Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Pernahkah kamu merasa nyaman dengan rutinitas dan enggan mencoba hal baru? Atau, saat dihadapkan pilihan, kamu lebih memilih opsi yang sudah familiar meskipun ada alternatif yang lebih baik? Nah, fenomena psikologis yang satu ini mungkin jawabannya adalah Status Quo Bias.
Status Quo Bias adalah kecenderungan untuk mempertahankan keadaan saat ini. Sederhananya, kita lebih memilih zona nyaman daripada mengambil risiko mencoba hal baru. Fenomena ini umum terjadi dan memiliki dampak yang signifikan pada berbagai aspek kehidupan, mulai dari pengambilan keputusan pribadi hingga profesional.
Meskipun terkesan sepele, Status Quo Bias memiliki pengaruh yang besar pada perilaku kita. Berikut adalah lima fakta menarik tentang fenomena ini. Yuk, simak!
1. Status Quo Bias mengungkapkan kecenderungan kita untuk menghindari risiko
ilustrasi belajar (pexels.com/Artem Podrez) Ketika dihadapkan pada pilihan, kita sering kali memilih untuk tidak mengubah apa pun karena takut akan risiko yang mungkin terjadi. Ini adalah inti dari Status Quo Bias, di mana perubahan dianggap sebagai ancaman atau kerugian. Kita cenderung menganggap opsi yang sudah familiar sebagai ‘aman’, meskipun ada kemungkinan bahwa opsi baru dapat memberikan hasil yang lebih baik.
Kecenderungan ini tidak hanya mempengaruhi keputusan sehari-hari seperti memilih menu di restoran atau rute perjalanan, tetapi juga keputusan yang lebih signifikan seperti investasi atau perubahan karir. Kita sering kali membiarkan peluang berlalu karena takut akan kemungkinan kegagalan, padahal perubahan tersebut bisa membawa manfaat yang besar.
2. Status Quo Bias menunjukkan bagaimana kita berinteraksi dengan opsi default
ilustrasi bekerja (pexels.com/Ketut Subiyanto) Kita cenderung memiliki preferensi irasional untuk opsi default hanya karena itu mempertahankan keadaan saat ini. Ini bisa terjadi bahkan ketika opsi lain mungkin lebih menguntungkan. Opsi default sering kali dipilih bukan karena itu adalah pilihan terbaik, tetapi karena itu adalah pilihan yang tidak memerlukan perubahan.
Dalam banyak situasi, seperti saat memperbarui polis asuransi atau memilih rencana pensiun, opsi default menjadi pilihan yang ‘mudah’ karena tidak memerlukan usaha tambahan untuk mengevaluasi alternatif. Ini menunjukkan bagaimana Status Quo Bias dapat mempengaruhi keputusan finansial dan jangka panjang kita.
3. Status Quo Bias terkait dengan aversion loss
ilustrasi bekerja (pexels.com/Anete Lusina) Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
Baca Juga: Jangan Jadi Orang yang Konservatif dan Selalu Pertahankan Status Quo
Salah satu alasan mengapa Status Quo Bias begitu kuat adalah karena kita memiliki aversion loss, yang berarti kita merasa kehilangan sesuatu itu lebih menyakitkan daripada kegembiraan mendapatkan sesuatu yang setara. Ini adalah konsep yang diperkenalkan dalam teori prospek, yang menyatakan bahwa orang cenderung lebih fokus pada potensi kerugian daripada potensi keuntungan.
Penelitian menunjukkan bahwa untuk meyakinkan seseorang untuk beralih dari status quo, opsi baru harus dirasakan sebagai dua kali lebih menguntungkan. Ini menjelaskan mengapa kita sering kali ragu untuk mengambil langkah baru, meskipun ada bukti yang menunjukkan bahwa perubahan tersebut dapat menguntungkan.
4. Status Quo Bias dapat menghambat kemajuan
ilustrasi bekerja (pexels.com/Andrea Piacquadio) Karena kecenderungan untuk mempertahankan status quo, kita bisa melewatkan kesempatan yang berharga dan menghambat kemajuan pribadi maupun profesional. Status Quo Bias dapat membuat kita enggan untuk mencoba hal-hal baru atau mengadopsi teknologi yang dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas.
Dalam konteks bisnis dan inovasi, keengganan untuk berubah dapat menyebabkan perusahaan kehilangan keunggulan kompetitif dan gagal beradaptasi dengan perubahan pasar. Oleh karena itu, mengenali dan mengatasi Status Quo Bias sangat penting untuk pertumbuhan dan kesuksesan jangka panjang.