TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Perbedaan Psikolog, Psikiater, dan Konselor, Jangan Tertukar!

Punya perbedaan yang signifikan

ilustrasi seorang psikolog (pexels.com/cottonbro studio)

Dalam menjaga kesehatan mental, ada masanya kita membutuhkan orang lain untuk membantu. Dengan meminta bantuan pada orang profesional seperti psikolog, psikiater, atau konselor. 

Namun, tahu kah kamu jika tiga profesional tersebut memiliki perbedaan yang signifikan? Meski secara kasat mata sama-sama membantu orang dalam menjaga dan mengobati kesehatan mental, berikut perbedaan psikolog, psikiater, dan konselor yang perlu kamu tahu.

Baca Juga: 5 Perbedaan Psikolog dan Psikiater, Konsultasi ke Mana, Ya? 

1. Latar belakang pendidikan

ilustrasi mahasiswa (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Seorang psikolog, psikiater, dan konselor melalui jenjang pendidikan yang berbeda-beda. Dimana psikolog setidaknya melalui masa pendidikan sekitar enam tahun di jurusan psikologi. Kemudian dilanjutkan dengan mengikuti berbagai praktik dan uji profesi yang diawasi oleh tenaga ahli.

Kemudian, seorang psikiater harus menyelesaikan pendidikan di jurusan kedokteran dan menjalani pendidikan lanjutan. Lalu ia juga harus menjalani berbagai pelatihan sebagai dokter umum dan dilanjutkan dengan pelatihan lainnya yang berfokus dalam menangani penyakit mental secara medis.

Sedangkan seorang konselor harus menyelesaikan pendidikan di jurusan konseling dengan area fokus yang beragam. Seperti pada bidang konseling karier, hubungan sosial dan budaya, atau bidang pertumbuhan, perkembangan, dan hubungan antar manusia. 

2. Peran dan penanganan

ilustrasi konseling (pexels.com/Alex Green)

Oleh karena latar pendidikan yang berbeda, tentu peran dan kapasitas mereka dalam membantu menangani masalah kesehatan juga terdapat perbedaan. Dimulai dari psikolog yang dalam tugasnya fokus menangani keluhan mental dengan memberikan penanganan psikologi. Seperti dengan melakukan terapi yang melibatkan komunikasi untuk membangun dan menilai perasaan, pikiran, dan perilaku dari pasien.

Menurut laman Pepperdine, peran seorang konselor sedikit mirip dengan psikolog, di mana mereka sama-sama menangani keluhan mental dengan memberikan penanganan psikologi. Namun, mereka tidak dapat melibatkan assessment klinis layaknya yang dilakukan oleh para psikolog, seperti melakukan tes atau mendiagnosis gangguan mental. Mereka hanya berfokus membantu dengan cara mendengarkan keluhan klien, mengembangkan rencana treatment nonmedis, serta memberikan evaluasi profesional yang dapat membantu klien meningkatkan kemampuannya untuk mengatasi masalah dan mengambil keputusan.

Sangat berbeda dengan psikiater, profesi ini mengiringi penanganan psikologi dengan  penanganan medis. Menurut laman WebMD, psikiater dapat meresepkan obat dalam pengobatannya karena mereka bisa memonitor dampak penyakit mental pada kondisi kesehatan fisik, serta hubungan antara keduanya. Selain resep obat, psikiater juga dapat menyarankan jenis penanganan medis seperti electroconvulsive therapy (ECT) dan psikoterapi, yang nantinya akan bekerja sama dengan seorang psikolog.

Baca Juga: Merasakan 9 Kondisi Ini, Tandanya Kamu Perlu ke Psikiater

Verified Writer

Maisix Dela Desmita

https://lynk.id/maisixdela

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya