TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Bias yang Harus Dihindari di Dunia Kerja karena Merugikan

Lingkungan kerja harus bersifat inklusif dan produktif

ilustrasi keberagaman di tempat kerja (pexels.com/Antoni Shkraba)

Bias adalah kecenderungan berpikir atau bertindak secara subjektif, yang sering kali terjadi tanpa disadari. Di dunia kerja, bias rentan muncul dan jika tidak ditangani, dapat mempengaruhi proses pengambilan keputusan, hubungan dengan rekan kerja, serta penilaian kinerja.

Untuk menciptakan lingkungan kerja yang adil dan produktif, penting untuk membuat keputusan secara objektif dan rasional. Dalam konteks pekerjaan, keputusan yang objektif berperan penting dalam menciptakan suasana yang inklusif dan adil. Oleh karena itu, pastikan untuk menghindari berbagai jenis bias berikut di tempat kerja, ya.

Baca Juga: 5 Cara Membangun Kepercayaan Diri dalam Lingkungan Kerja Baru

1. Bias konfirmasi

ilustrasi orang bekerja (pexels.com/fauxels)

Bias konfirmasi terjadi ketika seseorang hanya mencari atau lebih cenderung menerima informasi yang mendukung keyakinan atau pandangan yang telah dipegang sebelumnya. Informasi yang bertentangan cenderung diabaikan, meskipun itu mungkin fakta yang lebih akurat.

Di lingkungan kerja, bias ini dapat menyebabkan keputusan yang tidak objektif, yang pada akhirnya berdampak negatif pada kinerja perusahaan. Oleh karena itu, penting untuk bersikap terbuka terhadap berbagai perspektif dan meninjau keputusan dari beragam sumber informasi, termasuk yang berbeda dengan pandanganmu.

2. Halo effect

ilustrasi wawancara (pexels.com/Edmond Dantes)

Halo effect terjadi ketika kesan positif atau negatif pada satu sifat individu memengaruhi penilaian kita terhadap kualitas atau kemampuan lain yang dimiliki orang tersebut. Misalnya, jika seseorang memiliki penampilan yang rapi, kita cenderung menganggapnya juga berprestasi tinggi. Padahal, penampilan tak selalu mencerminkan kemampuan.

Bias ini juga bisa berdampak buruk pada keberhasilan perusahaan. Misalnya, seorang perekrut mungkin kesulitan menemukan kandidat yang benar-benar berkualitas jika hanya menilai dari penampilan, bukan dari keahlian. Lebih lanjut, kehilangan kandidat yang potensial dapat merugikan perusahaan dalam jangka panjang.

3. Bias similaritas

ilustrasi wawancara (pexels.com/Edmond Dantes)

Bias ini muncul ketika seseorang cenderung memberikan penilaian positif kepada orang-orang yang memiliki kesamaan dengan dirinya, baik dari segi latar belakang, kepribadian, atau nilai-nilai. Jika keputusan dibuat berdasarkan kemiripan ini, keragaman di tempat kerja bisa berkurang.

Padahal, perbedaan dalam tim dapat menjadi kekuatan. Dengan berbagai sudut pandang, tim lebih mungkin menghasilkan ide-ide kreatif dan solutif. Oleh karena itu, penting untuk menghargai perbedaan perspektif dan fokus menilai rekan kerja berdasarkan kinerja serta kemampuan, bukan karena kemiripan dengan diri sendiri.

Baca Juga: 5 Contoh Negativity Bias yang Sering Dialami dan Cara Menghindarinya

4. Ageism (bias usia)

ilustrasi sekelompok orang berdiskusi (pexels.com/cottonbro stuido)

Belakangan ini, fenomena ageism semakin marak di media sosial. Misalnya, pembatasan usia bagi pelamar kerja, bahkan di sektor pemerintahan. Contoh lain, karyawan muda cenderung kurang dihargai karena dianggap kurang berpengalaman, atau stigma gaptek yang melekat pada karyawan senior karena tidak tumbuh dengan teknologi.

Fenomena ini muncul akibat ageism, sebuah bias yang membuat seseorang menilai kemampuan atau potensi orang lain berdasarkan usia. Padahal, lama bekerja atau lebih banyak pengalaman tak selalu menjamin kompetensi lebih tinggi dibanding fresh graduate. Karena itu, penting untuk menilai keterampilan individu tanpa memandang usia.

Verified Writer

Nadhifa Arnesya

There's art in (art)icle. Hence, writing an article equals to creating an art.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya