#COD Cerita Angela Halim di Balik Profesi Pengarah Artistik

Pengarah artistik gak cuma soal beauty, tapi makna

Surabaya, IDN Times - Desain produksi menjadi aspek penting yang menjelaskan latar tempat, waktu, hingga suasana di dalam film. Di Indonesia, jobdesk ini dikepalai oleh Pengarah Artistik. 

Angela Halim, salah satu pengarah artistik asal Indonesia yang semakin disorot usai terlibat di film Agak Laen (2024) akan menjawab rasa penasaran soal profesi ini. Angie, panggilan akrab Angela Halim sebelumnya meraih penghargaan Penata Artistik Terfavorit di Festival Film Kecil Kecilan Semester Satu 2024.

Menurut Angie, pengarah artistik bertugas menciptakan ruang sesuai dengan karakter yang ingin ditampilkan. Desain produksi yang diciptakan tidak hanya sekadar keindahan, tapi terkadang memiliki makna.

Simak wawancara khusus IDN Times soal profesi pengarah artistik bersama Angela Halim dalam program #COD alias Cerita Orang Dalam!

 

1. Awalnya Angela Halim ingin jadi sutradara, tapi banting setir ke pengarah artistik

#COD Cerita Angela Halim di Balik Profesi Pengarah ArtistikAngela Halim (dok. Pribadi/Angela Halim)

Angela Halim sejak awal memang bercita-cita ingin menjadi filmmaker. Selain itu, ia juga hobi menonton film melalui laser disc dan VCD.

Kegemarannya ini yang membuat Angie berkuliah di Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Berawal ingin menjadi sutradara, Angie justru banting setir sebagai pengarah artistik.

"Awalnya waktu kuliah di IKJ minat aku ingin jadi sutradara, tapi setelah bantu-bantu senior mengerjakan tugas film mereka, aku merasa malah tertarik sama bidang artistik," mulai Angela Halim.

Alasannya karena Angie suka bekerja dalam tim besar. Selain itu, bakat di bidang artistik juga Angie dapat dari kedua orangtuanya yang berprofesi sebagai arsitek.

"Mungkin karena aku suka bekerja dalam tim besar, mungkin karena seru bermain dengan warna, ruang, komposisi, kebetulan kedua orangtua aku profesinya arsitek, mungkin itu yang menjadi influence buat aku lebih menyukai departemen artistik, karena merasa lebih ‘dekat’ aja dengan kehidupan aku dari kecil," jelas Angie, yang mengawali karier sebagai pengarah artistik di sinetron Indonesia.

2. Pengarah artistik tidak hanya menciptakan latar tempat, tapi waktu hingga suasana

#COD Cerita Angela Halim di Balik Profesi Pengarah ArtistikAngela Halim (dok. Pribadi/Angela Halim)

Pengarah artistik bertugas untuk menciptakan ruang para karakter berakting. Semua aspek, seperti properti, warna, dan penempatan barang adalah desain dari pengarah artistik.

"Intinya menciptakan ruang sesuai dengan karakter yang ingin ditampilkan aja sih," jelas Angie.

Berbagai hal yang penonton bisa lihat di frame biasanya di desain oleh pengarah artistik. Di mulai dari warna dinding, kursi yang diduduki aktor, lampu yang menerangi, gorden yang bergerak tertiup angin, hingga rokok yang dipegang aktor.

Ia melanjutkan, "Itu semuanya aku yang harus desain atau prepare seperti apa look dan mood-nya sesuai karakter dalam skenario."

Namun tidak hanya itu, pengarah artistik juga harus menyesuaikan latar waktu dari film tersebut. Jika latar di masa lalu, maka arsitektur dan properti yang digunakan menyesuaikan.

"Memang kita harus menyesuaikan dengan film time nya, misal cerita berlatar tahun 1960-an otomatis dari arsitektur dan interior bangunan, kendaraan dan lain-lain menyesuaikan," tuturnya.

Desain produksi yang diciptakan oleh pengarah artistik ini bertujuan untuk membuat penonton percaya. Maka tak mengherankan jika film-film berlatar masa lalu, menggunakan properti yang terkesan klasik atau lawas.

"Nantinya diperkuat lagi dengan kostum, mungkin ditambah musik, sehingga penonton believe ini cerita yang terjadi di tahun 1960-an," jelas art director dari film Sleep Call (2023) ini. 

3. Beragam divisi berhubungan erat dengan pengarah artistik, termasuk sinematografer

#COD Cerita Angela Halim di Balik Profesi Pengarah ArtistikAngela Halim (dok. Pribadi/Angela Halim)

Kolaborasi antar divisi di belakang layar film adalah hal biasa. Sama halnya seperti pengarah artistik yang bekerja sama dengan sutradara dan sinematografer.

"Ya, saya selalu berdiskusi dengan sutradara untuk mengetahui apa visi dan misi dia dalam sebuah film yang hendak diproduksi," jelas Angela Halim.

Ia menambahkan, "Karena apa yang direkam oleh kamera adalah sebuah ruang yang saya ciptakan, dan ruang itu sendiri bisa ditampilkan dengan baik berkat adanya tata cahaya dari tim lighting, lensa, filter dan lain-lain."

Jika kolaborasi antara sutradara, pengarah artistik, dan sinematografer terjalin baik, maka hasilnya terlihat maksimal di layar. Selain itu, pengarah artistik juga bekerja sama dengan penata kostum.

"Ya, kadang kita berdiskusi juga satu sama lain, namun saya tidak pernah ingin mendikte dan membatasi ruang kreatif mereka. Umumnya kami diskusi soal warna dan style in general, karena ini akan bersentuhan dengan setting saya," ujarnya.

Jika terlibat di film yang memiliki adegan pembunuhan atau perkelahian, pengarah artistik akan berkolaborasi dengan penata rias. Angie juga terkadang meminta saran dari MUA yang lebih ahli di bidang tata rias.

"Kalau untuk make up biasanya saya diskusi soal teknis kerja, bagaimana kami bisa saling back-up, kadang saya juga meminta saran dari MUA jika ada adegan film yang teknisnya sulit, misal adegan pembunuhan atau perkelahian yang membuat tim artistik juga dilibatkan dalam pengambilan gambarnya," lanjut Angie.

Baca Juga: #COD Widhi Susila Utama A.C.I Spill Tantangan Jadi Casting Director

4. Pengarah artistik fokus bekerja di tahap produksi

#COD Cerita Angela Halim di Balik Profesi Pengarah ArtistikAngela Halim (dok. Pribadi/Angela Halim)

Pengarah artistik bekerja di tahap produksi film. Untuk menciptakan desain produksi di setiap adegan, divisi artistik harus terlibat langsung saat syuting.

Namun, beberapa penonton tentu penasaran apakah pengarah artistik juga terlibat langsung di pra dan pasca produksi. Berikut jawaban Angela Halim.

"Saya belum pernah terlibat bekerja dalam post-production, tapi kadang saya dilibatkan dalam meeting-meeting semasa pre-production guna membahas hal-hal yang berkaitan dengan CGI," jawabnya.

5. Gak melulu soal keindahan, tapi juga menciptakan desain produksi berdasarkan makna

#COD Cerita Angela Halim di Balik Profesi Pengarah ArtistikAngela Halim (dok. Pribadi/Angela Halim)

Desain produksi hadir untuk menjelaskan latar tempat, waktu, hingga suasana secara visual. Angie menegaskan jika desain produksi yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan cerita.

"Tergantung kebutuhan ceritanya. Kalau konsepnya memang beauty dari menit pertama sampai menit terakhir, ya itu yang akan saya kejar," tegasnya.

Tidak menutup kemungkinan jika Angie menghadirkan desain produksi yang memiliki makna tersendiri. Makna yang dimaksud beragam, bisa untuk menyajikan suasana mencekam atau menjelaskan sesuatu secara tersirat.

"Kalau harus konsisten memperlihatkan suasana mencekam dari awal sampai akhir, itu juga yang harus saya kerjakan," lanjut Angie.

6. Cara kerja pengarah artistik di film dan serial berbeda dengan sinetron

#COD Cerita Angela Halim di Balik Profesi Pengarah ArtistikAngela Halim (dok. Pribadi/Angela Halim)

Profesi pengarah artistik tidak hanya ditemukan di film layar lebar, tapi juga serial dan sinetron. Meski dasarnya sama, tapi cara kerja pengarah artistik di ketiga proyek tersebut berbeda.

"Antara film layar lebar, serial dan sinetron ada sedikit cara kerja yang berbeda. Untuk sinetron kami dituntut untuk bekerja seefisien mungkin, secepat mungkin, dan sering kami harus siap jika ada perubahan mendadak atau permintaan mendadak di lokasi," jelasnya.

Tak mengherankan jika penataan artistik di sinetron tidak semaksimal film atau serial. Terlebih karena waktu yang dimiliki pengarah artistik di film dan serial lebih lama.

"Untuk film layar lebar dan series, kami punya lebih banyak waktu untuk mempersiapkan segala sesuatunya, dan jumlah shooting days-nya juga lebih banyak sehingga kami tidak merasa bekerja terlalu dikejar-kejar waktu," jelas pengarah artistik yang mengawali karier di tahun 2004 ini.

7. Manajemen waktu dan keuangan yang baik, serta dituntut selalu kreatif adalah tantangannya

#COD Cerita Angela Halim di Balik Profesi Pengarah ArtistikAngela Halim (dok. Pribadi/Angela Halim)

Setiap profesi pasti memiliki tantangan, tak terkecuali Angela Halim yang menekuni bidang pengarah artistik. Ia dituntut untuk menerapkan manajemen waktu yang baik.

"Tantangan terbesar adalah bekerja sesuai waktu yang sudah ditentukan, seperti waktu persiapan, waktu set-up di tiap lokasi, waktu moving dari satu set ke set yang lain," jelas pemilik akun Instagram @angieigna ini.

Mengelola budget yang sudah dipercayakan oleh produser juga menjadi tantangan bagi Angie. Selain itu, pengarah artistik selalu dituntut untuk kreatif.

"Dan mengelola budget yang sudah dipercayakan oleh produser ke tangan saya. Bagi saya manajemen waktu dan uang sama pentingnya dengan proses kreatif," tutupnya.

Berawal dari cita-cita dan hobi, Angela Halim kini sukses menjadi pengarah artistik. Bukan cuma soal proses kreatif, tapi manajemen waktu dan mengelola uang adalah hal terpenting dalam profesinya. Apakah kamu sudah paham dengan cara kerja pengarah artistik?

Baca Juga: #COD Widhi Susila Utama A.C.I Spill Tantangan Jadi Casting Director

Topik:

  • Indra Zakaria

Berita Terkini Lainnya