5 Film untuk Mengenal Orientalisme, Terbaru Trigger Warning
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Pernah dengar istilah orientalisme? Konsep tersebut ternyata dipopulerkan oleh Edward Said lewat bukunya yang berjudul Orientalism terbitan 1978. Said merunut istilah itu dari dua kata berlawan, yakni "occident" dan "orient". "Occident" adalah sesuatu yang normal alias orbit segalanya, sementara "orient" sebaliknya, yaitu sesuatu yang lain. Mengingat pada masa lalu, ilmu pengetahuan dan penjelajahan banyak berakar dari orang-orang asal Barat (Amerika Serikat dan Eropa Barat), maka perspektif yang dipakai pun adalah sudut pandang normatif mereka.
Ini yang kemudian menciptakan kecenderungan orientalisme, yakni bagaimana perspektif Barat mendominasi dan menciptakan stereotip dari hasil pengamatan yang mereka lakukan di luar dirinya. Terutama dalam hal ini kultur negara-negara di belahan dunia bagian Timur seperti Asia. Tak heran kalau orientalisme sering dikaitkan pula dengan sejarah kolonialisme mengingat penjajah Barat pernah datang dan menduduki negara-negara di Asia dan Timur Tengah.
Kolonisasi memang sudah lama ditinggalkan (meski tidak sepenuhnya), tetapi praktik orientalisme ternyata masih subur. Beragam contohnya terpampang nyata dalam industri hiburan Hollywood. Untuk lebih kenal dengan konsep ini, mari coba tonton lima film berbau orientalisme berikut.
Baca Juga: 10 Film Terbaik tentang Dua Polisi Kocak, Bikin Ketawa Terus!
1. Borat (2006)
Contoh paling nyata dari praktik orientalisme dalam industri hiburan Hollywood adalah film Borat (2006). Disutradarai Larry Charles dan dibintangi Sacha Baron Cohen, film ini ceritanya mengikuti jurnalis Kazakshtan bernama Borat Sagdiyev yang dapat kesempatan untuk membuat film dokumenter. Mendapuk Cohen saja sudah jadi bendera merah mengingat ia sama sekali tak punya darah Asia Tengah. Sosok Borat juga digambarkan punya sifat bawaan dan nilai yang menyiratkan stereotip buruk tertentu soal Kazakhstan.
2. The Dictator (2012)
Meski dikritik habis, kolaborasi Larry Charles dan Sacha Baron Cohen berlanjut dengan perilisan film The Dictator. Kali ini Cohen didapuk jadi pemimpin diktator sebuah negara fiktif di Afrika Utara. Sesuai dengan stigma yang melekat dan dipercaya Amerika Serikat serta sekutunya, diktator dalam film ini digambarkan sebagai seorang pria paruh baya yang gila harta, narsis, korup, seksis, dan dekat dengan kelompok teroris. The Dictator benar-benar menggambarkan praktik orientalisme dalam film.
Baca Juga: 4 Aktor Korea Merasa Bersalah saat Berciuman dengan Lawan Mainnya
3. Trigger Warning (2024)
Meski sebenarnya bertema vigilante (pembalasan dendam), film Trigger Warning menuai kontroversi karena adegan awalnya yang berbau orientalisme. Dua menit pertama film menampakkan truk pengirim bantuan yang diserang dua pria dari dalam mobil. Penyerangnya berbicara dalam bahasa Arab dan mengenakan pakaian yang identik dengan kelompok radikal di negara-negara Arab yakni kefiyeh. Takarirnya bahkan secara gamblang menyebut mereka sebagai "teroris". Sontak, banyak yang yakin film ini justru bisa memperkuat sentimen terhadap Arab dan Islam.
4. The East (2020)
Film The East juga bisa jadi cerminan orientalisme yang jelas. Film ditulis dari perspektif tentara muda Belanda yang diterjunkan ke Hindia Belanda (kini Indonesia) setelah Perang Dunia II. Ia kemudian berada di bawah komando Raymond Westerling yang diperintah untuk melenyapkan pemberontak alias pejuang kemerdekaan Indonesia di Sulawesi Selatan. Filmnya memang fokus pada kejahatan kemanusiaan yang dilakukan Westerling. Namun, banyak pula adegan yang menunjukkan tendensi orientalisme dari cara para tentara dan penjajah Belanda memandang serta memperlakukan warga lokal.
5. The Reluctant Fundamentalist (2012)
Sesuai novelnya, The Reluctant Fundamentalist adalah kritik Mohsin Hamid terhadap tendensi orientalisme yang menyasar orang-orang muslim Asia. Riz Ahmed didapuk sutradara Mira Nair jadi pria keturunan Pakistan bernama Changez yang setelah tragedi 9/11 jadi sasaran operasi perang terhadap terorisme Amerika Serikat. Padahal Changez lahir dan besar di tengah keluarga sekuler. Ia bahkan dibuntuti agen intelijen Amerika karena dugaan keterlibatannya dengan kelompok radikal. Beda dengan empat film sebelumnya, film ini secara gamblang mengkritik pedas orientalisme dan ditulis langsung dari perspektif korbannya.
Praktik orientalisme ternyata masih marak dilakukan. Bahkan zaman yang makin inklusif pun tak membuat Hollywood kapok membuat film sarat perspektif normatif Barat yang mereka percaya.
Baca Juga: 5 Drakor yang Tayang di Bulan Juli 2024, Ada Sweet Home 3
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.