TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Sumber Motivasi Kerja Milenial dan Gen Z, Kebahagiaan Terdepan!

Milenial dan gen Z membutuhkan dukungan emosional yang kuat

ilustrasi bekerja menggunakan laptop (unsplash.com/Grzegorz Walczak)

Sejak 2022, isu tentang milenial dan gen Z di dunia kerja masih banyak diperbincangkan, terutama di media sosial. Sikap kerja dua generasi tersebut dinilai berbeda dari generasi-generasi sebelumnya. Apalagi generasi Z yang dianggap bermental lembek dan mudah tersinggung.

Bukan tanpa sebab, meskipun milenial dan gen Z jadi mayoritas di dunia kerja saat ini, tetapi tekanan yang mereka hadapi lebih besar dan persaingan makin ketat. Melansir Manila Recruitment, milenial dan gen Z merasakan tekanan berat akibat politik, sosial, dan pesatnya perkembangan digital. Mereka seolah selalu dituntut sukses agar diterima.

Alih-alih memberi pandangan sempit, tenaga kerja milenial dan gen Z perlu dipahami dengan baik. Perusahaan yang mencari talenta dari dua generasi tersebut mesti mengkaji dan memahami apa yang mereka butuhkan. Perlu adanya motivasi kuat yang mendorong produktivitas mereka.

Memahami motivasi kerja milenial dan gen Z tidak sesulit yang dibayangkan. Mereka lahir dari situasi berbeda dan membutuhkan pendekatan dari lingkungan. Milenial dan gen Z membutuhkan motivasi bekerja agar tetap produktif.

Baca Juga: 5 Challenge dalam Dunia Kerja yang Harus Kamu Hadapi, Persiapkan Diri

1. Rasa bahagia jadi motivasi utama milenial dan gen Z

ilustrasi orang sedang bekerja (unsplash.com/DocuSign)

Pada umumnya, orang rela bekerja apa saja dan di mana saja demi kebutuhan hidup. Pekerjaan yang tidak nyaman sekalipun sering kali dipertahankan agar finansial tetap aman. Akan tetapi, itu tidak berlaku bagi kebanyakan milenial dan gen Z yang cenderung mementingkan rasa bahagia. Kebahagiaan jadi motivasi utama bagi mereka. 

Berdasarkan data survei dari Randstad, sebanyak 38 persen generasi milenial dan 40 persen generasi Z lebih memilih menganggur daripada tidak bahagia saat bekerja. Mereka memimpikan pekerjaan yang menyenangkan sesuai dengan apa yang mereka sukai. Sisi positifnya, milenial dan gen Z lebih aware terhadap kesehatan mental. 

2. Kepuasan kerja dianggap sangat penting

ilustrasi dua orang sedang berdiskusi mengenai pekerjaan (unsplash.com/Kenny Eliason)

Di samping rasa bahagia, kepuasan kerja juga menjadi salah satu motivasi penting bagi milenial dan gen Z. Hal tersebut selaras dengan jurnal yang ditulis oleh mahasiswa Universitas Klabat di laman Society. Kepuasan kerja dikatakan berpengaruh positif terhadap kinerja milenial dan gen Z.

Ketika merasa puas dengan pekerjaan yang ditekuni, produktivitas milenial dan gen Z akan meningkat. Mereka lebih menghargai perusahaan yang mendukung tujuan karier dan mendorong pengembangan diri karyawan. Sebaliknya, mereka tak segan menolak kesempatan kontrak permanen demi menemukan pekerjaan yang memuaskan.

Baca Juga: 5 Ciri Sophomore Slump yang Sering Dialami di Dunia Kerja

3. Menjunjung tinggi nilai-nilai pribadi

ilustrasi menekuni kerja sampingan (unsplash.com/Kaleidico)

Sebagai generasi yang akrab dengan perkembangan teknologi, milenial dan gen Z tumbuh di samping akses informasi yang cepat dan real time. Setiap hari, mereka menelan berbagai isu yang hangat diperbincangkan. Pada akhirnya, dua generasi ini berpikir ingin mengubah dunia, seperti dilansir Manila Recruitment.

Meski berhadapan dengan tantangan yang sulit, milenial dan gen Z sadar betul akan nilai-nilai pribadi. Prinsip mereka yang ingin mengubah dunia dibawa hingga ke dunia kerja. Pekerjaan yang bermakna mendorong mereka untuk bekerja lebih giat dan bersemangat. 

Laman Lifestyle Asia menyebut hampir 50 persen milenial dan gen z menolak perusahaan yang tidak selaras dengan nilai-nilai mereka. Nilai yang dimaksud ialah mengenai isu-isu sosial dan lingkungan macam keadilan sosial dan pemanasan global. Tentu ini merupakan hal yang positif. 

4. Milenial dan gen Z menginginkan pekerjaan yang fleksibel

ilustrasi anak muda kerja di rumah (pexels.com/EKATERINA BOLOVTSOVA)

Dicap malas merupakan perspektif lain dari masyarakat kepada milenial dan gen Z. Bahkan, data survei terbaru yang dirilis Immigration to Australia pada Juni 2023 menunjukkan hasil demikian. Warga Australia dari usia 18—34 tahun cenderung mengurangi kinerja mereka selama periode pengangguran rendah.

Akan tetapi, jika dilihat dari prespektif lain, milenial dan gen Z bisa dikatakan hanya menginginkan pekerjaan yang santai. Mereka sangat piawai memanfaatkan era digital, sehingga lebih menyukai pekerjaan dari jarak jauh. Sistem kerja yang beragam serta waktu dan tempat kerja yang fleksibel membuat mereka nyaman. 

Baca Juga: 5 Rekomendasi Buku Self Development Populer yang Wajib Dibaca Gen Z

Verified Writer

Akromah Zonic

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya