TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kelebihan dan Kekurangan Film Twilight of the Warriors: Walled In

Adegan action-nya oke, tapi kebanyakan!

cuplikan film Twilight of the Warriors: Walled In (instagram.com/twilightofthewarriors)

Jakarta, IDN Times - Twilight of the Warriors: Walled In masih menduduki urutan ke-9 box office Hong Kong setelah 1 bulan penayangannya dan meraup 675 juta dolar Hong Kong. Data tersebut dihimpun dari laporan mingguan tanggal 3-9 Juni 2024 yang dirilis oleh China Movie Data Information Network.

Film arahan sutradara Soi Cheang itu mengisahkan seorang imigran gelap bernama Chan Lok Kwan (Raymond Lam) yang tak sengaja memasuki Kota Bertembok Kowloon. Alhasil, ia pun harus berurusan dengan Cyclone (Louis Koo), pemimpin Kowloon yang dikenal bijaksana dan selalu menolong siapa pun yang kesusahan.

Melihat kesuksesan filmnya di negara asalnya, apakah kamu tertarik untuk menonton filmnya di Indonesia? Masih tayang di bioskop Tanah Air, sebelum menyaksikannya, yuk, simak dulu lima kelebihan dan kekurangan Twilight of the Warriors: Walled In berikut ini.

1. Filmnya mengajak penonton bernostalgia

cuplikan film Twilight of the Warriors: Walled In (instagram.com/twilightofthewarriors)

Twilight of the Warriors: Walled In berlatar tahun 1980-an, di mana saat itu Kowloon masih menjadi kota tanpa hukum sehingga kejahatan-kejahatan tingkat tinggi terjadi di sana. Kamu akan diperlihatkan kondisi rumah-rumah penduduk Kowloon yang saling berhimpitan satu sama lain, banyaknya kabel yang menjutai di sepanjang lorong kota, sampah di mana-mana, hingga selipan kehangatan di antara warga Kowloon.

Hal-hal tadi membawa kesan nostalgia sendiri sehingga penonton bisa ikut merasakan keseharian para warga Kowloon yang menjaga hubungan antar sesama tetap damai. Mereka juga saling bekerja sama untuk membantu jika mendapati seseorang sedang mengalami kesulitan.

Rasa kekeluargaan, gotong royong, dan saling tolong menolong yang ditampilkan dalam film pun seperti menyindir kehidupan modern masa kini di mana budaya-budaya seperti itu sudah sangat jarang ditemukan.

2. Fakta sejarah menjadi kekuatan dalam filmnya

behind the scene film Twilight of the Warriors: Walled In (instagram.com/twilightofthewarriors)

Kota Bertembok Kowloon atau yang dikenal juga dengan nama Kowloon Walled City bukanlah fiksi semata. Kota tersebut benar-benar ada dulu hingga tahun 1993 sebelum sepenuhnya dihancurkan oleh pemerintah setempat. 

Kowloon pun menjadi salah satu hal ikonik jika kita berbicara tentang Hong Kong. Bagaimana tidak, rumah-rumah warganya saling tumpang tindih, tidak ada hukum yang berlaku di sana, kriminalitas merajalela, hingga tidak ada aturan yang benar-benar mengatur warganya.

Twilight of the Warriors: Walled In memasukkan fakta sejarah tentang Kowloon dalam ceritanya dan itu menjadi kekuatan yang dimiliki film ini. Fakta sejarah itu membuat penonton merasa lebih dekat dengan ceritanya sehingga lebih mudah memahami alurnya. Bahkan, mungkin hal itu juga membuat mereka lebih teredukasi.

Untuk membuatnya tampak seperti Kowloon sungguhan, pihak produksi sampai membangun set mirip seperti kota itu demi keperluan syuting. Hal tersebut bisa dilihat dalam unggahan behind the scene di Instagram resmi filmnya. Para kru terlihat bekerja keras untuk membangun set yang begitu menakjubkan tersebut, supaya adegan di filmnya terasa lebih realistis.

Baca Juga: Sinopsis Twilight of the Warriors: Walled In, akan Tayang di Indonesia

3. Sajikan adegan aksi yang menegangkan

cuplikan film Twilight of the Warriors: Walled In (instagram.com/twilightofthewarriors)

Jika kamu merupakan orang yang suka melihat adegan kungfu yang intens dalam film Hong Kong atau China, maka hal itu akan dirimu temukan juga di Twilight of the Warriors: Walled In. Bagaimana tidak, hampir seluruh adegan dalam dramanya diisi dengan saling pukul hingga menyerang dengan senjata.

Di awal-awal cerita adegan aksi berhasil membangun vibes menegangkan seolah meminta penonton untuk menyimak ceritanya hingga akhir. Kamu akan menyaksikan aksi blockbuster dari Raymod Lam dan Louis Koo, dua aktor Hong Kong yang dikenal kerap bermain di film serupa. Keduanya bahkan memamerkan kepiawaian dalam melakukan jurus-jurus kungfu untuk menaklukan musuhnya.

4. Kebanyakan action, membuat character development tidak terbangun dengan baik

cuplikan film Twilight of the Warriors: Walled In (instagram.com/twilightofthewarriors)

Pertarungan demi pertarungan mengisi di hampir setiap adegan filmnya. Intensitasnya pun kian terasa seiring berjalannya cerita. Namun, banyaknya adegan tersebut mungkin akan membuatmu bosan dan akhirnya tidak  begitu excited dengan adegan pertarungan selanjutnya.

Hal itu juga membuang-buang durasi filmnya, karena bagian-bagian penting justru dikesampingkan. Bayangkan saja ada karakter yang sudah diatur sebagai juru kunci plot twist sekaligus villain utama. Namun, kurangnya character development justru membuat karakter tersebut baru mendapat sorotan saat menuju ending.

Parahnya lagi, orang paling bijaksana di Kowloon tak bisa bertahan hingga akhir film. Karakternya dibuat meninggal dunia dan memberikan kehampaan setelah kepergiannya.

Pace film pun menjadi kacau karena jalan ceritanya terkesan buru-buru untuk disudahi. Padahal, sebelumnya penonton bisa disuguhi pertarungan Chan Lok Kwan dengan musuh-musuhnya selama lebih dari 10 menit. Adegan action yang kebanyakan ini bikin durasi jadi "mubazir", padahal itu bisa dimanfaatkan untuk hal lainnya, seperti character development.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya