TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Sebab Sulit Diterima Kerja padahal Pengalaman Kerja Banyak

Ada beberapa persiapan melamar kerja yang perlu diperhatikan

ilustrasi banyak pikiran (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Banyak pelamar kerja percaya diri dan yakin bisa diterima kerja di perusahaan baru karena sudah mengumpulkan banyak pengalaman kerja. Tapi nyatanya malah tetap sulit lolos diterima kerja. Akhirnya jadi berfikir negatif akan kemampuan diri, muncul rasa minder, hingga berprasangka buruk kepada perusahaan yang dicita-citakan itu.

Padahal faktanya, banyak penilaian yang diterapkan perusahaan untuk menerima karyawan baru. Hanya modal punya banyak pengalaman kerja masih belum cukup untuk meyakinkan pihak perusahaan. Tetap ada pertimbangan khusus yang dipegang oleh pewawancara.

Maka dari itu, penting sekali untuk mengetahui sebab apa saja yang bikin seorang pelamar kerja yang punya banyak pengalaman masih tetap ditolak perusahaan, dimana salah satunya ada yang tidak bisa diotak-atik, lho.

1. Post atau nama baik di sosial media dinilai jelek

ilustrasi selfie untuk sosmed (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Perusahaan meminta akun sosmed para pelamar bukan tanpa alasan, melainkan ingin melihat seperti apa kepribadian sesungguhnya si pelamar di sosmednya. Tahukah kalau sekarang sudah banyak perusahaan menilai apakah si pelamar layak diterima atau tidak dengan menganalisa isi postingan sosial media para pelamar.

Jadi, ketika staf HRD sedang berkunjung ke sosmed satu orang pelamar lalu dinilai punya banyak masalah, seperti pernah viral di sosmed karena perbuatan buruk, atau sering posting foto tidak pantas, ini bisa bikin kesempatan si pelamar itu untuk diterima kerja kecil meski punya banyak pengalaman kerja.

2. Perusahaan memang batal menerima karyawan baru

ilustrasi meja kerja (pexels.com/Lex Photography)

Khusus sebab yang satu ini lebih kepada faktor eksternal, jadi si pelamar tidak bisa berbuat apa-apa. Setiap perusahaan selalu bergerak maju. Keputusan yang dibuat terkadang juga di luar prediksi.

Misalnya, seorang staf HRD akan menghubungi satu pelamar yang telah diwawancarainya besok untuk mengabari bahwa dia lolos diterima kerja. Tapi atasan malah menyuruh untuk membatalkannya karena tiba-tiba perusahaan tidak membutuhkan karyawan baru dikarenakan ada perubahan sistem.

Ada juga sebab lain yang tidak bisa diprediksi. Misalnya perusahaan tiba-tiba mendapatkan nama kandidat yang dinilai lebih bagus. Kandidat itu rupanya hasil rekomendasi oleh salah satu karyawan di kantornya. Jadinya, perusahaan malah menerima si kandidat yang namanya lebih direkomendasikan oleh karyawannya sendiri.

Baca Juga: 3 Alasan Punya Portofolio Memperbesar Peluang Diterima Kerja

3. Ditanya soal gaji, mintanya terlalu tinggi

ilustrasi interview kerja (pexels.com/Edmond Dantès)

Ketika sesi interview, biasanya ada sesi diskusi mengenai berapa gaji yang diinginkan oleh si pelamar, entah saat di sesi interview pertama atau tahap kedua. Staf HRD sebenarnya sudah punya catatan besaran gaji yang akan didapat oleh pelamar jika lolos diterima. Ketika pelamar mengajukan gaji yang terlalu besar atau diluar kesanggupan perusahaan, HRD jadi berfikir dua kali untuk menerima karyawan tersebut.

Memang, sih, pelamar yang sudah punya banyak pengalaman kerja pasti ingin mendapatkan jabatan lebih tinggi dengan jumlah gaji yang juga makin banyak. Misalnya, ada pelamar punya pengalaman di bidang marketing bertahun-tahun. Kemudian melamar kerja di perusahaan baru sebagai marketing manager. Tapi karena gaji yang disebutkannya di luar kemampuan perusahaan, jadinya batal untuk diloloskan.

4. Bahasa tubuh tidak cocok dengan jabatan yang diinginkan

ilustrasi interview kerja (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Seorang pelamar yang punya banyak pengalaman kerja, juga harus tetap memperhatikan bahasa tubuh saat interview kerja. Memberikan bahasa tubuh yang baik menjadi salah satu faktor lahirnya keputusan HRD apakah yakin untuk meloloskan atau malah di-skip aja.

Misalnya, katakanlah ada pelamar Ingin mendapatkan jabatan sebagai marketing manager. Tapi saat sesi interview tidak mampu meyakinkan HRD kalau dirinya pantas untuk jabatan itu. HRD melihat si pelamar tidak bisa memberikan kontak mata yang baik, terlihat grogi, ekspresi wajah tidak terlihat excited, malu untuk tersenyum, postur tubuh tidak tegak saat duduk, dan bahasa tubuh kurang baik lainnya.

Bahasa tubuh kurang baik seperti itu tentu kurang cocok dimiliki oleh orang yang jabatannya sebagai marketing manager atau untuk jabatan yang lebih tinggi lainnya. Sehingga, perusahaan jadi ragu-ragu untuk meloloskannya.

Writer

Hendra Gunawan

Informasi adalah kekuatan

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya