Di Balik Pemilihan Karakter Utama di Film Indonesia

Para sineas di balik film Indonesia bongkar tahapannya!

Surabaya, IDN Times - Karakter menjadi salah satu mise en scene dalam sebuah film. Akting aktor atau aktris saat membawakan sebuah karakter memberikan nyawa bagi film. Tak sedikit kesuksesan film Indonesia terbantu karena totalitas para aktor atau aktris saat membintangi karakter mereka.

Banyak masyarakat awam dan penikmat film yang penasaran dengan proses casting para karakter di belakang layar. Apa standar yang dimiliki sutradara, produser, hingga casting director untuk memilih aktor atau aktris yang akan bermain di film mereka?

Di dalam artikel ini, Widhi Susila Utama, casting director dari film Laura (2024) akan menjelaskan secara gamblang alur casting karakter utama di film Indonesia. Tidak ketinggalan Joko Anwar, sutradara film Siksa Kubur (2024) akan mengelaborasikan pengalamannya sebagai sutradara, penulis naskah, hingga casting director dari film tersebut.

Selain itu, Susanti Dewi, produser dari film Balada Si Roy (2022) dan Srimulat: Hil yang Mustahal - Babak Pertama (2022) berbagi cara khusus untuk menentukan karakter utama sejak proses penulisan naskah. Simak ulasan lebih dalam soal di balik pemilihan karakter utama dari kacamata sineas Indonesia, yuk!

1. Pemilihan karakter utama di film adalah kolaborasi produser, sutradara, dan casting director

Di Balik Pemilihan Karakter Utama di Film IndonesiaJoko Anwar (Netflix via Instagram.com/jokoanwar)

Seperti judulnya, casting director adalah salah satu jobdesk kru film yang bertanggung jawab dalam pencarian pemain. Widhi Susila Utama menegaskan jika pencarian karakter mengacu pada naskah film yang sudah disiapkan.

“Penata peran itu salah satu pekerjaan dia adalah mencari pemain based on script gitu. Memang pada akhirnya kita harus mendengarkan apa yang dimau director sama produser pasti,” mulai Widhi Susila.

Hal ini selaras dengan apa yang Joko Anwar katakan. Menurut sutradara dari film Pengabdi Setan 2: Communion (2022) ini, pencarian karakter adalah kolaborasi antara sutradara, produser, dan casting director.

“Bukan sutradara doang ya. Jadi kalau bikin film itu kan ada keputusan bersama pastinya, sutradara, produser ketika membaca skenario kan akan menentukan siapa yang akan diajak untuk audisi atau casting gitu,” jelas Joko Anwar.

Widhi Susila berkata, meski dirinya sebagai casting director memiliki hak untuk mencari dan menyarankan aktor untuk memerankan sebuah karakter, namun keputusan terakhir tetap berada di tangan sutradara dan produser. Terlebih karena setelah film selesai diproduksi, produser yang tahu siapa target pasar dari produk yang mereka miliki.

“Jadi aku dari sisi casting director, aku ngasih pendapat kenapa memilih dia, director juga akan ngasih pendapat kenapa memilih dia, produser kenapa memilih dia. Pada akhirnya memang yang memutuskan produser, betul. Pasti karena yang akan memutuskan semuanya kan memang dari produser, maksudnya dari all the finance and everything gitu sih,” tambah pemilik akun @wickedwidhi itu.

Pengalaman yang dibagikan Susanti Dewi saat menjadi produser film Srimulat: Hil yang Mustahal - Babak Pertama (2022) seakan menegaskan pernyataan Widhi. Saat itu, Susanti Dewi dan Fajar Nugros, sang sutradara sedang mencari pemeran karakter Basuki yang akhirnya dilakoni Elang El Gibran.

“Fajar punya satu nama, tapi aku suggest Elang. Awalnya sih Fajar (gak yakin) karena mungkin Fajar belum kenal kali ya,” jelas Susanti Dewi.

Head dari IDN Pictures itu menambahkan, “Karena produser dan sutradara partner yang sangat solid ya. Untungnya pada saat itu Fajar menerima masukan (dari aku) dan seperti yang kita tahu, Elang berperan sebagai Basuki sangat ikonik dan juga diganjar banyak nominasi award.”

2. Pemilihan karakter utama didasarkan pada kebutuhan di naskah dan kecocokan cerita

Di Balik Pemilihan Karakter Utama di Film IndonesiaSusanti Dewi (dok. IDN Pictures/Susanti Dewi)

Joko Anwar, Susanti Dewi, dan Widhi Susila sepakat jika pemilihan karakter utama di sebuah film memang harus berdasarkan kebutuhan naskah dan kecocokan cerita. Selain itu, para aktor dan aktris yang nantinya terpilih harus bisa men-deliver emosi kepada penonton.

“Yang pasti tentunya sesuai dengan kebutuhan cerita ya,” tegas Joko Anwar.

Widhi Susila menambahkan, “Memang harus yang pas dengan karakternya dan juga bisa deliver secara akting, secara emosi, dan juga bisa dinikmati sama penonton. Maksudnya karena tidak semua orang itu kan fotogenik.”

Meski para aktor dan aktris yang bermain di film arahannya kerap meraih penghargaan dan dipuja kualitas aktingnya, Joko Anwar mengaku tidak memiliki trik khusus. Menurutnya, yang penting aktor tersebut bisa berakting, berkelakuan baik, dan disiplin.

“Jadi gak ada karakteristik lain, yang penting dia bisa akting, kelakuannya baik, punya disiplin, dan sesuai dengan kebutuhan skenario. Jadi gak ada cara khusus,” ujar Joko Anwar yang terkadang kerap disapa Bang Jokan.

Di sisi lain, ternyata Susanti Dewi bersama IDN Pictures kerap memilih aktor utama di film mereka sejak penulisan naskah. Cara ini juga kerap digunakan sineas lain saat memproduksi film mereka.

Decision making prosesnya berbeda-beda. Tapi kalau kami di IDN tentunya dalam memilih aktor-aktor, apalagi aktor utama, dalam memerankan film itu malah biasanya kita dari tahap penulisan, kita tuh udah kebayang siapa yang akan bisa memainkan peran,” cerita Susanti.

 

3. Proses casting film itu ada beberapa tahap, berikut penjelasannya

Di Balik Pemilihan Karakter Utama di Film IndonesiaWidhi Susila Utama (dok. Pribadi/Widhi Susila Utama)

Salah satu tahap pra produksi film yang kerap membuat masyarakat penasaran adalah proses casting. Susanti Dewi berkata, sebagai produser ia tidak selalu terjun langsung meng-casting karakter yang bermain di filmnya.

“Gak sih, biasanya casting director dan sutradara menjalankan proses casting itu sendiri, aku menerima hasil casting,” jawab Santi, panggilan akrab pemilik akun @susantidewi itu.

Joko Anwar biasanya akan meng-casting aktor atau aktris yang memerankan karakter di filmnya setelah melewati tahap screening dari casting director. Akan tetapi, ternyata Joko Anwar sebagai sutradara terkadang juga menjabat sebagai casting director.

“Misalnya dari 20 kandidat yang datang, terus ada 10 orang yang sudah di-screening oleh casting director. Kemudian kandidat yang terkuatnya nanti akan saya datangi sendiri, saya temui sendiri," ungkap Jokan.

Ia melanjutkan, “Bahkan ada di beberapa kesempatan, misalnya serial Nightmares and Daydreams, casting director-nya saya sendiri gitu. Kayak Siksa Kubur, casting director-nya saya sendiri gitu.”

Widhi Susila, selaku casting director mencoba mengelaborasikan proses casting yang biasa dilakukan perfilmaan Indonesia. Ada tujuh tahap, dimulai dari scouting, pemanggilan casting, chemistry test, re-cast, dealing, reading, hingga test cam.

Scouting, melihat atau mencari yang kira-kira cocok dengan karakter A, B, C, D, E. Kedua itu pemanggilan casting untuk casting. Nah, setelah casting kadang ada beberapa director atau produser itu yang mau chemistry test,” mulai Widhi Susila.

Terkadang urutan tahap chemistry test dan re-cast bisa terbalik. Tergantung kebutuhan dari sutradara hingga produser di proyek film tersebut. Proses re-cast sendiri berarti pemilihan ulang sebuah karakter.

Chemistry test itu artinya memanggil ulang semacam testing tapi bisa berdua, bisa bertiga, bisa beberapa orang, bisa grouping gitu. Nah, dari hasil chemistry test itu, kalau memang diperlukan kadang ada yang disebut namanya re-cast. Atau sebetulnya bisa dibalik sih,” lanjutnya

Setelah melewati empat tahap di atas, biasanya casting director akan melakukan dealing waktu dan budget dengan para aktor. Baru setelah itu masuk ke tahap reading

“Sebelum masuk proses ini pasti ada proses dealing juga. Dealing secara waktu, dealing secara budget dan semuanya. Setelah itu selesai, baru kita memulai masuk proses reading,” ungkap Widhi.

Di tahap reading, para aktor sudah mulai latihan adegan demi adegan dan mendalami karakter mereka. Tahap terakhir sebelum syuting di mulai, aktor perlu melakukan test cam.

Test cam itu sebenarnya untuk melihat skin color si A dan si B itu pakai apa bagusnya. Karena kan itu juga pengaruh dengan make up, pengaruh juga dengan semuanya,” tutup Widhi Susila.

4. Pergantian pemain hingga mengubah jadwal syuting adalah kendala yang umum terjadi dari segi casting pemain di film

Di Balik Pemilihan Karakter Utama di Film IndonesiaSusanti Dewi (dok. IDN Pictures/Susanti Dewi)

Proses casting sebuah film tidak selalu berjalan mulus. Ada di beberapa kondisi, termasuk jadwal syuting harus mundur karena kondisi kesehatan aktor utama menurun. Terlebih lagi jika syuting sudah sempat berjalan dan hanya tinggal beberapa hari lagi selesai.

“Syuting itu tinggal dua hari lagi, tiba-tiba pemain utama kita Reza Rahadian tuh sakit tipes. Akhirnya mau gak mau kita harus break, karena kan gak mungkin kita memaksakan juga pemain yang sudah kepayahan,” ujar Widhi saat menceritakan pengalamannya syuting film Habibie & Ainun 2 (2016).

Namun ada juga kondisi yang mengharuskan sutradara hingga casting director mengganti pemain. Pergantian pemain ini juga berdampak terhadap kemunduran jadwal syuting.

“Misalnya tiba-tiba dia harus pergi ke luar kota karena ada masalah keluarga yang mendadak dan tidak bisa ikut syuting. Atau pernah sakit dan ternyata kalau kita lihat mungkin recovery-nya akan lama. Itu bagian dari produksi film, menyiasatinya cari-cari pemain yang bisa menggantikan,” jelas Joko Anwar.

Hal ini juga pernah dialami oleh Susanti Dewi saat sedang mengerjakan proyek film Balada Si Roy (2022) di tengah pandemik COVID-19. Ia memberikan waktu kepada Fajar Nugros, selaku sutradara untuk mencari aktris baru dan memundurkan jadwal syuting.

“Akhirnya syuting kita ubah sedikit jadwalnya agar Fajar ada waktu untuk mempersiapkan aktor barunya. Yang tadinya dia harusnya shooting 2 hari berikutnya, ini masih minggu depannya lah. Jadi Fajar langsung persiapan secara intens dengan aktris baru ini, Lulu Tobing. Membuahkan hasil juga Lulu Tobing sangat baik bermain sebagai ibunya (Roy),” tutur Santi, panggilan akrab Susanti Dewi.

5. Kemampuan akting, etos kerja yang baik, dan kepribadian adalah faktor penting seorang aktor dilirik produser, sutradara, dan casting director

Di Balik Pemilihan Karakter Utama di Film IndonesiaReza Rahadian, Joko Anwar, dan Faradina Mufti (Instagram.com/jokoanwar)

Ada beragam hal yang membuat seorang aktor dilirik oleh sutradara, produser, dan casting director.

“Jadi bahwa followers itu aset? Yes of course asset. Sama aku selalu bilang bahwa itu hak director dan produser ataupun casting director untuk misalnya melihat orang karena followers,” ucap Widhi.

Menurut Widhi itu adalah cara mereka agar dilirik oleh sutradara, produser, dan casting director. Selain itu, di era 90-an, menjadi terkenal adalah salah satu cara agar dilirik. Namun dulu sarananya bukan media sosial, tapi melalui majalah atau mengikuti lomba modelling.

Tapi talent manager dari WideScreenID ini menegaskan jika viral saja tidak cukup. Mereka harus improve dalam segi kemampuan akting agar tetap dipercaya oleh sutradara atau produser.

“Karena dia lagi viral, kita coba langsung main gitu misalnya. Tapi kalau dia tidak improve them self. Kalau si orang itu tidak improve mengimbangi dengan kepercayaan yang diberikan oleh director atau produser, biasanya ya orang tuh langsung melempem sendiri juga,” ungkapnya.

Selain itu, seorang aktor juga harus bisa menjaga diri mereka, baik secara akting, penampilan, hingga nama baik. Ketiga hal itu tentunya akan meningkatkan kepercayaan sutradara dan produser terhadap mereka.

“Pasti tetap sih akting yang harus diutamakan. (Selain itu) penampilan juga pasti salah satu yang akan mendukung. Menjaga nama baik juga akan berpengaruh untuk karier mereka sebagai pemeran utama gitu,”  tambah casting director yang memulai kariernya sejak tahun 2014 itu.

Sedangkan menurut Susanti Dewi, kepribadian para aktor juga menjadi faktor penting. Karena saat berkarya, aktor dan aktris harus bekerja sama dengan kru untuk waktu yang cukup lama.

“Aku akan mengamati bagaimana personality. Karena membuat karya dengan film itu kan sebuah proses yang panjang. Bisa dibilang setiap film itu melahirkan sebuah keluarga baru. Jadi kalau misalkan chemistry-nya gak dapat, baik chemistry ke para pembuat ataupun ke pihak-pihak lainnya, ya rasanya akan sulit untuk bisa berkolaborasi dalam waktu lama. Karena kita ingin melakukannya dengan happy,” pungkas Susanti Dewi

 

6. Tantangan menemukan bibit baru aktor di perfilman Indonesia

Di Balik Pemilihan Karakter Utama di Film IndonesiaWidhi Susila Utama (dok. Pribadi/Widhi Susila Utama)

Menemukan bibit aktor baru di dunia perfilman Indonesia menjadi tantangan tersendiri bagi casting director, termasuk Widhi Susila. Kemampuan akting menjadi hal utama yang harus disorot.

“Kalau tantangan aku as a casting director untuk menemukan bibit-bibit baru itu pasti adalah melihat kemampuan akting mereka. (Selain itu) salah satu kesusahannya adalah membuat produser dan director yakin untuk memilih dia (yang notabennya) pemain baru,” tandas Widhi.

Sebagai casting director, Widhi selalu mencari cara-cara kreatif untuk menemukan aktor baru. Mulai dari memiliki koneksi dengan manajemen artis, berkunjung ke teater, sekolah akting, hingga scouting melalui Instagram dan TikTok.

“Memang harus banyak gaul dengan banyak manajemen atau dengan agency atau pun bisa mencari langsung orang-orang yang dia temui. Terkadang dia juga bisa datang ke teater-teater, kadang dia juga mungkin datang ke acara pencarian bakat atau ke acara sekolah-sekolah akting untuk mencari-cari bibit baru,” Jelasnya.

Widhi menambahkan, “Bahkan yang sekarang aku lakukan di luar itu adalah mulai mencari scouting lewat TikTok, lewat Instagram. Karena bagi aku, aku pun harus mulai upgrade my self.”

7. Tips dan trik bagi kamu yang ingin menjadi aktor dari Joko Anwar, Susanti Dewi, dan Widhi Susila

Di Balik Pemilihan Karakter Utama di Film IndonesiaJoko Anwar, Susanti Dewi, dan Widhi Susila (Netflix via Instagram.com/jokoanwardok. IDN Pictures/Susanti Dewidok. Pribadi/Widhi Susila Utama)

Sebelum menutup wawancara dengan IDN Times, Widhi Susila, Joko Anwar, dan Susanti Dewi berbagi soal tips dan trik bagi calon aktor yang ingin terjun ke dunia akting. Selain kemampuan akting, mereka memerlukan kedisplinan, sikap pantang menyerah, dan kemampuan public speaking.

“Kita harus bisa akting, harus punya kemampuan untuk seni peran sehingga ketika kita datang, kita sudah punya kemampuan untuk akting,” tutur Joko Anwar.

Menurut Widhi Susila, tidak bisa dipungkiri jika calon aktor tentu harus memiliki banyak koneksi. Mereka bisa langsung menghubungi casting director atau datang ke production house. Selain itu, memiliki manajer atau agency juga akan memudahkan mereka.

Seorang aktor tentunya harus memiliki etos kerja dan rasa ingin tahu yang tinggi bagi Joko Anwar. Sedangkan menurut Susanti Dewi, calon aktor perlu memiliki fighting spirit jika benar-benar ingin bekerja di dunia akting hingga bisa terpilih menjadi karakter utama.

“Kita punya etos kerja, jadi gak boleh telat, (harus) disiplin kalau misalnya appointment-nya jam 09.00 ya datang jam 09.00. Kemudian banyak bertanya. Jadi sebelum kita disuruh untuk melakukan sebuah adegan, kita harus punya pertanyaan adegannya seperti apa ya,” ujar Joko.

Santi menambahkan, “Harus punya fighting spirit yang kuat. Karena semua dalam hidup ini adalah proses. Kalau kamu bisa dapat apa yang kamu inginkan dalam satu kesempatan itu baik sekali, tapi di banyak cerita tidak ada yang datang dengan mudah.”

Selain itu, calon aktor juga harus memiliki kemampuan public speaking yang baik. Karena hal ini berguna ketika mereka harus menyampaikan pesan film kepada penggemar hingga rekan wartawan.

“Salah satu yang harus banyak diperhatikan oleh aktor Indonesia itu adalah public speaking. Karena kadang aktor di Indonesia itu merasa bahwa, I'm a good actor, tapi ketika kamu tidak bisa public speaking yang bagus maka ya susah. Sedangkan kalau kita perhatiin di luar negeri itu mostly hampir semua mereka punya skill public speaking yang bagus,” ujar Widhi Susila menyampaikan concern-nya.

Terakhir, sebagai aktor dan calon aktor, kita tidak boleh berpuas diri. Menurut Widhi Susila, meski sudah berhasil bermain di film yang diinginkan atau meraih beragam penghargaan, tetap harus mendalami skill akting.

“Menurut aku tidak boleh gampang merasa puas. Sebetulnya sih bukan hanya sebagai aktor aja, tapi semua pekerjaan. Jangan mentang-mentang aku kemarin udah pernah main film deh. Aku udah keren banget. Sudah gak perlu casting lah, semua karakter gua bisa. Nah, gak boleh gitu. Maksudnya tetap harus mencari ilmu sih menurut aku,” tutup Widhi Susila Utama.

Ternyata memilih karakter utama di sebuah film bukan hal yang mudah. Casting director, sutradara, dan produser harus melalui beragam tahap untuk menemukan aktor yang akan bermain di film mereka. Selain itu, kemampuan akting, etos kerja, tidak berpuas diri, dan mahir public speaking bisa menjadi bekalmu untuk terjun ke dunia akting, lho!

Baca Juga: POV Sineas Indonesia Soal Kenapa Film Horor Lebih Laris Ditonton

Topik:

  • Indra Zakaria

Berita Terkini Lainnya