5 Macam Tujuan Seseorang Menulis, Tak Harus Selalu Sama!

Tiap penulis punya kepentingan sendiri dalam berkarya

Ketika mendefinisikan karya tulis—terutama fiksi, sering terjadi perbedaan pendapat. Perbedaan pandangan mengenai suatu definisi memang cukup umum dan bisa dimaklumi. Hanya saja jika perbedaan yang muncul akhirnya menyebabkan konflik dan saling menjelekkan cara pandang, tentu menjadi keharusan untuk mencari titik tengah.

Salah satu cara yang bisa dipakai yaitu memahami dasar acuan dari kacamata yang dipakai. Sebab sebenarnya tiap individu yang melakukan kegiatan menulis itu punya tujuan yang berbeda. Penasaran apa saja macam-macam tujuan menulis yang paling umum? Simak penjelasannya!

1. Media ekspresi

5 Macam Tujuan Seseorang Menulis, Tak Harus Selalu Sama!ilustrasi penulis (dok. pexels.com/Andrea Piacquadio)

Penulis yang menjadikan karya sebagai media berekspresi menempatkan diri sendiri sebagai pusatnya. Tak peduli apakah karya buatannya dinilai bagus atau tidak bagi orang lain, bisa dipahami atau tidak oleh pembaca, ataupun menghasilkan laba atau tidak, bukan sesuatu yang penting. Penulis akan mencapai kepuasan asal emosi dan idealismenya tersalurkan dalam karya.

Tujuan menulis yang demikian lebih ideal untuk dijadikan hobi. Sebab jika dijadikan profesi yang punya banyak tuntutan, kemungkinan akan susah mencari titik tengah. Kecuali jika selera sang penulis selaras dengan dominasi pasar pembacanya.

Kelebihan penulis yang punya tujuan berkarya sebagai media ekspresi bisanya punya orisinalitas cerita dan aspek-aspek personal yang khas. Kekurangannya, penulis jadi sulit diberi masukan atau kritik. Mereka terlalu dekat dengan karyanya sehingga hal negatif yang ditujukan pada karya sering dianggap sebagai serangan personal.

2. Media berkesenian

5 Macam Tujuan Seseorang Menulis, Tak Harus Selalu Sama!ilustrasi penulis (dok. pexels.com/Vika Glitter)

Penulis yang menjadikan karya sebagai media berkesenian biasanya sangat berpatokan pada unsur estetika. Mereka lebih bisa memberi jarak pada karya asalkan dengan melakukan itu, karya mereka jadi bersinar. Tak masalah ada polesan di sana-sini. Mereka juga cenderung tak takut bereksperimen dan bereksplorasi di luar ranah keahlian.

Bagi mereka, karya adalah objek berdikari yang bisa mengungkapkan dirinya sendiri. Maksud pengarang maupun interprestasi pembaca tak akan benar-benar berpengaruh pada eksistensi karya itu sendiri. Efek multitafsir dalam karya bukan sesuatu yang perlu dijelaskan atau diklarifikasi oleh pengarang yang menulis dengan tujuan berkesenian.

Baca Juga: 6 Tips agar Tetap Konsisten Menulis Bahkan saat Rasa Malas Menyerang 

3. Alat propaganda

5 Macam Tujuan Seseorang Menulis, Tak Harus Selalu Sama!ilustrasi penulis (dok. pexels.com/Monstera Production)

Suatu amanat dalam karya biasanya identik dengan karya-karya yang diciptakan untuk tujuan membawa propaganda tertentu. Jika ada perbedaan tafsir, tak jarang penulis terpantik untuk mengoreksi berdasakan niatan yang dipercayainya. Definisi karya harus mendidik juga dilandasi kacamata karya sebagai alat propaganda.

Memandang karya sebagai alat propaganda sebenarnya tak selalu buruk. Banyak karya hebat yang pernah lahir karena menyuarakan kritik pada penguasa zalim. Ada juga yang pernah memanfaatkannya sebagai pesan tersembunyi dalam sebuah perjuangan gerilya.

Bagi pembaca, hal tersebut bisa memudahkan orangtua memberi sugesti tertentu untuk mendidik anak mereka. Dengan menyeleksi karya sesuai idealisme, mereka bisa menjaga pemikiran si anak agar mengikuti jalur-jalur yang disiapkan. Hal yang sama sering dilakukan lembaga pendidikan sehingga buku-buku yang mereka sediakan cenderung punya pesan serupa dan memberikan gambaran-gambaran idealis.

Sebagai pembaca, penting juga menyadari bahwa tujuan propaganda tak selalu demi kebaikan. Dengan begitu, otak akan terbiasa mempertanyakan ulang suatu informasi dalam bahan bacaan agar tak mudah diperdaya. Membaca beragam buku dengan muatan pro-kontra bisa jadi opsi pelindung. Sebab telah terbukti dalam sejarah bahwa penjajah pun menggunakan kacamata demikian demi kepenting-kepentingan mereka untuk mempertahankan kekuasaan.

4. Sumber pendapatan

5 Macam Tujuan Seseorang Menulis, Tak Harus Selalu Sama!ilustrasi penulis (dok. pexels.com/Sarah Chai)

Pendapatan seorang penulis umumnya berdasarkan laba penjualan karyanya. Kemudian angka penjualan bergantung pada jumlah pembeli atau pembaca. Oleh sebab itu penting bagi penulis yang berkarya dengan tujuan sebagai sumber pendapatan untuk menjadikan calon pembaca sebagai pusat otoritas.

Aturan membuat karya yang bagus, menarik, populer, dan sejenisnya dipengaruhi oleh tujuan menulis sebagai sumber pendapatan. Karya adalah komoditas yang nilainya disesuaian dengan penerimaan pasar. Itu sebabnya menulis dengan tujuan profesional tidak boleh asal-asalan. Apa yang disebut kualitas adalah usaha untuk memuaskan pasar.

Tak penting apakah penulis setuju atau tidak dengan apa yang dituliskannya, jika karya tersebut laku di pasaran, sang penulis bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Kelebihan jenis tujuan menulis ini membuat penulis peduli terhadap kebutuhan dan selera pembacanya. Kekurangannya, penulis bisa kehilangan jati diri karena terus menerus mengikuti pasar dan bisa jadi ia tergiur menuliskan apa pun meski sesuatu yang ia sendiri anggap tak baik demi iming-iming materi.

5. Prestise

5 Macam Tujuan Seseorang Menulis, Tak Harus Selalu Sama!ilustrasi penulis (dok. pexels.com/George Milton)

Mirip dengan poin sebelumnya, tetapi kali ini keuntungan yang diharapkan oleh sang penulis adalah pengakuan. Ia akan merasa bangga jika karyanya mendapat apresiasi. Biasanya karya yang tercipta dari kacamata ini akan menjaga citra sang penulis melalui hal-hal yang tercermin dalam tulisannya.

Jika kamu pernah mendengar ada orang yang rela membayar mahal jasa ghost writer untuk membuatkan karya tulis atas nama sang penyewa jasa, tujuan menulis sebagai prestise ini menjadi dasarnya. Kemampuan literasi pernah dianggap sebagai salah satu faktor penting penilaian kualitas seseorang, sehingga menciptakan karya tulis bisa menunjukkan kehormatan.

Tujuan menulis bisa berupa salah satu atau gabungan dari poin-poin yang telah disebutkan. Tak ada tujuan menulis yang lebih mulia dari tujuan lainnya. Masing-masing memiliki kepentingan tersendiri dari penulisnya. Jadi tak perlu mencela karya tulis hanya karena kamu dan sang penulis memiliki kacamata acuan yang berbeda dalam memandang karya. Tiap karya bernilai dengan caranya sendiri.

Baca Juga: 5 Alasan Skill Menulis Penting di Dunia Kerja, Asah dari Sekarang!

Desita Writer Photo Verified Writer Desita Writer

Mantan anak sastra yang masih mencintai kata-kata. IG: @ngerusuhkarya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Hella Pristiwa

Berita Terkini Lainnya