TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Perilaku yang Menunjukkan Kamu Masih Arogan dalam Memimpin

Kamu tidak menghargai bawahan dan orang sekitar 

ilustrasi pemimpin angkuh (pexels.com/Karolina Grabowska)

Menduduki jabatan sebagai seorang pemimpin kerap jadi kebanggaan. Bagaimana tidak, ini adalah posisi hierarkis tertinggi. Secara tidak langsung, turut memperkuat citra diri dalam pergaulan. Selain itu, seorang pemimpin sangat dihormati dan disegani. Tapi apakah kamu sudah menjadi sosok pemimpin yang layak?

Tanpa sadar, timbul bibit kesombongan dalam diri. Alih-alih jadi pemimpin yang baik dan pengertian, kamu justru arogan. Tidak lagi mau menghargai keberadaan orang-orang di sekitar.

Untukmu yang memimpin dengan lima perilaku ini, mari perbaiki diri. Menjadi seorang pemimpin bukan soal kekuasaan dan sikap arogan.

1. Merasa paling berkuasa 

ilustrasi pimpinan angkuh (pexels.com/Karolina Grabowska)

Suatu kebanggaan ketika kamu dipilih menjadi pemimpin. Ini posisi hierarki tertinggi. Tidak sembarangan orang bisa mencapainya. Kadang kamu terlena dengan sebutan sebagai seorang pemimpin. Tumbuh sikap arogan dalam diri sehingga dibenci orang-orang sekitar.

Salah satunya merasa paling berkuasa. Semua orang harus tunduk perkataanmu tanpa boleh membantah dan setiap yang terucap dari mulutmu harus dilaksanakan. Padahal jadi seorang pemimpin dengan sikap seperti ini tidak menjadikan dirimu dihormati. Orang tunduk kepadamu karena takut, bukan karena segan.

Baca Juga: 5 Sikap Pantang Dilakukan oleh Pemimpin, Jangan Dilanggar!

2. Menganggap bawahan sama dengan pesuruh 

ilustrasi pemimpin angkuh (pexels.com/MART PRODUCTION)

Menjadi seorang pemimpin, kamu pasti memiliki banyak bawahan. Harusnya kamu bisa  menjadi pengayom bagi mereka. Melindungi juga membimbing bawahan agar bisa meraih tujuan bersama. Tapi sikap ini tidak diterapkan bagi mereka yang terkontaminasi perilaku arogan.

Alih-alih bersahabat dengan bawahan, kamu justru menganggapnya pesuruh. Terkadang membebankan pekerjaan yang tidak seharusnya. Padahal seorang bawahan juga berhak dihargai. Mereka adalah partner kerja dalam mencapai tujuan bersama. Bukan seorang pesuruh yang bisa diperintah sesuka hati.

3. Menuntut agar semua orang menghormati 

ilustrasi pemimpin angkuh (pexels.com/Karolina Grabowska)

Seorang pemimpin sudah seharusnya dihormati oleh orang-orang sekitar. Tapi ini kembali pada jiwa kepemimpinan yang melekat dalam diri. Apakah kamu sudah mencerminkan karakter yang baik sebagai seorang pemimpin atau malah tumbuh jadi manusia arogan. Perlakuan masyarakat tergantung karakter dalam dirimu.

Sikap seperti apakah yang menunjukkan kamu masih arogan dalam memimpin? Yakni menuntut agar semua orang hormat. Kamu ingin semua orang memuji posisimu sebagai pemimpin yang menempati jabatan hierarkis tertinggi.

Padahal perilaku gila hormat tidak membuat orang jadi segan. Mungkin ia memperlakukanmu dengan baik di depan, tapi berbeda saat di belakang.

4. Tidak mau diingatkan ketika salah 

ilustrasi pimpinan angkuh (pexels.com/Vlada Karpovich)

Manusia tempat salah dan lupa. Hal ini juga berlaku bagi seorang pemimpin. Menduduki posisi hierarki tertinggi bukan berarti terbebas dari kesalahan. Tanpa sadar kamu ering melanggar aturan. Padahal aturan yang ada sudah seharusnya ditaati bersama. Namun demikian, apakah kamu sudah berlapang hati ketika ditegur saat melakukan kesalahan?

Ketika kamu tidak mau diingatkan, inilah perilaku dari sosok pemimpin arogan. Padahal menjadi seorang pemimpin bukan tentang kebenaran sendiri. Kamu harus memiliki sikap bijak dan berkenan introspeksi. Pemimpin hanyalah jabatan hierarki sesaat. Tidak menghapus kodratmu sebagai manusia yang sering salah dan lupa.

Baca Juga: 5 Tips Switch Karier saat Usia 25 Tahun ke Atas, Pikirkan Dulu!

Verified Writer

Mutia Zahra

Let's share positive energy

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya