TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Kekurangan Sistem Kerja Hybrid yang Mungkin Belum Kamu Sadari

Komunikasi dan koordinasi yang mudah terbagi

ilustrasi bekerja sistem hybrid (pexels.com/MART PRODUCTION)

Sistem kerja hybrid, yang menggabungkan kerja dari rumah dengan kerja di kantor, telah menjadi pilihan populer bagi banyak perusahaan dan karyawan di era pasca-pandemi. Fleksibilitas dan kenyamanan yang ditawarkannya jelas sangat menarik, namun di balik keuntungan tersebut, terdapat beberapa kekurangan yang mungkin belum kamu sadari.

Kali ini kita akan menjelajahi lima kekurangan utama dari sistem kerja hybrid yang bisa mempengaruhi produktivitas dan kesejahteraan kerja kamu.

1. Komunikasi dan koordinasi yang terbagi

ilustrasi sedang fokus (pexels.com/Yan Krukau)

Salah satu tantangan terbesar dalam sistem kerja hybrid adalah menjaga komunikasi dan koordinasi yang efektif antara karyawan yang bekerja dari rumah dan mereka yang berada di kantor. Ketika tim terbagi antara dua lokasi, informasi penting bisa terlewat atau tidak tersebar dengan merata.

Untuk mengatasi masalah ini, penting untuk menggunakan teknologi yang mendukung kolaborasi secara real-time. Platform seperti Slack, Microsoft Teams, dan Zoom bisa membantu memfasilitasi komunikasi yang lancar. Selain itu, adakan pertemuan rutin, baik virtual maupun tatap muka, untuk memastikan semua anggota tim tetap terhubung dan selaras dengan tujuan dan proyek.

2. Kesulitan dalam mempertahankan budaya perusahaan

ilustrasi tim perusahaan (pexels.com/Edmond Dantès)

Budaya perusahaan sering kali dibangun melalui interaksi langsung dan pengalaman bersama di tempat kerja. Dalam sistem kerja hybrid, interaksi ini bisa menjadi terbatas, yang dapat menyebabkan karyawan merasa terasing atau kurang terlibat dengan budaya perusahaan.

Untuk memperkuat budaya perusahaan dalam lingkungan hybrid, adakan acara perusahaan secara berkala, baik virtual maupun langsung. Kegiatan seperti pelatihan tim, acara sosial, dan perayaan pencapaian dapat membantu mempererat hubungan antar karyawan dan memperkuat nilai-nilai perusahaan. Selain itu, dorong manajer untuk secara aktif mendukung dan terlibat dalam membangun budaya yang inklusif.

Baca Juga: 5 Kesalahan Umum dalam Sistem Kerja Hybrid

3. Ketidakmerataan akses ke sumber daya dan dukungan

ilustrasi bekerja sistem hybrid (pexels.com/Anna Tarazevich)

Karyawan yang bekerja dari rumah mungkin mengalami kesulitan dalam mengakses sumber daya dan dukungan yang sama seperti rekan-rekan mereka di kantor. Ini termasuk akses ke peralatan, perangkat lunak, atau bahkan dukungan teknis yang mungkin lebih mudah didapatkan di lingkungan kantor.

Pastikan semua karyawan memiliki akses yang sama terhadap sumber daya yang mereka butuhkan. Perusahaan dapat menyediakan peralatan yang diperlukan dan mendukung dengan pelatihan atau bantuan teknis yang memadai. Selain itu, evaluasi secara berkala kebutuhan dan tantangan yang dihadapi oleh karyawan yang bekerja dari rumah untuk mengidentifikasi dan mengatasi potensi masalah.

4. Kesulitan dalam memantau dan menilai kinerja

ilustrasi penilaian kinerja (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Dalam sistem kerja hybrid, memantau dan menilai kinerja karyawan bisa menjadi lebih rumit. Dengan adanya fleksibilitas lokasi kerja, manajer mungkin kesulitan untuk mengukur produktivitas dan hasil kerja secara akurat.

Gunakan alat manajemen proyek dan perangkat lunak pelacakan kinerja untuk membantu dalam pemantauan dan evaluasi. Tetapkan indikator kinerja yang jelas dan terukur serta adakan sesi umpan balik reguler untuk memastikan karyawan memahami ekspektasi dan tujuan mereka. Pendekatan ini akan membantu dalam menjaga transparansi dan akuntabilitas.

Verified Writer

Oktavia Isanur Maghfiroh

keep going!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya