TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Macam Tujuan Seseorang Menulis, Tak Harus Selalu Sama!

Tiap penulis punya kepentingan sendiri dalam berkarya

ilustrasi penulis (dok. pexels.com/George Milton)

Ketika mendefinisikan karya tulis—terutama fiksi, sering terjadi perbedaan pendapat. Perbedaan pandangan mengenai suatu definisi memang cukup umum dan bisa dimaklumi. Hanya saja jika perbedaan yang muncul akhirnya menyebabkan konflik dan saling menjelekkan cara pandang, tentu menjadi keharusan untuk mencari titik tengah.

Salah satu cara yang bisa dipakai yaitu memahami dasar acuan dari kacamata yang dipakai. Sebab sebenarnya tiap individu yang melakukan kegiatan menulis itu punya tujuan yang berbeda. Penasaran apa saja macam-macam tujuan menulis yang paling umum? Simak penjelasannya!

1. Media ekspresi

ilustrasi penulis (dok. pexels.com/Andrea Piacquadio)

Penulis yang menjadikan karya sebagai media berekspresi menempatkan diri sendiri sebagai pusatnya. Tak peduli apakah karya buatannya dinilai bagus atau tidak bagi orang lain, bisa dipahami atau tidak oleh pembaca, ataupun menghasilkan laba atau tidak, bukan sesuatu yang penting. Penulis akan mencapai kepuasan asal emosi dan idealismenya tersalurkan dalam karya.

Tujuan menulis yang demikian lebih ideal untuk dijadikan hobi. Sebab jika dijadikan profesi yang punya banyak tuntutan, kemungkinan akan susah mencari titik tengah. Kecuali jika selera sang penulis selaras dengan dominasi pasar pembacanya.

Kelebihan penulis yang punya tujuan berkarya sebagai media ekspresi bisanya punya orisinalitas cerita dan aspek-aspek personal yang khas. Kekurangannya, penulis jadi sulit diberi masukan atau kritik. Mereka terlalu dekat dengan karyanya sehingga hal negatif yang ditujukan pada karya sering dianggap sebagai serangan personal.

2. Media berkesenian

ilustrasi penulis (dok. pexels.com/Vika Glitter)

Penulis yang menjadikan karya sebagai media berkesenian biasanya sangat berpatokan pada unsur estetika. Mereka lebih bisa memberi jarak pada karya asalkan dengan melakukan itu, karya mereka jadi bersinar. Tak masalah ada polesan di sana-sini. Mereka juga cenderung tak takut bereksperimen dan bereksplorasi di luar ranah keahlian.

Bagi mereka, karya adalah objek berdikari yang bisa mengungkapkan dirinya sendiri. Maksud pengarang maupun interprestasi pembaca tak akan benar-benar berpengaruh pada eksistensi karya itu sendiri. Efek multitafsir dalam karya bukan sesuatu yang perlu dijelaskan atau diklarifikasi oleh pengarang yang menulis dengan tujuan berkesenian.

Baca Juga: 6 Tips agar Tetap Konsisten Menulis Bahkan saat Rasa Malas Menyerang 

3. Alat propaganda

ilustrasi penulis (dok. pexels.com/Monstera Production)

Suatu amanat dalam karya biasanya identik dengan karya-karya yang diciptakan untuk tujuan membawa propaganda tertentu. Jika ada perbedaan tafsir, tak jarang penulis terpantik untuk mengoreksi berdasakan niatan yang dipercayainya. Definisi karya harus mendidik juga dilandasi kacamata karya sebagai alat propaganda.

Memandang karya sebagai alat propaganda sebenarnya tak selalu buruk. Banyak karya hebat yang pernah lahir karena menyuarakan kritik pada penguasa zalim. Ada juga yang pernah memanfaatkannya sebagai pesan tersembunyi dalam sebuah perjuangan gerilya.

Bagi pembaca, hal tersebut bisa memudahkan orangtua memberi sugesti tertentu untuk mendidik anak mereka. Dengan menyeleksi karya sesuai idealisme, mereka bisa menjaga pemikiran si anak agar mengikuti jalur-jalur yang disiapkan. Hal yang sama sering dilakukan lembaga pendidikan sehingga buku-buku yang mereka sediakan cenderung punya pesan serupa dan memberikan gambaran-gambaran idealis.

Sebagai pembaca, penting juga menyadari bahwa tujuan propaganda tak selalu demi kebaikan. Dengan begitu, otak akan terbiasa mempertanyakan ulang suatu informasi dalam bahan bacaan agar tak mudah diperdaya. Membaca beragam buku dengan muatan pro-kontra bisa jadi opsi pelindung. Sebab telah terbukti dalam sejarah bahwa penjajah pun menggunakan kacamata demikian demi kepenting-kepentingan mereka untuk mempertahankan kekuasaan.

4. Sumber pendapatan

ilustrasi penulis (dok. pexels.com/Sarah Chai)

Pendapatan seorang penulis umumnya berdasarkan laba penjualan karyanya. Kemudian angka penjualan bergantung pada jumlah pembeli atau pembaca. Oleh sebab itu penting bagi penulis yang berkarya dengan tujuan sebagai sumber pendapatan untuk menjadikan calon pembaca sebagai pusat otoritas.

Aturan membuat karya yang bagus, menarik, populer, dan sejenisnya dipengaruhi oleh tujuan menulis sebagai sumber pendapatan. Karya adalah komoditas yang nilainya disesuaian dengan penerimaan pasar. Itu sebabnya menulis dengan tujuan profesional tidak boleh asal-asalan. Apa yang disebut kualitas adalah usaha untuk memuaskan pasar.

Tak penting apakah penulis setuju atau tidak dengan apa yang dituliskannya, jika karya tersebut laku di pasaran, sang penulis bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Kelebihan jenis tujuan menulis ini membuat penulis peduli terhadap kebutuhan dan selera pembacanya. Kekurangannya, penulis bisa kehilangan jati diri karena terus menerus mengikuti pasar dan bisa jadi ia tergiur menuliskan apa pun meski sesuatu yang ia sendiri anggap tak baik demi iming-iming materi.

Verified Writer

Desita Writer

Mantan anak sastra yang masih mencintai kata-kata. IG: @ngerusuhkarya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya