A Quiet Place: Day One, Kisah Humanis di Balik Invasi Alien

Tampil memikat berkat akting gemilang Lupita Nyong’o!

Dalam beberapa tahun terakhir, seri A Quiet Place telah menetapkan standar baru dalam dunia film horor Hollywood lewat konsep segar tentang bertahan hidup tanpa suara. Kedua filmnya, A Quiet Place (2018) dan A Quiet Place Part II (2020), mengajak penonton mengikuti perjuangan sebuah keluarga dalam melawan ancaman alien mematikan. Setiap momen di kedua film tersebut menawarkan adegan-adegan menegangkan yang sukses membuat jantung berdegup kencang.

Kini, sebagai spin-off sekaligus prekuel, A Quiet Place: Day One (2024) hadir dengan latar belakang yang berbeda di jantung Kota New York yang sibuk dan padat. Film garapan Michael Sarnoski ini memperkenalkan dua karakter baru, Sam (Lupita Nyong’o) dan Eric (Joseph Quinn), yang harus bertahan hidup di hari pertama invasi alien. Melalui pendekatan yang lebih humanis, film ini menawarkan cerita mendalam yang menggugah emosi.

Bagaimana perjuangan Sam dan Eric menghadapi teror alien ini? Apakah film ini mampu memberikan pengalaman yang sama menegangkannya seperti pendahulunya? Sebelum menontonnya sendiri di bioskop untuk menemukan jawabannya, kamu wajib menyimak review film A Quiet Place: Day One berikut ini.

Baca Juga: [QUIZ] Apakah Kamu akan Selamat di A Quiet Place: Day One?

1. Ceritakan awal mula invasi alien lewat latar Kota New York

A Quiet Place: Day One, Kisah Humanis di Balik Invasi AlienLupita Nyong’o dalam film A Quiet Place: Day One (dok. Paramount Pictures/A Quiet Place: Day One)

Volume suara rata-rata di Kota New York adalah 90 desibel, setara dengan suara jeritan yang terus menerus.

Kira-kira seperti itulah bunyi teks dari adegan pembuka A Quiet Place: Day One. Melalui teks tersebut, Michael Sarnoski, selaku sutradara dan penulis naskah, seakan ingin menegaskan bahwa menampilkan Kota New York—yang dikenal sebagai salah satu kota terpadat dan tersibuk di dunia—sebagai latar adalah keputusan yang tepat setelah kota kecil di dua film sebelumnya.

Di sana, penonton diperkenalkan pada Sam (Lupita Nyong’o), seorang pasien kanker yang merasa skeptis dengan kehidupan dan sehari-harinya ditemani oleh seekor kucing penolong bernama Frodo. Singkatnya, Sam adalah "jembatan" bagi penonton untuk menyaksikan awal mula invasi alien berpendengaran ultrasonik yang meneror dunia. Namun, Sam bukanlah satu-satunya karakter yang menjadi fokus dalam A Quiet Place: Day One.

Di tengah perjalanan, Sam bertemu dengan Eric (Joseph Quinn), seorang mahasiswa hukum yang menderita gangguan kecemasan. Awalnya, keduanya tampak seperti pasangan yang mustahil untuk bertahan hidup di dunia yang mengerikan tersebut. Namun, siapa sangka kalau lewat Sam dan Eric, A Quiet Place: Day One mampu menyuguhkan kisah spesial yang berbeda dari pendahulunya?

2. Tak hanya tentang survival, A Quiet Place: Day One juga kental nuansa humanis

A Quiet Place: Day One, Kisah Humanis di Balik Invasi AlienJoseph Quinn dan Lupita Nyong’o dalam film A Quiet Place: Day One (dok. Paramount Pictures/A Quiet Place: Day One)

Sejak film pertamanya, A Quiet Place (2018), dirilis, bertahan hidup menjadi tema yang mendominasi setiap serinya. Bagaimana para karakternya mempertahankan nyawa mereka dengan menghasilkan sedikit suara agar tak "mengundang" para alien adalah momen yang mendebarkan dan paling ditunggu-tunggu oleh penonton. Secara garis besar, A Quiet Place: Day One masih mengadopsi pola menakut-nakuti yang sama.

Namun, Sarnoski, yang sebelumnya angkat nama lewat film drama psikologis berjudul Pig (2021), berusaha menghindari kesan monoton dengan memanfaatkan latar Kota New York sebagai sarana penghantar teror. Dari pemandangan mengerikan sewaktu meteor alien menghantam gedung pencakar langit hingga menyeberangi rel kereta bawah tanah yang gelap dan banjir, semua itu menciptakan perpaduan beragam fobia yang aneh sekaligus mengganggu.

Selain itu, perbedaan mencolok juga terlihat dari latar belakang para karakternya. Jika keluarga Abbott, protagonis di dua film sebelumnya, merepresentasikan kemauan manusia untuk bertahan hidup, maka Sam dan Eric adalah potret manusia yang pasrah dan terombang-ambing di tengah bencana. Namun, mereka, dengan segala daya yang tersisa, tetap berusaha menemukan jalan untuk "pulang".

Baca Juga: 14 Gaya Fashion Lupita Nyong'o, Pemeran A Quiet Place: Day One

3. Para pemain, khususnya Lupita Nyong’o, hadirkan akting yang layak diacungi jempol

A Quiet Place: Day One, Kisah Humanis di Balik Invasi AlienLupita Nyong’o dalam film A Quiet Place: Day One (dok. Paramount Pictures/A Quiet Place: Day One)

Karakterisasi Sam dan Eric yang terasa konkret dan dekat dengan dunia nyata mengembuskan nuansa humanis yang jarang disorot dalam sajian apokaliptik. Hal ini menjadikan A Quiet Place: Day One tak hanya tentang bertahan hidup semata, tetapi juga tentang tetap menjadi "manusia" di tengah cobaan. Pesan kemanusiaan yang ditampilkan Sarnoski tersebut takkan terwujud tanpa akting gemilang dua pemeran utamanya, yaitu Lupita Nyong’o dan Joseph Quinn.

Quinn, yang dua tahun lalu mencuri perhatian sebagai Eddie Munson di Stranger Things Season 2 (2022), mengundang simpati lewat penggambaran penderita anxiety disorder yang berusaha untuk bangkit. Di sisi lain, Nyong’o menampilkan akting yang layak disebut berkelas. Di tengah minimnya dialog, peraih Best Supporting Actress Oscar lewat 12 Years a Slave (2013) itu mampu "berbicara" banyak.

Sarnoski sering kali mengambil ekspresi Nyong’o dari jarak dekat untuk menunjukkan kapasitas akting dari sang aktris. Pada momen tersebut, baik lewat sorot mata, gestur, maupun mimik muka, Nyong’o berhasil menyampaikan ketakutan, keputusasaan, hingga harapan dengan sangat autentik. Hal serupa juga ditunjukkan lewat chemistry-nya dengan Joseph Quinn.

Salah satu adegan terbaik mereka adalah ketika Sam dan Eric berpura-pura mengadakan pertunjukan sulap di sebuah kafe bekas tempat kerja mendiang ayah Sam. Diiringi sinematografi dan musik garapan Pat Scola dan Alexis Grapsas, dua sineas langganan Sarnoski, momen tersebut tersaji hangat, romantis, namun di satu titik juga terasa menyesakkan.

4. Apakah A Quiet Place: Day One lebih baik dari pendahulunya?

A Quiet Place: Day One, Kisah Humanis di Balik Invasi Alienposter film A Quiet Place: Day One (dok. Paramount Pictures/A Quiet Place: Day One)

Bagi yang sudah menonton Pig (2021) karya Sarnoski, tentu sadar bahwa sang sineas mampu menyulap motif utama karakternya yang simpel menjadi sebuah perjalanan yang menggugah hati dan pikiran. Hal serupa juga diterapkan dalam A Quiet Place: Day One. Di sini, keinginan Sam untuk memakan piza yang dulu pernah dimakannya bersama sang ayah sewaktu kecil dijadikan dorongan oleh Sarnoski untuk menyuguhkan cerita yang mendalam dan kontemplatif.

Meski mengesankan, gaya penuturan Sarnoski tersebut sejatinya bak pisau bermata dua. Di satu sisi, A Quiet Place: Day One terasa lebih subtil dalam mengaduk-aduk perasaan dibandingkan pendahulunya. Namun, di sisi lain, penonton awam mungkin akan merasa kaget dan bosan karena mengharapkan suguhan invasi alien yang bombastis alih-alih drama kemanusiaan yang realistis.

Penulis pribadi melihat A Quiet Place: Day One sebagai karya yang "istimewa". Meski secara nuansa film ini tak seintens A Quiet Place (2018) dan A Quiet Place Part II (2020), film ini memiliki cara tersendiri dalam menggambarkan ketahanan manusia dalam menghadapi tragedi. A Quiet Place: Day One menawarkan pendekatan yang lebih reflektif dan filosofis, mengajak kita untuk berhenti sejenak, mensyukuri apa yang tersisa, dan menemukan kembali arti dari kemanusiaan.

A Quiet Place: Day One tak hanya berhasil mempertahankan ketegangan yang khas dari serinya, tetapi juga menghadirkan kedalaman emosional yang jarang terlihat dalam film-film sejenisnya. Dengan akting brilian dari Lupita Nyong’o dan Joseph Quinn, serta pengarahan yang cermat dari Michael Sarnoski, film ini mengajak penonton untuk merenungkan makna kemanusiaan di tengah kehancuran. Layak diberi predikat salah satu film horor terbaik tahun ini!

Baca Juga: Apakah Film A Quiet Place: Day One Punya Post Credit Scene?

Satria Wibawa Photo Verified Writer Satria Wibawa

Movie and series enthusiast. Please, visit my IG: @satriaphile90 or my Letterboxd: @satriaphile to see my other reviews. Gracias!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Diana Hasna

Berita Terkini Lainnya