TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Review Kelebihan dan Kekurangan Film Never Let Go

Premisnya mirip A Quiet Place dan Bird Box

Never Let Go (dok. Lionsgate/Never Let Go)

Alexandre Aja, sutradara kenamaan yang dikenal dengan film horor jagal, mencoba sesuatu yang berbeda dengan Never Let Go (2024). Film ini membawa penonton ke dalam dunia pasca-apokaliptik, di mana satu keluarga harus bertahan hidup di tengah ancaman misterius yang mengharuskan mereka selalu terikat satu sama lain.

Namun, apakah eksperimen Aja ini berhasil menciptakan pengalaman horor yang mencekam seperti karya-karyanya sebelumnya? Mari kita bedah lebih dalam kelebihan dan kekurangan Never Let Go dalam ulasan ini.

1. Menawarkan genre survival horor dengan tema keluarga

Never Let Go (dok. Lionsgate/Never Let Go)

Never Let Go menawarkan genre survival horor dengan tema keluarga, mengikuti jejak dua film di tahun 2018, A Quiet Place dan Bird Box. Film ini mengundang perbandingan dengan keduanya, terutama lewat premis keluarga yang mencoba melarikan diri dari entitas jahat.

Namun, Alexandre Aja memberikan sentuhan berbeda dengan membangun ketegangan dari konflik interpersonal dan intrapersonal di dalam keluarga tersebut. Sekali lagi, ia kembali memperlihatkan keahliannya membangun ketegangan yang perlahan meningkat.

Elemen isolasi dan ancaman tak terlihat di film ini membawa nuansa serupa dengan It Comes at Night (2017), menekankan ketakutan dari hal-hal yang tidak diketahui. Atmosfer yang mencekam, dipadukan dengan elemen halusinasi dan horor psikologis, menciptakan pengalaman yang menghantui bagi penonton.

2. Plot yang lambat, tapi tetap menegangkan

Never Let Go (dok. Lionsgate/Never Let Go)

Film ini mengikuti Momma (Halle Berry) dan dua anak kembarnya, Samuel dan Nolan, yang tinggal di sebuah kabin terpencil di tengah hutan. Kabin tersebut, alih-alih menjebak mereka, justru menjaga mereka dari ancaman. Menurut Momma, dunia luar telah terinfeksi oleh kejahatan, dan iblis sedang menunggu untuk merasuki anak-anaknya.

Mereka harus selalu terikat dengan rumah menggunakan tali saat pergi keluar, dan menjalani serangkaian ritual harian untuk menjaga keselamatan mereka. Namun, ketegangan mulai meningkat saat Samuel secara tak sengaja melanggar aturan dengan melepas tali, dan Nolan mulai meragukan cerita ibunya.

Alexandre Aja menunjukkan keahliannya dalam menciptakan ketegangan dengan alur lambat tapi efisien. Sama seperti dalam karya-karyanya terdahulu, Aja mampu menggali ketakutan universal yang dimiliki oleh karakter dan penonton, terutama yang berhubungan dengan ancaman tak terlihat.

Baca Juga: Apakah Film Never Let Go Memiliki Post-Credit Scene?

3. Mengangkat isu kesehatan mental

Never Let Go (dok. Lionsgate/Never Let Go)

Lebih dari sekadar film horor, Never Let Go juga menyentuh isu kesehatan mental. Film ini mempertanyakan apakah ancaman yang dihadapi keluarga ini benar-benar nyata atau hanya manifestasi dari trauma sang ibu. Kita juga diajak merenung, apakah kejahatan berasal dari luar atau dari dalam pikiran manusia yang dipenuhi rasa takut?

Melalui sosok Momma, kita diajak untuk melihat bagaimana trauma bisa mengubah cara seseorang memandang dunia. Tema ini semakin memperkuat elemen emosional sehingga memberikan dimensi baru pada ketegangan yang dihadirkan.

4. Terlalu bergantung pada sosok Halle Berry

Never Let Go (dok. Lionsgate/Never Let Go)

Penampilan Halle Berry sebagai Momma adalah salah satu daya tarik utama film ini. Karakternya memancarkan intensitas dan kesan trauma yang mendalam, menjadikannya pusat dari seluruh narasi. Oleh karena itu, film ini jadi terlalu bergantung pada sosoknya.

Sayang, plot yang repetitif dan kurangnya eksplorasi mendalam terhadap tema gangguan mental membuat cerita terasa stagnan di bagian tertentu. Konflik antara Momma dan anak-anaknya, yang awalnya menjanjikan, mulai kehilangan daya tarik seiring berjalannya film.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya