4 Hal yang Bisa Dipelajari dari Cerita Sukses NEON dan A24

Dua rumah produksi indie di balik Longlegs dan Civil War

Sepanjang setengah tahun 2024 ini, kita dikejutkan dengan kesuksesan beberapa film indie rilisan A24 dan NEON. A24 memulainya lewat film Civil War garapan Alex Garland. Sementara, NEON menggandakan kesuksesannya lewat Anora yang raih Palem Emas 2024 dan Longlegs yang sedang viral di media sosial.

Jangan tanya beberapa tahun sebelumnya, A24 pernah berjaya di Oscar berkat film Moonlight (2016) dan Everything Everywhere All at Once (2022) dan NEON mendominasi Cannes Film Festival selama 5 edisi berturut-turut sejak Parasite (2019). Melihat cerita sukses mereka tentu bikin siapapun penasaran dengan strategi produksi dan pemasaran keduanya. Tanpa basa-basi lagi, mari bedah bersama. 

Baca Juga: 8 Film Drama Romantis Andrew Garfield, Terbaru We Live in Time!

1. Bersedia berkompromi dengan prinsip ethical business

4 Hal yang Bisa Dipelajari dari Cerita Sukses NEON dan A24anggota SAG-AFTRA melakukan aksi protes pada 2023 (instagram.com/sagaftra)

NEON dan A24 adalah dua dari sedikit rumah produksi yang bersedia memenuhi tuntutan Writers Guild of America (WAG) dan The Screen Actors Guild-American Federation of Television and Radio Artists (SAG-AFTRA) yang melakukan mogok kerja sebagai buntut keberatan mereka soal praktik tak etis dalam proses pembuatan film dan serial di Amerika Serikat. Saat gencar-gencarnya gerakan mogok tersebut, beberapa proyek mereka dapat dispensasi dari SAG-AFTRA karena terbukti tak dapat pendanaan dari Alliance of Motion Picture and Television Producers (AMPTP) yang jadi target boikot mereka. 

Fakta bahwa mereka bisa bebas dari boikot yang sempat bikin industri hiburan Amerika mandek beberapa bulan itu adalah sebuah lampu hijau. Ini menandakan kemandirian finansial dan imunitas NEON dan A24 dari entitas berkepentingan. Artinya dengan bersedia melakukan pendekatan ethical business, keduanya pun berhasil mengamankan keberlanjutan bisnis mereka. NEON dan A24 memang sering membuat film low-budget, tetapi tak pernah kalah dari rumah produksi besar soal kualitas. 

2. Berhasil membangun komunitas global

4 Hal yang Bisa Dipelajari dari Cerita Sukses NEON dan A24merchandise A24 (instagram.com/a24)

Kunci sukses lain yang bisa kamu curi dari A24 dan NEON adalah konsistensi mereka membangun komunitas global. Meski tak punya dana untuk gencar beriklan di televisi dan media sosial, keduanya berhasil mencuri atensi lewat cerita-cerita inovatif dan provokatif mereka. Taktik ini berhasil memantik diskusi di forum-forum internet dan secara tak langsung berperan sebagai publisitas gratis. 

Dalam waktu singkat, orang pun melirik A24 dan NEON sebagai rumah produksi yang kurasi filmnya layak jadi rujukan. Tak hanya dirilis dalam bentuk digital, film-film mereka juga diminati dalam bentuk rilisan fisik seperti poster, VHS, kaos, topi, dan berbagai merchandise lain yang menguntungkan secara komersial. Meski tak semua film mereka sukses, persentase film yang mencuri perhatian sukses menutupi beberapa yang flopped alias gagal. 

Baca Juga: 7 Idol KPop yang Isi Soundtrack Film Hollywood, Terbaru Stray Kids

3. Pakai taktik scarcity value

4 Hal yang Bisa Dipelajari dari Cerita Sukses NEON dan A24Oz Perkins di depan Vista Teather Hollywood yang menayangkan Longlegs (instagram.com/neonrated)

Strategi yang cukup sering dipakai A24 dan NEON adalah merilis film mereka di festival dan bioskop secara terbatas. Tak jarang dari festival inilah mereka dapat publisistas tambahan dan tawaran untuk penayangan di beberapa bioskop. Menariknya, mereka sering memilih bioskop alternatif alias non-mainstream untuk pemutaran. Bioskop-bioskop ini biasanya mematok harga tiket sedikit lebih tinggi dan jumlah layarnya pun terbatas.

Penayangan terbatas itu tak hanya menyelamatkan mereka dari potensi kerugian, tetapi sekaligus meningkatkan scarcity value — kenaikan nilai satu produk/jasa karena keterbatasan ketersediaan alias kelangkaan. Taktik ini mereka pakai pula untuk penayangan massal secara digital. Meski ada yang akhirnya tayang di layanan over-the-top (OTT) mainstream, tak sedikit yang tayang eksklusif di platform mereka sendiri (A24 App dan NEON TV) ataupun layanan OTT alternatif yang khusus mengurasi film-film arthouse.

4. Kolaborasi dengan sutradara auteur baru yang potensial

4 Hal yang Bisa Dipelajari dari Cerita Sukses NEON dan A24Kristoffer Borgli (instagram.com/utopiamovies)

NEON dan A24 juga cukup jeli menggaet sutradara potensial. Terutama yang belum punya nama besar, tetapi mencuri perhatian khalayak sebagai pendatang baru. Beberapa nama yang berhasil mereka orbitkan misalnya saja Julia Ducournau (Titane), Kristoffer Borgli (Dream Scenario), Oz Perkins (Longlegs, The Blackcoat's Daughter), Yorgos Lanthimos (The Lobster, The Killing of a Sacred Deer), dan Justine Triet (Anatomy of a Fall). 

Memberi kesempatan pada sutradara auteur (tipe sutradara yang punya peran besar dalam pembuatan film mulai dari penulisan naskah sampai sinematografi) yang baru debut adalah keputusan terbaik yang dilakukan NEON dan A24 sejauh ini. Memberikan kebebasan pada mereka memang terlihat seperti idealisme buta. Namun, di tengah jenuhnya industri film Hollywood, pendekatan ini membuat keduanya mudah diingat dan dapat publisitas akar rumput lewat ulasan jujur pengamat serta penikmat film. 

Berhasil menciptakan model bisnis dengan level keberlanjutan yang baik, dominasi NEON dan A24 sepertinya tak akan pudar dalam waktu singkat. Tertarik buat meniru strategi mereka? 

Baca Juga: 5 Fakta Film The Apprentice yang Kisahkan Donald Trump Muda

Dwi Ayu Silawati Photo Verified Writer Dwi Ayu Silawati

Penulis, netizen, pembaca

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Diana Hasna

Berita Terkini Lainnya