TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Relevansi The Hunger Games dengan Kehidupan Nyata, Seakurat Ini!

Met Gala jadi pemicunya

The Hunger Games (dok. Lions Gate Films/The Hunger Games)

Intinya Sih...

  • Met Gala menjadi pemicu sorotan atas relevansi film The Hunger Games dengan kenyataan saat ini, yang menggambarkan krisis kemanusiaan dan ideologi kapitalisme.

  • Film tersebut mencerminkan dominasi ideologi kapitalisme. Ini terlihat dari urbansentris di Capitol yang didukung oleh distrik-distrik sekitarnya.

  • The Hunger Games juga mengangkat isu propaganda dan pengawasan sebagai bagian dari narasinya, yang relevan dengan realitas masa kini.

Beberapa waktu lalu, bertepatan dengan pagelaran fesyen bernama Met Gala, filmThe Hunger Games tiba-tiba jadi sorotan. Rilis perdana pada 2012 alias lebih dari 1 dekade lalu, kritik dan pesan politik dalam karya adaptasi novel Suzanne Collins itu ternyata amat relevan dengan realitas saat ini. 

Ketika mata dunia tertuju pada kemewahan gaun yang dipakai seleb pada Met Gala 2024, krisis kemanusiaan sedang terjadi di Palestina, Sudan, Haiti, Kongo, Suriah, Ukraina dan Yaman. Ini persis dengan apa yang terjadi di Hunger Games, tepatnya di Ibu Kota Panem, Capitol (negara distopia yang merupakan latar utama film). Ketika lensa kamera fokus ke publik figur dan donatur dengan pakaian wah mereka serta makanan berlimpah, 12 anak tak berdosa dari 12 distrik sedang bersiap bertarung untuk mempertahankan hidupnya. Belum lagi nasib orang-orang di berbagai distrik jauh dari kata layak dan sejahtera. 

Selain konteks Met Gala, apa saja sih relevansi The Hunger Games dengan kenyataan yang mungkin terlewat dari amatanmu? Berikut rekapnya.

1. Cerminan dunia yang didominasi ide-ide kapitalisme

The Hunger Games (dok. Lions Gate Films/The Hunger Games)

Secara gamblang, The Hunger Games adalah cerminan dunia yang didominasi ide-ide kapitalisme tanpa ada ruang untuk ide-ide alternatif seperti sosialisme. Dengan begitu, tak heran kalau kamu akan menyaksikan orang kaya alias pemilik modal terus mengumpulkan pundi-pundi uang dan yang miskin, seperti kelas pekerja, terus tercekik. Puncaknya, anak-anak dari distrik-distrik di luar Capitol harus mengorbankan diri untuk menghibur orang-orang kaya di ibu kota. 

Collins mendramatisasinya lewat permainan bertajuk The Hunger Games. Di sini, peserta harus saling membunuh untuk menentukan yang terkuat. Pemilik modal bisa memberikan dukungan sumber daya kepada mereka. Sesuai dengan konsep yang dikritisi Karl Marx, peserta teralienasi dari tubuh dan pikiran mereka sehingga tak pelak hanya jadi objek pemuas nafsu para pemilik modal tadi. 

Baca Juga: Apa Itu Met Gala, Acara Fashion Tahunan yang Selalu Dihadiri Seleb?

2. Pembangunan yang urbansentris

The Hunger Games: Ballad of the Songbirds and Snakes (dok. Lionsgate/The Hunger Games: Ballad of the Songbirds and Snakes)

Hal lain dalam The Hunger Games yang relevan dengan kenyataan ialah kecenderungan pembangunan yang urbansentris. Dalam film The Hunger Games, Capitol adalah pusat segalanya, baik ekonomi, teknologi, hiburan, maupun pemerintahan. Namun, sebenarnya, mereka disokong oleh distrik-distrik di sekitarnya yang bekerja untuk para pemilik modal dan penguasa yang berbasis di Capitol. Tiap distrik punya komoditas utama masing-masing. Ada yang jadi penghasil logam, hewan ternak, pertanian, kain, dan lain-lain.

Namun, bukannya dapat kompensasi yang sesuai, mereka hanya dituntut untuk memprioritaskan kebutuhan warga Capitol. Ini persis dengan yang banyak terjadi di negara-negara di dunia. Biasanya, ada satu atau beberapa wilayah yang terus dihujani perhatian karena status maupun letak strategisnya. Untuk memenuhi kebutuhan itu, wilayah lainnya dapat hikmahnya saja. Biasanya, ini terjadi dalam bentuk pembangunan yang urbansentris alias terpusat di kota-kota besar strategis, tanpa memperhatikan warga di kota-kota pinggiran dan pedesaan. Padahal, di wilayah pinggiran atau periferi inilah, biasanya industri skala kecil, menengah, dan besar berada. 

Verified Writer

Dwi Ayu Silawati

Penulis, netizen, pembaca

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya