Ciri Khas Film Horor Mike Flanagan yang Sukses Bikin Candu

Kreator serial horor paling diminati

Buat penggemar film horor, Mike Flanagan pasti tak asing lagi di telinga. Beberapa serial buatannya terbukti laris manis di salah satu platform streaming. Sebut saja The Haunting (2018-2020), Midnight Mass (2021), dan The Midnight Club (2022). Serial terbarunya, The Fall of the House of Usher  pun siap menghantuimu tahun 2023 ini. 

Flanagan tak hanya berkutat menggarap serial, ia pernah merilis beberapa film, seperti Oculus (2014), Hush (2016), Ouija: Origin Of Evil (2016), Gerald’s Game (2017), dan Doctor Sleep (2019). Dari beberapa filmografinya, ada beberapa hal yang bisa disimpulkan soal gaya sinematik Flanagan. Ia bukan Jordan Peele yang suka menyisipkan kritik sosial. Bukan pula Robert Eggers yang sering memasukkan elemen mitologi dan dongeng gothic dalam karyanya. Mike Flanagan jelas punya kekhasan sendiri yang jadi candu buat penonton, bahkan untuk non-penikmat horor sekalipun.

Baca Juga: 5 Film Horor Garapan Sutradara Jordan Peele, Terbaru Nope

1. Berbakat memadukan kengerian dengan dimensi emosi manusia

Ciri Khas Film Horor Mike Flanagan yang Sukses Bikin CanduDoctor Sleep (dok. Warner Bros/Doctor Sleep)

Kekuatan karya sinematik Mike Flanagan terletak pada kelihaiannya menyertakan dimensi emosinal dalam sebuah cerita horor. Ini membuat penonton lebih mudah bersimpati dan hanyut ke dalam cerita.

Bila diperhatikan lebih jeli, film dan serial Flanagan sering berkutat pada isu-isu duka cita. The Haunting of Bly Manor, Before I Wake, Oculus, misalnya, mereka mengeksplor dengan jelas dampak dari kematian orang terdekat terhadap kondisi psikis tokoh-tokohnya. The Haunting of Hill House dan Doctor Sleep menyenggol isu kesehatan mental dan adiksi. 

Midnight Mass, Hush, dan Gerald's Game, Flanagan mengusung tema keterpencilan dan alienasi yang membuat kengerian filmnya berlipat ganda. The Midnight Club mengeksplorasi kekhawatiran manusia saat bicara perkara kematian. Sementara itu, serial terbarunya akan menjelajahi perihal dinamika hubungan keluarga yang kompleks. Isu ini sebenarnya pernah diangkatnya di beberapa proyek lawasnya (The Haunting of Hill House dan Oculus). 

2. Elemen supranatural dan negative space

Ciri Khas Film Horor Mike Flanagan yang Sukses Bikin CanduThe Haunting of Hill House (dok. Netflix/The Haunting)

Selain dimensi emosi, ciri khas lain dalam proyek Flanagan adalah elemen supranatural yang tak pernah ia lewatkan. Elemen ini membuat filmnya tidak hanya nyaman dinikmati penonton skeptis, tetapi juga sebagian penonton lain yang percaya bahwa makhluk tak kasat mata itu nyata adanya. 

Menariknya lagi, Flanagan sering memanfaatkan keberadaan negative space alias ruang kosong untuk menciptakan kengerian. Saat ada area gelap dengan pencahayaan minim, penonton otomatis akan menyalakan radarnya karena ruang ini yang biasa dipakai kreator horor untuk menciptakan jumpscare lewat makhluk-makhluk seram pembawa teror. Namun, Flanagan secara cerdik tidak serta merta selalu menggunakan ruang kosong itu untuk keperluan jumpscare.

Ia kadang menyelinginya dengan tidak menempatkan apapun di area itu atau justru menyisipinya dengan sosok hantu yang berdiri diam mengamati. Negative space dalam film Flanagan justru lebih sering dipakainya untuk meletakkan easter egg, kejutan dan pesan tersembunyi. Meski ada perasaan khawatir dan takut, penonton justru mencari sensasi menemukannya. 

Baca Juga: 6 Fakta The Fall of the House of Usher, Series Horor Mike Flanagan

3. Akhir yang bittersweet meninggalkan bekas di benak penonton

Ciri Khas Film Horor Mike Flanagan yang Sukses Bikin CanduMidnight Mass (dok. Netflix/Midnight Mass)

Superioritas film horor psikologi Flanagan didukung pula oleh plotnya yang kompleks dan susah tertebak. Untuk mengapresiasi penonton yang sudah setia mengikuti alur cerita garapannya itu, Flanagan pun sudah menyiapkan akhir yang memuaskan. Tidak serta merta sesuai ekspektasi penonton, tetapi cukup untuk menutup cerita yang sudah terlanjur ia buka.

Kalau kamu perhatikan, kebanyakan film horor Flanagan berakhir dengan akhir yang bittersweet, perpaduan manis dan pahit. Ini yang membuat film-filmnya berhasil meninggalkan bekas dalam di benak penonton. Setelah nonton Oculus, The Haunting, dan Midnight Mass, dan Doctor Sleep kamu pasti masih ngilu mengingat akhir tragisnya. Namun, di sisi lain puas dengan cara Flanagan mengakhiri perjuangan lakon-lakonnya. 

Akhir bittersweet memang bukan eksklusif dimiliki Flanagan seorang. Meski begitu, keberadaannya terbukti membuat film jadi lebih membekas dan melegenda. Ini pernah mengiringi kesuksesan The Devil's Backbone (2001) dan The Shining (1980). Gaya ini pun diadopsi sineas horor masa kini seperti Daniel dan Michael Philippou dalam Talk to Me (2023), Ari Aster dalam Midsommar (2019) dan Hereditary (2018), serta Robert Eggers saat membuat The Witch (2016). 

Baca Juga: 6 Film Horor Paling Menyeramkan Karya Mike Flanagan, Wajib Nonton!

Dwi Ayu Silawati Photo Verified Writer Dwi Ayu Silawati

Pembaca, netizen, penulis

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Naufal Al Rahman

Berita Terkini Lainnya