TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kontroversi di Balik Film Terbaru Blake Lively, It Ends With Us

Diadaptasi dari novel problematik Colleen Hoover

Blake Lively berpose di depan backdrop It Ends With Us. (instagram.com/sonypictures)

Blake Lively sedang gencar melakukan promo untuk film terbaru yang diproduseri dan dibintanginya sendiri, It Ends With Us (2024). Diadaptasi dari novel berjudul sama, buku karangan Colleen Hoover itu sebenarnya sarat kontroversi. Bukan pertama kalinya, Hoover sudah dapat ultimatum dan kritik keras dari para penikmat buku karena karya-karyanya yang meromantisasi hubungan toksik. 

Masalahnya, Hoover punya pengikut setia yang susah diyakinkan. Novel romantisnya laris manis bahkan diadaptasi ke layar lebar dan dipasarkan layaknya film komedi romantis yang ceria. Benarkah plot It Ends With Us semanis materi promonya? Yuk, kupas bersama. 

Baca Juga: 9 Film Blake Lively dengan Rating Tinggi di IMDb, Ada It Ends with Us

1. It Ends With Us sebenarnya bercerita tentang hubungan toksik dan kekerasan domestik

sampul baru novel It Ends With Us setelah film adaptasinya rilis pada Agustus 2024. (instagram.com/atriabooks)

It Ends With Us sebenarnya sebuah novel yang mengeksplor hubungan toksik pasutri bernama Lily dan Ryle. Sejak awal Lily sudah tahu kalau yang dilakukan Ryle adalah kekerasan domestik, tetapi susah baginya untuk mengakui dan keluar dari lingkaran toksik itu. Sampai ia bertemu lagi dengan cinta pertamanya, Atlas yang membantu dan menyakinkannya untuk keluar dari hubungan tak sehat itu. 

Kesadaran Lily sejak awal yang tidak dibarengi dengan kemauan untuk pergi dari hubungan itu sering dikritisi pembaca sebagai langkah Hoover meromantisasi kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Hoover sendiri dikenal sebagai penulis yang problematik. Meski perempuan, caranya menulis adegan romantis justru sarat male gaze

Dalam versi film, penulis naskah Christy Hall dan sutradara Justin Baldoni yang juga memerankan Ryle mencoba mengubah beberapa hal. Ia memastikan apa yang dilakukan Ryle di film terlihat samar, antara sengaja dan tak sengaja dengan harapan orang tidak akan menghakimi Lily secepat di novel. Ia juga cukup berhati-hati, memastikan kalau filmnya fokus pada perspektif perempuan, yakni Lily. 

Dalam berbagai kesempatan promosi dan screening filmnya, Baldoni juga konsisten menyatakan bahwa film ini dibuat untuk meningkatkan kesadaran soal eksistensi KDRT dan berbagai polemik di baliknya. Termasuk kesulitan korban untuk mengakui dan memahami apa yang terjadi pada mereka. Ia juga memotret Ryle sebagai lelaki yang tampak normal, bukan monster atau lelaki dengan kualitas maskulinitas tertentu dengan harapan mengedukasi penonton bahwa tak ada stereotip tertentu yang melekat pada pelaku KDRT karena mereka bisa saja siapapun di dekat kita. 

2. Blake Lively justru memilih kesan ceria untuk materi promo film tersebut

Blake Lively berpose di backdrop bisnis barunya, Betty Blooms yang jadi penyedia bunga untuk acara screening perdana film It Ends With Us. (.instagram.com/blakelively)

Sayangnya, nuansa gelap itu ternyata tidak senada dengan materi kampanye yang dipakai Blake Lively selaku produser dan pemeran Lily. Seperti sampul novelnya, Lively memilih bunga berwarna pink untuk ornamen poster dan backdrop pemutaran perdananya. Ini yang kemudian mengundang kontroversi karena Lively seolah sehati dengan Hoover yang memasarkan It Ends With Us layaknya komedi romantis. 

Kesan meromantisasi hubungan toksik pun menguar, seolah melupakan esensi film yang bicara tentang kekerasan domestik. Banyak juga yang melihat It Ends With Us diperlakukan terlalu jelas sebagai komoditas bisnis oleh Lively. Tentu tak ada yang salah dengan mengambil keuntungan dari sebuah karya seni, tetapi kecenderungan Lively untuk tidak fokus ke isu serius yang jadi titik berat tadi cukup disayangkan. 

Baca Juga: 10 Film Pertama Blake Lively yang Membesarkan Namanya, Sudah Nonton? 

Verified Writer

Dwi Ayu Silawati

Penulis, netizen, pembaca

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya