TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Menyingkap Kaitan Erat Band Oasis dan Manchester City

Comeback tepat ketika Manchester City sedang berjaya

Pep Guardiola dan Noel Gallagher (instagram.com/noelthegoodrebelofficial)

Bulan Agustus 2024 lalu, dunia dihebohkan dengan pengumuman tur reuni Oasis setelah 15 tahun menyatakan bubar. Tur bakal dimulai pada Juli 2025 dan tiket konser mereka ludes terjual dalam waktu singkat. Bagaimana tidak, Oasis masih jadi band paling ikonik sejagat raya. Lagu-lagu hits mereka tak berhenti diputar di berbagai tempat seakan tak ada matinya. 

Uniknya, reuni Oasis ternyata juga jadi perhatian penikmat sepak bola Inggris. Ini karena kaitan erat dua pentolan utama band tersebut, Noel dan Liam Gallagher dengan klub sepak bola Manchester City. Mengapa klub berlogo biru pastel itu dan bukannya Manchester United yang lebih populer? Jawabannya ternyata bisa kita tilik dari sejarah panjang kota Manchester. 

1. Banyak musisi Inggris yang menyatakan diri sebagai fans loyal klub sepak bola tertentu

Liam Gallagher (instagram.com/liamgallagher)

Kaitan erat musisi dengan sepak bola di Inggris sebenarnya bukan sesuatu yang mengejutkan. Menemukan musisi dan selebriti Inggris yang menyatakan diri sebagai suporter klub sepak bola adalah hal yang lumrah. Para personel The Stone Roses dan Peter Hook (Joy Division) adalah penggemar berat Manchester United, sementara Kasabian punya afiliasi kuat dengan Leicester City FC, dan Ed Sheeran menyatakan diri sebagai fans Ipswich Town. Newcastle United dapat dukungan penuh dari musisi kebangggan kota itu, Sam Fender, dan Manchester City adalah tim favorit Johnny Marr (The Smiths) dan Gallagher Bersaudara (Oasis).  

Bukan hanya penggemar, tak sedikit musisi ternyata pernah berkecimpung di industri olahraga, terutama sepak bola. Media pop Inggris, Versus pernah merilis daftar rapper Inggris yang pernah jadi pemain sepak bola (level amatir) sebelum bermanuver jadi musisi. Penyanyi pop Tom Grennan juga bisa memperpanjang daftar itu. Bila mengikuti skena hiphop dan rap Inggris, kamu akan sering menemukan banyak lagu yang lirik terinspirasi  dinamika sepak bola Inggris. Coba curi dengar lagu “Know Me From” yang dipopulerkan Stormzy, "English Breakfast” milik Skepta, dan duet Dave dan AJ Tracey yang berjudul "Thiago Silva". 

Baca Juga: ManCity Rilis Jersey Edisi Khusus, Kenang Album Debut Oasis

2. Keberpihakan Oasis terhadap Manchester City

Oasis (instagram.com/liamgallagher)

Untuk menyingkap keberpihakan Oasis terhadap Manchester City, erat kaitannya dengan kondisi geografis dan demografi Manchester. Bila merujuk pada nama dan testimoni dua pentolan band Oasis, Noel dan Liam Gallagher, keduanya adalah keturunan kesekian pekerja migran Irlandia yang datang ke Inggris untuk mengisi pos-pos pekerjaan kerah biru. Begitu pula dengan Johnny Marr dan Steven Morrissey.

Keempatnya tak pernah menutupi identitas "ganda" itu. Morrissey pernah merilis lagu "Irish Blood, English Heart" yang membicarakan latar belakangnya yang unik itu. Album debut Oasis, Definitely Maybe (1994) juga diklaim Noel Gallagher sebagai album yang terinspirasi sikap pemberontak khas orang Irlandia. 

Seiring berjalannya waktu, imigran Irlandia ini jadi bagian integral dari kota Manchester, terutama kelas pekerja. Dewan Kota Manchester di situs resminya pun menyebut kalau orang Irlandia adalah komunitas imigran tertua dan terbesar di kota itu sejak 1851. Tak heran bila riset Harkin dan Bairner pada 2010 berjudul 'Sky Blue and Green: Manchester City and the Manchester' dalam jurnal Irish Soccer & Society, menemukan bahwa orang-orang keturunan Irlandia ini mengisi komposisi suporter Manchester City. Argumen mereka yang menjelaskan fenomena ini adalah teori bahwa olahraga bisa jadi cara untuk dapat penerimaan dari masyarakat lokal Inggris yang awalnya masih diskriminatif terhadap mereka.

Lantas, mengapa City dan bukan United? Masih merujuk riset yang sama, alasan utama mayoritas warlok memihak Manchester City adalah fakta bahwa hanya klub itu yang benar-benar berlokasi di kota Manchester. Manchester United di sisi lain berada di Salford, wilayah pinggiran kota Manchester yang masih bagian dari county Greater Manchester. Identitas lokal Mancunian (Manchester) itulah nyawa utama dari fandom Manchester City. Apalagi dibanding Manchester United, globalisasi dan transformasi mereka dari klub kelas pekerja jadi klub kaya raya lewat investor asing pun berjalan lebih lambat. 

3. Oasis kembali saat Manchester City sedang berjaya di liga domestik

suporter Manchester City (instagram.com/mancity)

Satu hal yang spesial adalah Oasis melakukan reuni tepat saat Manchester City sedang berjaya. Ini kontras dengan kondisi 1980--1990-an ketika dua entitas ini berada di level yang berbeda. Saat Oasis mencapai puncak karier mereka, Manchester City masih terseok-seok di liga domestik, bahkan beberapa kali terelegasi ke liga kasta kedua. Prestasi mereka saat itu kalah telak dibanding sang rival, Manchester United yang justru beberapa kali meraih gelar juara Inggris. 

Kini bak sebuah kutukan, giliran Manchester United yang terpuruk dan City yang berjaya di liga domestik. Momen kembalinya Oasis ke industri musik terang saja disambut meriah, terutama warlok Manchester. Bayangkan saja bagaimana euforianya musim panas 2025, bilamana konser Oasis diiringi berita keberhasilan Manchester City menjuarai kembali English Premier League. 

Entah bakal terwujud atau tidak, yang jelas momen comeback band legendaris sekaligus fans loyal Manchester City ini punya banyak potensi untuk diulik. Termasuk merchandise kolaborasi dua entitas ini yang baru saja rilis pada 12 September 2024. 

Baca Juga: Biodata dan Profil Band Oasis, akan Gelar Tur Reuni di 2025

Verified Writer

Dwi Ayu Silawati

Penulis, netizen, pembaca

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya