8 Film Adaptasi Komik Paling Mengecewakan, Termasuk The Crow

Naskah yang kacau jadi salah satu penyebab utama

Film adaptasi komik selalu menjadi perbincangan hangat di kalangan penggemar. Di satu sisi, mereka menawarkan kesempatan untuk melihat karakter favorit hidup di layar lebar. Di sisi lain, adaptasi buruk bisa merusak kesan mendalam yang dibangun komik aslinya.

The Crow (2024) menjadi salah satu contoh terbaru yang menuai kritik keras. Film ini awalnya diharapkan dapat mengulang kesuksesan film aslinya pada 1994. Namun, skor 23 persen yang diraihnya di Rotten Tomatoes mencerminkan kualitas yang mengecewakan, terutama jika dibandingkan dengan hype yang dibangun sebelumnya.

Bagi kamu yang penasaran, selain The Crow, masih ada tujuh film adaptasi komik lainnya yang juga dianggap mengecewakan. Mari kita lihat delapan film adaptasi komik terburuk yang pernah dirilis, dan mengapa mereka begitu mengecewakan di mata penonton dan kritikus.

Baca Juga: 6 Film Adaptasi Novel yang Terinspirasi dari Kisah Nyata Penulis

1. Steel (1997)

8 Film Adaptasi Komik Paling Mengecewakan, Termasuk The Crowadegan dalam film Steel. (dok. Warner Bros./Steel)

Rating: 8 persen (Rotten Tomatoes)3,0/10 (IMDb)

Steel mencoba mengangkat kisah John Henry Irons, sang pahlawan baja dari DC Comics, namun berakhir menjadi tontonan yang membingungkan. Film ini mengabaikan konteks Superman yang menjadi dasar cerita asli Steel, dan malah berfokus pada aksi generik seorang laki-laki dengan baju zirah canggih. Alih-alih menggali potensi karakter John Henry Irons yang menarik, film ini lebih mengandalkan popularitas Shaquille O'Neal sebagai bintang utama.

Hasilnya adalah sebuah film yang terasa hampa dan jauh dari kata solid. Akting O'Neal yang kaku dan dialog yang datar membuat penonton sulit untuk terhubung dengan karakternya. Efek visual yang ketinggalan zaman dan plot yang berantakan semakin memperburuk pengalaman menonton.

2. Batman & Robin (1997)

8 Film Adaptasi Komik Paling Mengecewakan, Termasuk The Crowadegan dalam film Batman and Robin. (dok. Warner Bros./Batman and Robin)

Rating: 12 persen (Rotten Tomatoes)3,8/10 (IMDb)

Di tahun yang sama dengan Steel, hadir pula film adaptasi komik yang sama-sama bernasib tragis, yaitu Batman & Robin. Disutradarai Joel Schumacher, film ini seakan menjadi antitesis dari film-film Batman sebelumnya yang kelam dan serius. Batman & Robin justru tampil dengan warna-warni mencolok, humor slapstick, dan dialog-dialog penuh permainan kata yang terasa dipaksakan.

Arnold Schwarzenegger sebagai Mr. Freeze menjadi sorotan utama, bukan karena aktingnya yang memukau, melainkan karena dialognya yang dipenuhi pelesetan kata-kata bertema es. Kostum-kostumnya pun tak luput dari kritik, terutama bat-nipples yang ikonik namun dianggap konyol.

Film ini sering disebut-sebut sebagai penyebab hampir matinya franchise Batman. Untungnya, Christopher Nolan berhasil menghidupkan kembali sang superhero dengan trilogi The Dark Knight yang jauh lebih gelap dan realistis.

3. The League of Extraordinary Gentlemen (2003)

8 Film Adaptasi Komik Paling Mengecewakan, Termasuk The Crowadegan dalam film The League of Extraordinary Gentlemen. (dok. 20th Century Fox/The League of Extraordinary Gentlemen)

Rating: 17 persen (Rotten Tomatoes)5,8/10 (IMDb)

Jauh sebelum Avengers menghiasi layar lebar, ada The League of Extraordinary Gentlemen yang mencoba menyatukan pahlawan-pahlawan sastra legendaris dari era Victoria. Namun, alih-alih menjadi perayaan bagi para tokoh ikonik ini, film ini malah menjadi contoh bagaimana adaptasi komik bisa salah kaprah.

Perubahan besar-besaran dari materi sumber aslinya, penambahan karakter yang kurang pas seperti Tom Sawyer dan Dorian Gray, serta fokus yang berlebihan pada adegan aksi generik membuat film ini kehilangan kecerdasan yang dimiliki komiknya. Bahkan, Sean Connery, yang memerankan Allan Quartermain, kabarnya sangat membenci film ini, meskipun digaji sebesar 17 juta dolar AS, seperti dilansir ScreenCrush. Saking kecewanya, ia memutuskan pensiun dari dunia akting setelahnya.

Baca Juga: 8 Aktris Pemeran Catwoman Live-Action, Terbaru Zoe Kravitz

4. Catwoman (2004)

8 Film Adaptasi Komik Paling Mengecewakan, Termasuk The Crowadegan dalam film Catwoman. (dok. Warner Bros. Pictures/Catwoman)

Rating: 8 persen (Rotten Tomatoes)3,4/10 (IMDb)

Baik sebagai musuh bebuyutan maupun kekasih Batman, sosok Catwoman di sejumlah film adaptasi komik sang Ksatria Kegelapan selalu berhasil memikat penonton. Namun, Catwoman yang dirilis tahun 2004 ini nyaris tak memiliki jejak DNA karakter aslinya. Karakter yang diperankan Halle Berry bahkan dinamai Patience Phillips, bukan Selina Kyle seperti dalam komiknya.

Plotnya berkisar pada Patience, seorang desainer grafis pemalu yang dibunuh setelah mengetahui konspirasi perusahaan kosmetik tempatnya bekerja. Ia dihidupkan kembali oleh kucing ajaib dan mendapatkan kekuatan seperti kucing. Sayangnya, perubahan ini berbanding terbalik dengan respons yang diterima Catwoman.

Kritik pedas menghujani film ini, terutama pada naskah yang lemah, penyutradaraan yang kacau, dan efek CGI yang buruk. Halle Berry sendiri bahkan menerima Razzie Award untuk Aktris Terburuk, tepat tiga tahun setelah ia memenangkan Oscar pertamanya.

5. Jonah Hex (2010)

8 Film Adaptasi Komik Paling Mengecewakan, Termasuk The Crowadegan dalam film Jonah Hex. (dok. Warner Bros. Pictures/Jonah Hex)

Rating: 12 persen (Rotten Tomatoes)4,7/10 (IMDb)

Ketika karakter DC yang kurang dikenal, Jonah Hex, mendapatkan filmnya sendiri, harapan audiens tinggi untuk kisah menarik dari sang koboi supranatural. Sayangnya, film ini tak mencapai targetnya dan berakhir sebagai adaptasi komik yang terlupakan.

Meskipun Josh Brolin memberikan penampilan yang cukup baik sebagai Jonah Hex, film ini gagal menghidupkan dunia komiknya. Plotnya, yang berkisar pada upaya Hex menghentikan seorang teroris dengan senjata super, terasa seperti tiruan film-film lain, alih-alih memberikan sentuhan unik pada genre western. Elemen supranatural dalam film, termasuk kemampuan Hex berkomunikasi dengan orang mati, juga kurang dimanfaatkan dan tak menambah banyak pada keseluruhan cerita.

Kegagalan film ini memberikan dampak yang cukup besar pada prospek adaptasi Jonah Hex di masa depan. Sulit untuk membayangkan studio besar akan bersedia mengambil risiko lagi dengan karakter ini, meskipun potensinya untuk menjadi kisah western yang unik dan penuh aksi sangatlah jelas.

6. Fantastic Four (2015)

8 Film Adaptasi Komik Paling Mengecewakan, Termasuk The Crowadegan dalam film Fantastic Four. (dok. 20th Century Fox/Fantastic Four)

Rating: 9 persen (Rotten Tomatoes)4,3/10 (IMDb)

Digadang-gadang bakal menjadi batu loncatan untuk franchise baru, Fantastic Four justru meninggalkan luka mendalam bagi para penggemar setianya. Josh Trank, sutradara yang sebelumnya dikenal lewat Chronicle yang inovatif, awalnya berniat memberikan sentuhan kelam dan psikologis pada kisah Fantastic Four. Namun, campur tangan studio dan proses syuting ulang yang berantakan mengubah film ini menjadi kumpulan adegan yang tak terhubung dan karakter yang kehilangan arah.

Alih-alih petualangan seru yang penuh warna, Fantastic Four terasa seperti film horor yang tanpa sengaja terselip di antara film-film superhero lainnya. Bahkan, momen-momen ikonik dari komik, seperti transformasi keempat karakter utama menjadi superhero, terasa antiklimaks. Di tengah bayang-bayang kegagalan ini, fans pun hanya bisa berharap kalau The Fantastic Four: First Steps yang akan tayang 2025 tak akan bernasib serupa.

7. The New Mutants (2020)

8 Film Adaptasi Komik Paling Mengecewakan, Termasuk The Crowadegan dalam film The New Mutants. (dok. 20th Century Fox/The New Mutants)

Rating: 36 persen (Rotten Tomatoes)5,3/10 (IMDb)

Menyandang nama besar X-Men, The New Mutants seharusnya menjadi angin segar bagi penggemar kisah para mutan muda. Film ini mengadaptasi The Demon Bear Saga karya Chris Claremont, yang merupakan salah satu cerita X-Men paling dihormati. Namun, film garapan Josh Boone ini malah tersandung ke dalam lubang hitam.

Lima mutan muda terperangkap dalam sebuah rumah sakit yang menyeramkan. Mereka menjadi kelinci percobaan seorang dokter kejam yang bekerja untuk Essex Corporation (benang merah dari X-Men: Apocalypse yang menggantung begitu saja). Alih-alih menggali potensi karakter dan menampilkan kengerian psikologis seperti di komiknya, film ini malah sibuk menyajikan jumpscare dan adegan klise khas film horor remaja.

Bahkan dengan talenta-talenta muda, seperti Maisie Williams dan Anya Taylor-Joy, The New Mutants terasa datar dan kurang bernyawa. Penggemar X-Men pun kecewa, dan kritikus pun sepakat bahwa The New Mutants menjadi penutup yang menyedihkan bagi era Fox dalam menangani franchise X-Men.

8. The Crow (2024)

8 Film Adaptasi Komik Paling Mengecewakan, Termasuk The Crowadegan dalam film The Crow. (dok. Lionsgate/The Crow)

Rating: 23 persen (Rotten Tomatoes)4,7/10 (IMDb)

Belum cukup kekecewaan penggemar atas Madame Web, 2024 juga menyuguhkan adaptasi komik mengecewakan lainnya, The Crow. Film ini muncul sebagai teguran bahwa tak semua usaha menghidupkan kembali karya klasik akan berbuah manis. Yap, alih-alih menjadi penerus setia bagi The Crow (1994) yang ikonik, The Crow malah seperti "penghinaan" terhadap warisan sang gagak pembalas dendam.

Film ini mengisahkan Eric Draven (Bill Skarsgård), musisi yang dibangkitkan dari kematian untuk membalas dendam atas pembunuhan dirinya dan tunangannya, Shelly (FKA Twigs). Dengan riasan wajah gotik dan kekuatan supernatural, Eric menjelma menjadi sosok The Crow yang menakutkan, menghantui para pembunuhnya satu per satu.

Premis yang menjanjikan ini sayangnya gagal dieksekusi dengan baik. Sementara film-film sebelumnya langsung terjun ke aksi balas dendam yang menegangkan, film ini justru menghabiskan waktu terlalu lama untuk mengupas hubungan Eric dan Shelly. Namun, seperti yang bisa ditebak, hubungan tersebut tak cukup memikat untuk membuat penonton tetap terpaku di kursi mereka.

Film adaptasi komik sering kali menjadi sorotan utama di dunia perfilman, namun sayangnya tak semua berhasil memenuhi ekspektasi. The Crow dan tujuh film lainnya yang dibahas menunjukkan bagaimana adaptasi yang buruk bisa merusak kesan mendalam dari komik aslinya. Bagi penggemar sejati, film-film ini mungkin akan menjadi pengingat pahit bahwa tak semua cerita layak diangkat ke layar lebar tanpa perencanaan yang matang.

Baca Juga: 7 Film Adaptasi yang Lebih Baik dari Bukunya, Ada Favoritmu?

Satria Wibawa Photo Verified Writer Satria Wibawa

Movie and series enthusiast. Please, visit my IG: @satriaphile90 or my Letterboxd: @satriaphile to see my other reviews. Gracias!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Naufal Al Rahman

Berita Terkini Lainnya