5 Dampak Negatif Mengadopsi Hustle Culture, Rawan Stres hingga Burnout

Yakin mau kerja melulu?

Dunia yang makin serba cepat justru makin banyak menuntut, salah satunya mobilitas dalam pekerjaan. Kini, hustle culture atau budaya kerja keras seakan menjadi fenomena yang harus diikuti dalam kehidupan modern. Namun, banyak orang malah merasa terjerat dalam budaya satu ini.

Hustle culture mungkin terdengar positif lantaran mengagungkan slogan kerja keras. Padahal melihat faktanya di lapangan, fenomena ini terbilang cukup ekstrem dan cenderung lebih ke arah ambisius. Orang-orang yang mengadopsi budaya ini percaya bahwa  suskes hanya bisa dicapai dengan kerja kerja tanpa henti. 

Meskipun tidak sepenuhnya buruk, perlu dipikirkan baik-baik jika tertarik menerapkan hustle culture. Pasalnya, ada beberapa dampak negatif yang bisa terjadi. Dari stres hingga burnhout, berikut lima dampak negatif hustle culture yang perlu diwaspadai.

1. Kehilangan keseimbangan dalam hidup

5 Dampak Negatif Mengadopsi Hustle Culture, Rawan Stres hingga Burnoutilustrasi sibuk kerja di rumah dan diganggu anak (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Selama ini, banyak orang berusaha mencapai work-life balance untuk bisa menjalani pekerjaan dan kehidupan pribadi yang seimbang. Sementara itu, hustle culture justru dapat menjauhkan seseorang dari keseimbangan dalam hidup. Dedikasinya terlalu besar terhadap pekerjaan.

Orang umumnya cukup bekerja 8 hingga 10 jam per hari. Sisanya bisa melakukan hal lain di luar pekerjaan. Akan tetapi, orang dengan budaya kerja keras selalu berusaha memberikan hampir sepenuh waktunya untuk pekerjaan. Keseimbangan dalam hidup pun akhirnya hilang. Tidak ada waktu untuk keluarga, teman, hobi dan yang lainnya.

2. Kelelahan hingga burnout

5 Dampak Negatif Mengadopsi Hustle Culture, Rawan Stres hingga Burnoutilustrasi stres karena pekerjaan (pexels.com/ANTONI SHKRABA production)

Terlalu keras bekerja tidak bisa dilakukan oleh semua orang. Sebagian besar dari kita pasti akan merasa kehabisan tenaga dan kelelahan, baik secara fisik maupun mental. Dampak negatif ini pula yang mesti diwaspadai dari budaya kerja keras.

Alih-alih semakin enerjik untuk meraih kesuksesan, kerja tanpa henti justru akan menurunkan produktivitas. Dalam jangka panjang, budaya ini dapat menyebabkan burnout, sehingga seseorang hilang motivasi kerja secara keseluruhan.

3. Dapat mengganggu kesehatan mental

5 Dampak Negatif Mengadopsi Hustle Culture, Rawan Stres hingga Burnoutilustrasi wanita merasa lelah dengan pekerjaan (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Rasa lelah yang terus-menerus ditahan akan meledak dengan sendirinya. Lelah fisik mungkin masih bisa diatasi, tetapi jika sudah menyerang mental, seseorang akan sulit mengendalikan emosi. Fokusnya dalam bekerja juga akan terganggu.

Besarnya tekanan untuk terus bekerja hanya akan menimbulkan stres yang berkepanjangan. Setiap kali pikiran memaksa agar terus produktif, kecemasan muncul dalam pikiran. Pada akhirnya, hustle culture ini paling mungkin berdampak buruk pada kesehatan mental. Bisa-bisa depresi.

Baca Juga: 4 Alasan Orang-Orang Kerap Menjalani Hustle Culture, Faktor Ekonomi?

4. Berdampak buruk pada kesehatan fisik

5 Dampak Negatif Mengadopsi Hustle Culture, Rawan Stres hingga Burnoutilustrasi tidur di sofa (pexels.com/Karolina Grabowska)

Kelelahan fisik yang dirasakan setelah bekerja sebenarnya hal yang wajar. Robot pun akan rusak jika terus digunakan. Apalagi manusia biasa, tenaga akan terkuras habis dan butuh istirahat untuk mengembalikan energi yang hilang.

Hustle culture sangat berisiko pada kesehatan fisik. Sebab, cukup ekstrem bagi tubuh untuk melakukan pekerjaan tanpa jeda. Dengan kurangnya istirahat yang diberikan, tubuh akan bereaksi. Lama-lama risiko penyakit serius pun meningkat, seperti penyakit jantung, hipertensi, bahkan stroke.

5. Selalu dihantui perasaan tidak puas

5 Dampak Negatif Mengadopsi Hustle Culture, Rawan Stres hingga Burnoutilustrasi stres karena bekerja (pexels.com/Anna Shvets)

Budaya kerja keras menanamkan sifat ambisius untuk mengejar kesuksesan. Jika lengah sedikit, maka akan ketinggalan dan tidak akan mencapai hasil maksimal. Pikiran itu tertanam dan lama-lama akan menjebak seseorang dalam perasaan tidak puas.

Dalam hustle culture, seseorang selalu dituntut untuk terus mengejar sesuatu yang sering kali tidak realistis. Meskipun telah berhasil mencapai kesuksesan, akan selalu ada target baru yang ingin dikejar. Puncaknya, perasaan tidak puas selalu menghantui pikiran.

Hustle culture mungkin dapat menjadi gaya hidup yang baik bagi beberapa orang. Akan tetapi, dampak negatifnya perlu dipertimbangkan. Penting bagi kita untuk mengetahui kemampuan diri sendiri, sehingga tidak terjebak dalam budaya yang terlalu menekan.

Baca Juga: 9 Cara Menerapkan Hustle Culture dalam Kehidupan Profesional

Akromah Zonic Photo Verified Writer Akromah Zonic

Dont be yourself, but be better :)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Izza Namira

Berita Terkini Lainnya