psikiater akan dibutuhkan jika pasien memerlukan penanganan medis lebih lanjut seperti kondisi skizofernia, bipolar disorder, atau depresi akut. Namun, jika masih dalam tahap masalah pada pola perilaku, kemampuan belajar, kecemasan, atau depresi ringan biasanya akan membutuhkan pertolongan psikolog yang tidak memerlukan penanganan medis.

Lalu bagaimanakah dengan konselor? Menurut lama Glints, kondisi pasien yang membutuhkan bantuan mereka hampir sama dengan yang ditangani oleh psikolog. Biasanya mereka akan membantu kasus yang lebih ringan seperti permasalahan tekanan dalam kehidupan sehari-hari, permasalahan multikultural dan keberagaman, serta permasalahan perkembangan manusia dari masa kanak-kanak hingga dewasa. Jika kasusnya membutuhkan assessment klinis, penanganan pasien akan dilanjutkan pada psikolog yang memiliki kewenangan dalam tes atau mendiagnosis gangguan mental seseorang.

Meski psikolog, psikiater, dan konselor memiliki perbedaan secara signifikan, terkadang ada kondisi khusus yang membuat seorang pasien harus ditangani oleh dua atau tiga profesional di atas sekaligus. Bahkan, karena ketidaktahuan pasien itu sendiri, mereka terkadang meminta bantuan pada profesional yang kurang tepat. Jadi, jangan sampai tertukar, ya!

Baca Juga: Merasakan 9 Kondisi Ini, Tandanya Kamu Perlu ke Psikiater

Maisix Dela Desmita Photo Verified Writer Maisix Dela Desmita

https://lynk.id/maisixdela

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Hella Pristiwa

Berita Terkini Lainnya