TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Cara Elegan Menyikapi Atasan Toxic Tanpa Resign, Abaikan Saja?

Pernahkah kamu menghadapi atasan yang toxic?

ilustrasi marah (pexels.com/Karolina Grabowska)

Menghadapi atasan yang toxic memang bisa bikin stres, tapi apakah resign satu-satunya solusi? Kadang, kita terjebak dalam lingkungan kerja yang tidak menyenangkan dan hal ini jelas bisa mempengaruhi kesehatan mental.

Namun, ada cara-cara elegan yang bisa dicoba untuk tetap bertahan tanpa perlu buru-buru keluar. Nah, berikut ini ada lima tips yang bisa kamu coba untuk menghadapi atasan toxic dengan penuh ketenangan dan profesionalisme. Yuk, simak caranya!

Baca Juga: 60 Ucapan Perpisahan Menyentuh untuk Teman yang Resign

1. Cari dukungan dari rekan kerja atau pemimpin lain yang lebih bijak

ilustrasi bekerja di hari Jumat (pexels.com/Artem Podrez)

Jangan anggap perspektif atasanmu adalah satu-satunya yang paling benar. Coba deh, cari dukungan dari rekan kerja yang kamu percayai atau bahkan pemimpin lain di perusahaan. Mereka bisa memberikan sudut pandang yang berbeda dan membantu kamu menghadapi si bos yang menyebalkan. Dengan adanya dukungan dari orang-orang sekitar, rasa terisolasi yang sering muncul bisa berkurang, lho!

Selain itu, memiliki teman yang satu frekuensi di tempat kerja bisa jadi benteng yang kuat. Mereka bisa bantu kamu dengan saran praktis atau bahkan emosional. Jangan ragu juga untuk membentuk ‘aliansi’ kecil yang siap menjadi saksi ketika kamu butuh melaporkan perilaku toxic si bos ke HR.

2. Sampaikan keluhanmu secara profesional ke divisi HR

ilustrasi bekerja (pexels.com/Karolina Kaboompics)

Kalau situasi makin tak terkendali, jangan ragu untuk bicara dengan divisi HR. Mereka ada untuk membantu karyawan, termasuk kamu, dalam menghadapi situasi sulit. Sampaikan masalah yang kamu hadapi dengan kepala dingin. Biasanya, HR akan mendengarkan dengan serius karena tugas mereka menjaga kesejahteraan karyawan.

HR juga bisa jadi mediator untuk menemukan jalan tengah antara kamu dan atasanmu. Mereka akan mencoba mencari solusi terbaik yang menguntungkan semua pihak. Melibatkan HR menunjukkan kalau kamu ingin menyelesaikan masalah ini dengan cara yang profesional. Jadi, jangan takut untuk mencari pertolongan yang tepat.

3. Fokus pada pekerjaanmu dan hal-hal yang masih bisa kamu kendalikan

ilustrasi bekerja (pexels.com/Alexander Suhorucov)

Tidak semua hal bisa kamu kendalikan, apalagi perilaku orang lain. Jadi, daripada sibuk mengeluhkan sikap atasanmu, lebih baik fokus pada apa yang bisa kamu lakukan, yakni bekerja sebaik mungkin. Kalau situasi benar-benar bikin pusing, cari nasihat dari pemimpin lain yang bisa kamu ajak bicara.

Dengan tetap menjaga produktivitas, kamu menunjukkan kalau kamu tetap profesional meskipun berada dalam situasi yang tidak ideal. Fokus pada tugasmu juga bisa membantu mengurangi stres, karena kamu merasa lebih berdaya dengan mengendalikan apa yang bisa kamu atur.

Baca Juga: 5 Hal yang Bisa Dilakukan setelah Resign Kerja, Istirahatlah!

4. Cobalah mengasumsikan niat positif untuk menghindari konflik

ilustrasi prasangka (pexels.com/Mikhail Nilov)

Mungkin terdengar sulit, tapi cobalah untuk berpikir positif tentang atasanmu. Mungkin dia memiliki niat baik yang tidak kamu lihat. Dengan berpikir demikian, kamu bisa mengurangi gesekan dan meningkatkan kualitas komunikasi. Terkadang, memahami cara rekan kerja lain bekerja sama dengan atasanmu bisa memberikan wawasan tambahan.

Mengasumsikan niat positif juga membantu kamu melihat dari sudut pandang berbeda. Mungkin ada alasan di balik sikap mereka yang tidak kamu ketahui. Pikiran yang lebih terbuka bisa membantumu menemukan solusi yang lebih konstruktif daripada terjebak dalam emosi negatif.

Verified Writer

Muhamad Aldifa

Menulis di saat senggang

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya