TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

7 Film Horor dengan Representasi LGBT Terbaik, Sudah Nonton?

Gak cuma seram, tapi juga angkat pesan soal keberagaman

adegan dalam film I Saw the TV Glow. (dok. A24/I Saw the TV Glow)

LGBTQ+ sering kali menjadi topik yang tabu dan penuh kontroversi, terlebih di Indonesia. Isu seputar identitas gender dan orientasi seksual ini masih sering dipandang sebelah mata dan bahkan dijauhi.

Namun, seiring berjalannya waktu, semakin banyak ruang bagi komunitas lesbian, gay, biseksual, transgender, queer, dan lainnya (LGBTQ+) untuk bersuara dan memperjuangkan hak-hak mereka. Salah satunya melalui film.

Dunia perfilman pun tak lepas dari perkembangan ini. Karakter-karakter dengan identitas gender dan orientasi seksual yang beragam mulai bermunculan di berbagai genre, termasuk horor. Genre yang identik dengan ketegangan dan ketakutan ini ternyata bisa menjadi wadah menarik untuk mengeksplorasi tema seputar identitas dan perjuangan.

Kalau kamu penasaran film horor apa saja yang berhasil menyajikan representasi LGBT dengan cerita yang mencekam, kamu wajib banget simak rekomendasi penulis berikut ini. Ada tujuh rekomendasi film horor yang siap bikin bulu kudukmu berdiri dan membuatmu merenung lebih dalam tentang makna identitas.

Baca Juga: 5 Rekomendasi Film Horor di Bulan September 2024, Bikin Merinding!

1. Thelma (2017)

adegan dalam film Thelma. (dok. B-Reel Films/Thelma)

Sebelum memikat penonton lewat The Worst Person in the World (2022), sineas asal Norwegia, Joachim Trier, sudah lebih dulu mencuri perhatian lewat Thelma. Di sini, Trier memadukan drama, misteri, dan supernatural dengan kisah cinta yang tak biasa.

Thelma bercerita tentang seorang gadis muda bernama Thelma (Eili Harboe) yang dibesarkan dalam keluarga religius yang sangat konservatif. Saat ia mulai kuliah di Oslo, ia bertemu Anja (Kaya Wilkins), gadis yang membuatnya merasakan perasaan yang belum pernah ia alami sebelumnya. Namun, perasaan ini justru memicu kekuatan supernatural yang terpendam dalam dirinya.

Film ini menghadirkan representasi LGBT yang subtil namun kuat. Lewat kekuatan supernatural Thelma, Trier mencoba menggambarkan bagaimana masyarakat sering kali menekan dan menganggap "berbeda" perasaan yang tak sesuai dengan norma, dan usahanya ini pun menuai pujian deras dari para kritikus.

2. Knife+Heart (2018)

adegan dalam film Knife+Heart. (dok. Memento Films/Knife+Heart)

Knife+Heart adalah film horor Prancis yang menghadirkan representasi LGBT secara antimainstream. Disutradarai  Yann Gonzalez, film ini berlatar di dunia industri film porno gay pada akhir 1970-an. Kisahnya mengikuti Anne (Vanessa Paradis), sutradara film dewasa, yang mendapati bahwa para pemain dan kru dalam produksi filmnya dibunuh satu per satu oleh sosok misterius.

Salah satu hal menarik dari Knife+Heart adalah bagaimana film ini mematahkan stereotip tentang karakter LGBT dalam film horor. Gonzalez menolak untuk menjadikan karakter queer sebagai korban atau objek penghakiman, melainkan memberikan mereka ruang untuk tampil sebagai individu yang beragam dengan dinamika emosi yang mendalam. Tak heran jika film ini terpilih menjadi salah satu wakil Prancis di Cannes 2018.

3. Bit (2019)

adegan dalam film Bit. (dok. Vertical Entertainment/Bit)

Dengan eksplorasi seputar vampirisme, feminisme, dan identitas LGBT di dalamnya, Bit menjadi salah satu film horor yang sayang untuk diabaikan. Kisahnya berpusat pada Laurel (Nicole Maines), remaja yang baru saja lulus SMA dan pindah ke Los Angeles untuk tinggal bersama kakaknya. Di kota besar ini, Laurel terlibat dengan sebuah kelompok vampir perempuan yang digawangi oleh Duke (Diana Hopper), pemimpin yang kuat dan berprinsip.

Film ini menghadirkan karakter-karakter yang kuat dan kompleks, terutama Laurel dan Duke. Laurel adalah seorang transgender yang sedang mencari jati dirinya, sementara Duke adalah seorang pemimpin yang tegas dan berjuang untuk keadilan. Keduanya memiliki hubungan yang rumit dan saling memengaruhi satu sama lain.

Baca Juga: 15 Film LGBT Terbaik Sepanjang Masa, Harus Nonton Sekali Seumur Hidup!

4. Spiral (2019)

adegan dalam film Spiral. (dok. Hadron Films/Spiral)

Di tengah dunia yang semakin terbuka, homofobia masih menjadi salah satu permasalahan besar yang dihadapi oleh komunitas LGBT. Film horor asal Kanada, Spiral, berhasil mengangkat isu ini dengan cara yang mencekam dan menyentuh hati.

Spiral mengisahkan Malik and Aaron (Jeffrey Bowyer-Chapman dan Ari Cohen), pasangan gay yang pindah ke kota kecil yang terpencil untuk mencari kehidupan yang lebih tenang. Namun, kehidupan di sana tak semudah yang mereka bayangkan. Selain pandangan diskriminatif diam-diam terhadap minoritas, mereka juga menyadari bahwa kota ini menyimpan rahasia gelap yang mengancam keselamatan mereka.

5. Bodies Bodies Bodies (2022)

adegan dalam film Bodies Bodies Bodies. (dok. A24/Bodies Bodies Bodies)

Halina Reijn, sineas Belanda yang tahun ini mencuri atensi di Venice lewat film karyanya, Babygirl, melakoni debut Hollywood yang gemilang lewat sebuah film slasher bertajuk Bodies Bodies Bodies. Film ini menyoroti sekelompok anak muda kaya yang berkumpul di sebuah rumah besar untuk berpesta saat badai sedang melanda.

Di tengah keseruan pesta, mereka memutuskan untuk bermain sebuah permainan di mana mereka harus saling "membunuh" dengan menyentuh satu sama lain. Namun, permainan tersebut berubah menjadi serius ketika salah satu dari mereka ditemukan tewas!

Bodies Bodies Bodies tak hanya menyajikan cerita horor yang menegangkan, tetapi juga menawarkan karakter-karakter yang beragam. Dua karakter dalam film ini, Sophie (Amandla Stenberg) dan Bee (Maria Bakalova), adalah pasangan lesbian. Kehadiran mereka di tengah-tengah kelompok heteroseksual menjadi salah satu daya tarik tersendiri.

6. Hypochondriac (2022)

adegan dalam film Hypochondriac. (dok. Minutehand Pictures/Hypochondriac)

Hypochondriac menceritakan kisah Will (Zach Villa), seorang laki-laki yang sedang berjuang melawan kecemasan dan paranoia. Trauma masa kecilnya, terutama akibat hubungan yang buruk dengan ibunya, terus menghantuinya. Will mulai melihat hantu-hantu yang tampaknya terkait dengan trauma tersebut.

Hypochondriac adalah film horor yang berbeda dari kebanyakan film horor arus utama. Alih-alih berfokus pada jump scare dan adegan kekerasan, film ini lebih mengeksplorasi sisi psikologis dari horor. Ketakutan yang dihadapi Will adalah ketakutan yang nyata dan dapat dipahami oleh penonton.

Selain itu, film ini juga mengedepankan representasi LGBT yang positif. Hubungan Will dengan pacarnya, Luke (Devon Graye), menjadi salah satu elemen penting dalam film ini.

Verified Writer

Satria Wibawa

Movie and series enthusiast. Please, visit my IG: @satriaphile90 or my Letterboxd: @satriaphile to see my other reviews. Gracias!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya