TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Film yang Wajib Ditonton Sebelum Memutuskan Menikah

Hindari turunkan standar demi segera menikah 

Darlings (dok. Netflix/Darlings)

Menikah adalah fase hidup yang tak main-main. Akan ada banyak kemungkinan yang terjadi setelahnya, seperti pergeseran prioritas hidup, tekanan untuk berkompromi, bahkan penambahan tanggungan dan beban pengasuhan.

Namun, sering kali masyarakat menentukan tenggat waktu usia menikah, seolah dengan melewatinya kamu sudah melanggar kebiasaan tertentu.  Tenggat waktu ini berlaku untuk semua gender, tetapi lebih parah menyasar perempuan. Faktor fungsi organ reproduksi jadi salah satu alasan terbesarnya.

Namun, benarkah kita harus menuruti tekanan sosial itu, bahkan menurunkan standar ideal pasangan? Jawabannya mungkin bisa kamu temukan lewat beberapa rekomendasi film berikut. Ada pelajaran tentang pernikahan yang bisa kamu pakai sebagai pertimbangan sebelum mengambil keputusan. 

Baca Juga: 9 Film tentang Brutalitas Polisi, Didominasi Kisah Nyata

1. Darlings (2022)

Darlings (dok. Netflix/Darlings)

Darlings adalah film yang soroti prevalensi kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di India. Film berorbit pada Badru (Alia Bhatt), perempuan yang menikahi kekasihnya yang ternyata alkoholik dan gemar melakukan kekerasan. Badru beberapa tahun diam dan memendam rasa sakitnya, tetapi akhirnya berbalik memberontak.

Ada banyak hal yang relevan dengan realitas. Mulai dari aduan ke polisi yang berakhir dengan penyelesaian secara kekeluargaan hingga kecenderungan korban untuk memaafkan karena termakan manipulasi pelaku. Darlings bisa jadi pengingat bagi kita, terutama perempuan, untuk waspada terhadap bendera-bendera merah calon pasangan barang sekecil apa pun. 

2. Loveless (2017)

Loveless (dok. Wild Bunch/Loveless)

Loveless menyoroti tanggung jawab yang harus diemban pasutri yang sudah punya anak. Tanpa basa-basi, film nomine Oscar ini mengikuti perspektif Alyosha, bocah 12 tahun yang orangtuanya di ambang perceraian.

Keduanya bersiap membangun kehidupan dengan pasangan baru masing-masing dan saling lempar tanggung jawab pengasuhan anak mereka. Alyosha yang tahu ia tak diinginkan lagi tiba-tiba tak pernah pulang setelah berangkat sekolah. 

Kedua orangtuanya kelabakan mencari, tetapi tetap saja bertengkar dan saling menyalahkan. Dari pertengkaran itu, penonton jadi tahu kalau ternyata keduanya menikah hanya untuk lari dari kehidupan lama mereka yang tak menyenangkan. Pesannya, menikah tidak otomatis menyelesaikan masalah, sebaliknya menikah harusnya dilakukan setelah kamu selesai berdamai dengan trauma dan masa lalumu.

3. Marriage Story (2019)

Marriage Story (dok. Netflix/Marriage Story)

Marriage Story adalah sisi lain dari pernikahan yang awalnya berjalan lancar. Sepasang suami istri bekerja di bidang yang sama dan punya satu anak yang amat mereka sayangi.

Namun, kesamaan minat dan keberadaan anak bukanlah jaminan rumah tangga langgeng. Pada satu fase, mereka merasakan kejenuhan dan ketidakcocokan. Mereka berusaha memperbaiki hubungan itu dengan melakukan terapi dan konseling. Namun, pada fase itu berbagai kesadaran justru muncul. Beberapa di antaranya, kurangnya komunikasi dan kesetaraan peran dalam pengambilan keputusan.

Kegagalan untuk berkompromi dan menentukan batasan antara kehidupan personal dan profesional juga jadi salah satu isu kunci di film ini. Hal menarik lain yang bisa dipelajari dari film ini adalah kedewasaan dalam menyelesaikan masalah sehingga bisa meminimalisir efek psikologis pada anak sebagai korban. 

Baca Juga: Selain Marriage Story, 5 Film Soal Pernikahan Ini Juga Wajib Ditonton

4. Things to Come (2016)

Things to Come (dok. CG Cinema/Things to Come)

Premisnya mirip dengan yang terjadi kepada protagonis utama di film Prancis, Things to Come. Film berpusat pada Nathalie (Isabelle Huppert), perempuan paruh baya yang pada usianya itu digugat cerai suami dan kehilangan ibunya. Ditambah dengan anak-anaknya yang sudah dewasa dan keluar dari rumah, Nathalie menemukan dirinya tak punya tanggungan apa pun selain mengurusi diri sendiri.

Pada fase inilah ia mulai fokus pada dirinya sendiri dan menekuni hobi-hobi yang selama ini ia tinggalkan. Film ini bak sebuah pengingat kalau apa pun bisa terjadi dalam pernikahan dan amat penting untuk tidak kehilangan jati dirimu setelah menikah. Dikemas dengan laju lambat, filmnya memang terkesan mundane, tapi penuh pesan mengena. Kalau suka Perfect Days (2023), kamu harus coba film ini. 

Verified Writer

Dwi Ayu Silawati

Penulis, netizen, pembaca

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya