Madame Web, Penuh Nostalgia tapi Kurang Maksimal dalam Bercerita

Karakter yang menarik berhasil menyelamatkan film ini

Spider-Man adalah salah satu karakter superhero paling populer di dunia komik dan film. Banyak rumah produksi yang berusaha mengadaptasi kisah-kisahnya ke layar lebar, termasuk Sony Pictures, yang telah membuat Sony’s Spider-Man Universe (SSU).

Baru-baru ini, mereka merilis Madame Web (2024) yang menjadi film solo pertama dari sang karakter tituler yang diperankan oleh Dakota Johnson. Namun, Madame Web ternyata tak mampu memuaskan para penggemar Spider-Man. Film ini mendapat skor rendah di situs pengumpul ulasan film populer, Rotten Tomatoes, yakni hanya 15 persen. Banyak kritikus dan penonton yang menganggap film ini sebagai film terburuk dari SSU, bahkan dari seluruh film Spider-Man yang pernah dibuat. Apa yang membuat film ini begitu mengecewakan?

Agar membuatmu lebih yakin sebelum melangkahkan kaki ke bioskop, kamu perlu menyimak dulu review film Madame Web di bawah ini. Walaupun memiliki sejumlah kekurangan, film yang tayang di bioskop Indonesia sejak Rabu (14/2/2024) ini masih menawarkan beberapa poin positif yang membuatnya tak sia-sia untuk ditonton.

Baca Juga: 5 Fakta Film Madame Web, Dibintangi Dakota Johnson dan Sydney Sweeney

1. Kisahkan origin story dari Cassandra Webb alias Madame Web

Madame Web, Penuh Nostalgia tapi Kurang Maksimal dalam Berceritaadegan dalam film Madame Web (dok. Sony Pictures/Madame Web)

Film ini dimulai dengan adegan di hutan hujan Amazon di Peru pada 1973, di mana seorang ilmuwan bernama Constance (Kerry Bishé) sedang melakukan penelitian tentang laba-laba langka. Constance yang sedang hamil tua, tiba-tiba diserang oleh rekannya, Ezekiel Sims (Tahar Rahim), yang ingin mencuri hasil penelitiannya. Sebelum meninggal, Constance mendapati bayinya berhasil diselamatkan oleh Las Arañas, suku kuno yang para anggotanya memiliki kekuatan laba-laba seperti Spider-Man.

Kemudian, latar berpindah ke 2003, dan mengikuti kisah Cassandra "Cassie" Webb (Dakota Johnson), anak Constance yang kini bekerja sebagai paramedis. Cassie, yang dibesarkan di panti asuhan, tak tertarik dengan hal-hal yang berkaitan dengan keluarga dan lebih suka hidup sendiri. Satu-satunya orang yang dekat dengannya adalah Ben Parker (Adam Scott), teman satu kerjanya.

Suatu hari, saat sedang menjalankan tugasnya, Cassie mengalami kecelakaan mobil yang membuatnya terlempar ke sungai. Semenjak kejadian tersebut, ia mulai mendapatkan berbagai visi tentang masa depan. Puncaknya adalah ketika dalam penglihatannya, Cassie menyaksikan Ezekiel Sims membunuh tiga remaja yang berpotensi menjadi superheroine, yakni Julia Cornwall (Sydney Sweeney), Mattie Franklin (Celeste O’Connor), dan Anya Corazon (Isabela Merced).

Berbekal kekuatan psikisnya, Cassie berjuang melindungi tiga remaja itu dari ancaman Ezekiel Sims. Namun, pada satu titik, ia harus menghadapi pilihan sulit, antara terus bersembunyi atau menerima takdirnya sebagai Madame Web.

2. Hadirkan beragam karakter baru yang menarik, ada clue tentang Peter Parker?

Madame Web, Penuh Nostalgia tapi Kurang Maksimal dalam Berceritaadegan dalam film Madame Web (dok. Sony Pictures/Madame Web)

Salah satu daya tarik dari Madame Web adalah peran beberapa karakter lain yang terkait dengan Spider-Man. Selain protagonis dan antagonis utama, yakni Cassandra Webb dan Ezekiel Sims, film ini juga memperkenalkan tiga perempuan yang dikenal sebagai Spider-Woman dan Spider-Girl dalam komik. Mereka adalah Julia Cornwall, Mattie Franklin, dan Anya Corazon.

Meski penampilan mereka dalam kostum superhero hanya diperlihatkan melalui visi Cassandra, para remaja ini sukses mencuri perhatian lewat kepribadian yang beragam. Julia yang pemalu diperankan dengan sempurna oleh Sydney Sweeney, Mattie menjadi comic relief berkat pembawaan asyik Celeste O’Connor, sementara Anya terlihat tangguh dan cerdas di tangan Isabela Merced. Dengan keberagaman tersebut, ketiganya sukses menampilkan chemistry apik di layar.

Selain itu, ada pula Mary dan Ben Parker yang diperankan oleh Emma Roberts dan Adam Scott. Walau tak terlalu berpengaruh dalam cerita, kehadiran mereka merupakan easter eggs menarik dalam Madame Web. Dari nama belakangnya, kamu pasti tahu, kan, hubungan mereka berdua dengan Peter Parker alias Spider-Man?

Baca Juga: 8 Potret Red Carpet Madame Web, Dakota Johnson Bikin Salfok

3. Penuh referensi kultur pop era 2000-an, salah satunya Final Destination

Madame Web, Penuh Nostalgia tapi Kurang Maksimal dalam BerceritaTahar Rahim dalam film Madame Web (dok. Sony Pictures/Madame Web)

Bagi orang-orang yang pernah merasakan tahun 2000-an, pasti sependapat kalau era tersebut sangatlah nostalgik. Seakan menyadari hal tersebut, tim penulis naskah Madame Web yang terdiri dari Matt Sazama, Burk Sharpless, Claire Parker, dan S. J. Clarkson memanfaatkannya sebagai pameran referensi alih-alih hanya sebagai latar waktu. Hasilnya sungguh menarik.

Salah satu referensi era 2000-an paling mencolok adalah seri Final Destination, yang mengisahkan tentang sekelompok remaja yang berusaha mencurangi kematian. Usaha Cassandra Webb dalam menyelamatkan Julia, Mattie, dan Anya dari ancaman Ezekiel Sims dengan bantuan visinya berhasil membuat penulis teringat akan para tokoh utama di seri film tersebut. Bahkan, salah satu adegan ikonik yang melibatkan truk dan mobil dalam Final Destination 2 (2003) juga ditampilkan dalam Madame Web.

Selain pengaruh Final Destination, Madame Web juga menampilkan deretan musik yang sangat mewakili era tersebut. Salah satunya adalah "Toxic" dari Britney Spears yang mewarnai salah satu adegan pertarungan antara Cassandra Webb dan Ezekiel Sims. Secara tak langsung, lagu tersebut menjadi representasi dari kekuatan racun yang dimiliki oleh sang villain.

4. Naskah yang lemah menjadi "dosa terbesar" dari Madame Web

Madame Web, Penuh Nostalgia tapi Kurang Maksimal dalam BerceritaSydney Sweeney dalam film Madame Web (dok. Sony Pictures/Madame Web)

Bagian ini mengandung spoiler bagi yang belum menonton Madame Web.

Salah satu unsur yang paling berpengaruh terhadap kualitas sebuah film adalah penulisan naskah. Sayangnya, meski memiliki karakter, easter eggs, dan referensi yang menarik, Madame Web gagal dalam bercerita.

Naskah buatan Matt Sazama dkk. terlampau main aman dengan mengikuti formula film superhero yang sudah-sudah: protagonis dikejar penjahat, protagonis menghadapi masa lalunya, dan protagonis mengalahkan penjahat di akhir film. Belum lagi, sejumlah dialog klise dan plot hole yang bertebaran—bagaimana bisa Cassandra pergi ke Peru sementara ia menjadi buronan, atau apakah Ezekiel Sims mendapat kekuatannya dari kutukan atau gigitan laba-laba?

Semua itu semakin diperparah dengan CGI yang tak lebih baik dari tiga film SSU sebelumnya. Entah hal tersebut disengaja karena sang sutradara, S. J. Clarkson, ingin membangun nuansa film-film era 2000-an yang penuh ciri khas atau memang efek visualnya disesuaikan dengan bujetnya yang minimalis untuk ukuran film superhero, yakni 80 juta dolar AS, yang jelas Madame Web mungkin akan terasa mengecewakan bagi sebagian pencinta Spider-Man.

Sebagai adaptasi, Madame Web memang berhasil menghadirkan karakter ikonik dari komik Spider-Man dengan cara yang menarik dan segar. Namun, sebagai sebuah tontonan superhero yang utuh, film ini terasa hambar dan medioker.

Seharusnya, ada banyak hal yang masih bisa dieksplorasi lebih dalam tentang Madame Web dan hubungannya dengan multiverse Spider-Man. Gimana, setelah membaca review penulis di atas, kamu tetap penasaran dengan Madame Web atau lebih memilih untuk melewatkannya, nih?

Baca Juga: Apakah Madame Web Masih Satu Universe dengan Venom?

Satria Wibawa Photo Verified Writer Satria Wibawa

Movie and series enthusiast. Please, visit my IG: @satriaphile90 or my Letterboxd: @satriaphile to see my other reviews. Gracias!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Naufal Al Rahman

Berita Terkini Lainnya