TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Film Pemenang Golden Lion Venice di KlikFilm, Wajib Masuk Watchlist!

Angkat beragam isu krusial, dari tunawisma sampai aborsi

poster film Three Colours: Blue dan Happening. (dok. France 3 Cinéma/Three Colours: Blue | dok. France 3 Cinéma/Happening)

Venice Film Festival 2024 kembali hadir dengan deretan film berkualitas yang bersaing untuk memperebutkan Golden Lion, penghargaan paling bergengsi di festival ini. Tahun ini, ada beberapa film yang diprediksi menjadi kandidat kuat, seperti Joker: Folie à Deux, sekuel dari Joker (2019), dan Maria, biopik diva opera legendaris yang dibintangi Angelina Jolie. Dengan Isabelle Huppert sebagai ketua juri, ajang ini tentunya semakin menarik perhatian penggemar film di seluruh dunia.

Sambil menunggu pengumuman pemenangnya pada 7 September mendatang, tak ada salahnya untuk menyaksikan beberapa film peraih Golden Lion dari tahun-tahun sebelumnya. KlikFilm, sebagai layanan streaming lokal andalan, memiliki koleksi lengkap film-film berkualitas, termasuk lima film pemenang Golden Lion yang wajib kamu masukkan ke dalam watchlist berikut.

Baca Juga: 5 Fakta Film The Room Next Door, Nominee Golden Lion di Venice 2024

1. Vagabond (1985)

adegan dalam film Vagabond. (dok. MK2 Diffusion/Vagabond)

Vagabond, atau Sans Toit Ni Loi, adalah mahakarya dari Agnès Varda yang berhasil meraih penghargaan Golden Lion di Venice Film Festival 1985. Film ini mengisahkan Mona (Sandrine Bonnaire), seorang perempuan muda yang memilih hidup sebagai gelandangan. Ia mengembara tanpa tujuan di pedesaan Prancis yang dingin dan suram.

Varda menyajikan kisah Mona melalui sudut pandang orang-orang yang pernah berinteraksi dengannya, menciptakan sebuah narasi yang terfragmentasi. Hal ini memang membuat Vagabond tak mudah untuk ditonton. Namun, di balik visi tersebut, tersirat sebuah kritik sosial yang tajam mengenai arti kebebasan dan harga yang harus dibayar untuk meraihnya.

2. Three Colours: Blue (1993)

adegan dalam film Three Colours: Blue. (dok. France 3 Cinéma/Three Colours: Blue)

Krzysztof Kieslowski, maestro sinema asal Polandia, mempersembahkan sebuah karya yang begitu dalam dan menghantui dalam Three Colours: Blue. Film ini adalah bagian pertama dari trilogi terkenalnya, Three Colours, yang mengeksplorasi nilai-nilai Republik Prancis. Blue sendiri secara khusus menyelami konsep kebebasan.

Kisah dimulai dengan tragedi yang memilukan. Julie (Juliette Binoche), seorang komposer, kehilangan suami dan anaknya dalam sebuah kecelakaan mobil. Hancur dan putus asa, ia kemudian memutuskan pindah ke tempat baru dan memulai hidup baru yang sunyi. Namun, masa lalu terus menghantuinya. Ia menemukan rahasia-rahasia tentang suaminya yang mengubah pandangannya tentang kehidupan mereka sebelumnya.

Film ini adalah studi karakter yang intens tentang perjuangan Julie untuk menemukan kembali dirinya dan kebebasannya setelah kehilangan segalanya. Kieslowski menggunakan teknik sinematografi yang unik untuk menggambarkan dunia batin Julie yang kacau. Dengan bobot cerita dan teknis yang juara, tak heran jika Three Colours: Blue meraih Golden Lion di Venice 1993.

3. Still Life (2006)

adegan dalam film Still Life. (dok. Xstream Pictures/Still Life)

Jika kamu sedang bosan dengan film drama yang dibuat-buat dan menonjolkan emosi secara berlebihan, Still Life karya Jia Zhangke bisa menjadi alternatif. Film yang memenangkan Golden Lion di Venice Film Festival 2006 ini mengajak penonton merenung tentang kefanaan hidup lewat kisah dua individu yang terdampar di Kota Fengjie, China. Diketahui, kota tersebut bersiap ditenggelamkan demi proyek Bendungan Tiga Ngarai.

Han (Han Sanming), seorang penambang miskin, datang mencari istri dan anaknya yang telah lama pergi. Sementara Shen Hong (Zhao Tao), seorang perawat, mencari suaminya yang hilang ditelan proyek bendungan 2 tahun lalu. Di tengah kota yang perlahan runtuh, mereka berjuang menemukan kembali kepingan masa lalu sebelum semua terkubur air.

Baca Juga: 21 Film yang Tayang di Venice Film Festival 2024, Ada Joker 2

4. A Pigeon Sat on a Branch Reflecting on Existence (2014)

adegan dalam film A Pigeon Sat on a Branch Reflecting on Existence. (dok. Coproduction Office/A Pigeon Sat on a Branch Reflecting on Existence)

Dalam A Pigeon Sat on a Branch Reflecting on Existence, Roy Andersson, sineas Swedia yang dikenal dengan gaya surealis dan humor gelapnya, menampilkan perjalanan absurd menyusuri liku-liku kehidupan. Dua salesman barang-barang unik, Sam dan Jonathan (Nils Westblom dan Holger Andersson), menjadi pemandu penonton dalam serangkaian vignette yang menggambarkan berbagai sisi manusia. Dari bar yang penuh dengan orang-orang bernyanyi di masa lalu, seorang guru flamenco yang bersemangat, hingga Raja Charles XII yang haus di tengah pertempuran.

Meski terkesan acak, film ini memiliki kekuatan emosional yang mendalam. Andersson berhasil menyentuh sisi-sisi terdalam dari pengalaman manusia, mulai dari kesepian, ketakutan, hingga keinginan untuk dicintai dan diingat. Kemenangannya di Venice Film Festival 2014 adalah bukti dari kekuatan dan orisinalitas visi Andersson.

Verified Writer

Satria Wibawa

Movie and series enthusiast. Please, visit my IG: @satriaphile90 or my Letterboxd: @satriaphile to see my other reviews. Gracias!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya