TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Alasan Standar Kesuksesan yang Berat Itu dari Diri Sendiri, Relate?

Terkadang, dirimu justru mendukung hal yang tak masuk akal

ilustrasi masalah hidup (pixabay.com1388843/)

Seperti yang kita ketahui bersama bahwa kehidupan masyarakat selalu melahirkan berbagai macam standar sebagai patokan sosial. Salah satunya, yakni standar akan sosok yang bisa dianggap sukses di mata publik.

Lahirnya standar kesuksesan yang berkembang di masyarakat ini seharusnya tidak membuat semua orang wajib menjadikannya acuan. Sayangnya, tak semua orang bisa dan berani melakukannya, termasuk kamu.

Ya, kamu yang secara sadar maupun tidak justru turut menciptakan standar kesuksesan yang berat untuk dirimu sendiri. Penasaran apa saja alasan standar kesuksesan yang tidak masuk akal tapi kamu targetkan ke dirimu sendiri? Langsung simak ulasan berikut ini, ya.

1. Malu dengan sisi kesuksesan diri yang di luar standar masyarakat

ilustrasi kehidupan sosial (pixabay.com/sasint)

Tak bisa dipungkiri, hidup di tengah masyarakat memang sering terbawa arus akan nilai yang ada di dalamnya. Misalnya, ketika standar sukses di lingkungan terdekatmu itu dengan menjadi dokter maupun tenaga kesehatan lainnya. Maka, ketika kamu menjadi pedagang auto jadi malu menjalaninya.

Bagimu, kamu tak memenuhi syarat pekerjaan yang sukses di mata masyarakat sekitarmu. Padahal, bukan jaminan dengan menjadi dokter, maka secara finansial bisa lebih unggul daripada pedagang. Pun dokter dengan kemampuannya sendiri berbeda dengan tidak memiliki ide kreatif pasar ekonomi, kemampuan marketing, hingga kemampuan selling seperti pedagang.

Namun, satu yang pasti, yakni ketika kamu malu mengakui sisi peluang kesuksesan sebagai pedagang. Maka, kamu tak akan bisa mengembangkan bakatmu yang terkait di dalamnya. Jangankan mengembangkan, menunjukkannya saja malu karena tak sesuai dengan pekerjaan yang menjadi standar sukses di masyarakat.

Jadi, apa sisi kesuksesanmu yang malu kamu tunjukkan karena tak sesuai dengan standar kesuksesan di masyarakat?

2. Bukannya melindungi diri, tapi justru turut setuju dengan standar kesuksesan yang tak masuk akal

ilustrasi kehidupan yang disfungsional (pixabay.com/lukasbieri)

Sadar atau tidak, standar kesuksesan yang berkembang di masyarakat ini membuat kamu setuju dengan isinya. Lalu ingin mendapatkannya, tanpa peduli apakah kamu bisa menggapainya atau tidak. Bukan tanpa alasan, standar kesuksesan yang berkembang di Masaya itu menawarkan berbagai keunggulan yang tidak bisa kamu dapatkan dari hal lainnya.

Misalnya saja, menjadi PNS (Pegawai Negeri Sipil) dengan manfaat jaminan masa tua yang menjamin finansial secara jangka panjang. Pun pegawai BUMN (Badan Usaha Milik Negara) dengan manfaat keamanan pekerjaan secara jangka panjang dari kemungkinan perusahaan bangkrut. Semua contoh itu tanpa sadar membuatmu sepakat bahwa dengan tidak menjadi itu, maka hidupmu tidak akan mendapatkan kebahagiaan.

Padahal, apakah benar seperti itu? Jelas belum tentu, ya. Namun, satu yang pasti, yakni kamu tidak bisa memaksa kemampuanmu untuk menjadi orang sukses sesuai standar masyarakat yang kamu telah kamu setujui.

Jika sudah begitu, maka seharusnya kamu menjaga dan melindungi dirimu dengan mengatakan bahwa sukses tak hanya dengan jalan standar yang ada itu. Yakinkan dirimu bahwa standar sukses versi masyarakat itu tidak masuk akal itu, bukan malah sebaliknya.

3. Tidak berani memperjuangkan sesuai bakat dan minat yang di luar standar masyarakat

ilustrasi kehidupan sosial (pixabay.com/Mohamed_hassan)

Oleh kerena bakat dan minat yang berbeda. Yakni, bakat pada bidang lain, tapi minat pada bidang sesuai standar sukses di masyarakat. Maka, kamu hanya akan mengalami kebingungan dan ketidakbenaran untuk action.

Yang mana pada satu sisi kamu sadar bahwa tidak mungkin mendapatkan standar sukses versi masyarakat, jika berkaca dari kemampuan. Namun, di sisi lain jika memperjuangkan bakat tetap ada risiko kegagalan. Terlebih, dalam proses mengejarnya hanya akan dipandang sebelah mata oleh masyarakat.

Mengapa begitu? Jelas karena mengejar hal yang biasa dan tidak seistimewa standar sukses yang berkembang. Hal inilah yang membuatmu terjebak bingung memikirkan caranya sukses versi kamu. Lalu, berakhir banyak perencanaan, namun nol besar pada aksinya karena balik lagi, takut dan tidak berani beda dengan standar kesuksesan yang ada.

Baca Juga: 5 Alasan Mengapa Masa Lalu Bisa Menghalangi Kesuksesan Kamu Sekarang

4. Menyalahkan diri sendiri kenapa tidak dari dulu mengusahakan diri sesuai aturan standar sukses

ilustrasi sanksi sosial (pixabay.com/buy_me_some_coffee)

Sederhananya, nasi sudah terlanjur jadi bubur. Kamu terlanjur lahir, terdidik, terbiasa menjadi sosok yang di luar standar sukses masyarakat. Sayangnya, kamu tak menerima hasil bubur itu dan terus memaksa sesuai dengan standar kesuksesan yang ada.

Dengan begitu, akhirnya kamu menyalahkan dirimu sendiri. Mengapa dahulu tidak mempersiapkan diri untuk menjadi sukses versi standar masyarakat? Kenapa membiarkan diri nyaman jika pada akhirnya seberat ini mengejar sukses di luar standar masyarakat? Itulah sebagian kecil penyesalannya.

Misalnya saja, kamu terlanjur mengambil jurusan kuliah non teknik dengan proses pembelajaran yang nyaman, mudah lulusnya. Namun, saat lulus kamu merasa susah mendapatkan pekerjaan. Di sisi lain, kamu melihat anak lulusan teknik justru banyak dicari perusahaan dengan gaji yang fantastis.

Seketika, kamu menyadari bahwa standar sukses masyarakat itu menjadi lulusan teknik seperti dokter, teknik pertambangan, dan sebagainya. Kamu menyesal kenapa dahulu tidak mengambil jurusan teknik, meski dengan tingkat kesusahan yang lebih besar.

Lantas, apakah penyesalanmu bisa memutarbalikkan takdir? Jelas tidak. Terlebih lagi, apakah jaminkan bahwa kamu tidak bisa lebih sukses dari anak lulusan teknik? Jelas tidak juga, lho. 

Verified Writer

Melinda Fujiana

Have a nice day!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya