TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Review Kelebihan dan Kekurangan Film Land of Happiness

Apa yang terjadi ketika demokrasi di ujung tanduk?

Poster film Land of Happiness (dok. Next Entertainment World)

Sepanjang sejarah, ada banyak peristiwa yang menunjukkan betapa rapuhnya demokrasi. Land of Happiness (2024) membawa kita kembali ke masa lalu di mana perjuangan untuk mempertahankan demokrasi menjadi taruhan nyawa.

Dibintangi oleh mendiang Lee Sun Kyun (Parasite, Helpless), film ini berkisah tentang pengadilan Kolonel Park Tae Joo yang tak adil. Sang pengacara, Jung In Hoo (Jo Jung Suk), pun berusaha membela kliennya meski harus menerima teror bertubi-tubi dari rezim militer.

Menyajikan tensi tinggi khas film drama persidangan, Land of Happiness mengajak kita untuk berpikir ulang tentang esensi keadilan dan demokrasi. Namun tentunya, ada kelebihan lain yang membuat film ini layak ditonton. Berikut ulasannya.

Peringatan: artikel ini mengandung spoiler!

1. Menjadi film ketiga dengan tema pembunuhan Park Chung Hee

Lee Sun-kyu sebagai Kolonel Park di Land of Happiness (dok. Next Entertainment World)

Sebelum Land of Happiness, sudah ada dua film yang membahas tentang assassination Presiden Park Chung Hee: The Man Standing Next (2020) dan 12.12 The Day (2023). Keduanya membawa kita ke jantung peristiwa kudeta 12 Desember 1979 di Korea Selatan.

Berbeda dari kedua film tersebut, Land of Happiness justru menyoroti proses pengadilan pemimpin KCIA Kim Jae Gyu dan sekretarisnya, Park Heung Ju. Masing-masing memakai nama pengganti Kim Young Il dan Park Tae Ju. Sepanjang film, kita akan melihat banyak campur tangan militer dalam proses persidangan mereka.

2. Berfokus pada drama persidangan yang menguras emosi

Land of Happiness mengisahkan pengadilan militer atas pembunuhan Presiden Park Chung-hee (dok. Next Entertainment World)

Drama persidangan menjadi focal point film ini karena menyajikan potret situasi politik Korea Selatan saat iti. Tak hanya menyajikan rekonstruksi sejarah tahun 1970-an, kita juga diajak bergelut dengan dilema moral yang dihadapi para tokoh di dalamnya.

Karakter Kolonel Park, yang dikenal sebagai tentara berdedikasi, harus menghadapi situasi hidup atau mati. Tak ayal, proses persidangannya pun menjadi arena pertarungan antara kebenaran, keadilan, dan kepentingan politik dari pihak tertentu.

Melalui sinematografi yang apik dan akting memukau dari pemerannya, Land of Happiness berhasil menciptakan suasana tegang dan dramatis dari awal sampai akhir. Layaknya menaiki roller coaster, emosi kita akan dibuat naik-turun sepanjang film.

Baca Juga: Sinopsis Film Korea The Land of Happiness, Karya Terakhir Lee Sun Kyun

3. Menyajikan duet apik antara Lee Sun Kyun dan Jo Jung Suk

Lee Sun-kyu dan pengacaranya, Jung In-hoo (dok. Next Entertainment World)

Lee Sun Kyun dan Jo Jung Suk adalah dua aktor Korea Selatan yang sudah terkenal lewat film-film seperti Parasite (2019) dan Oh My Ghost (2015). Duet mereka sebagai pihak terdakwa dan pengacara di film ini semakin menahbiskan kualitas akting mereka.

Di awal film, karakter Kolonel Park sangat tertutup, sedangkan Jung In Hoo adalah pengacara oportunis yang hanya peduli dengan kariernya. Namun selama 124 menit, keduanya mengalami transformasi karakter yang drastis.

Jung In Hoo sadar kalau Kolonel Park adalah sosok yang rela mengorbankan dirinya dan keluarganya demi negara. Ia pun semakin akrab dengan kliennya, dengan beberapa adegan lucu dan candaan yang menghangatkan hati.

Keduanya berhasil menciptakan chemistry yang kuat dan memberikan penampilan yang emosional. Park Tae Ju menjadi sosok yang teguh dengan idealismenya, sementara Jung In Hoo menjadi pengacara yang tak gentar menegakkan keadilan meski di tengah kondisi sulit.

4. Berakhir dengan sad ending yang menyesakkan dada

Jo Jung-suk di film Land of Happiness (dok. Next Entertainment World)

Sayangnya, Land of Happiness harus berakhir dengan ending yang membuat hati pilu. Jika membaca peristiwa sejarahnya, mungkin kita takkan kaget dengan akhir film ini. Namun tetap saja, built-in di babak ketiga berhasil menjadi pukulan telak yang menyakitkan.

Wajar saja, akting dari para aktor membuat kita seperti sedang menyaksikan persidangan secara langsung. Tanpa memberikan banyak spoiler, film ini menyajikan potret menyayat hati tentang perjuangan orang-orang berintegritas melawan sistem yang korup.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya