TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

7 Film Terbaik Aki Kaurismaki, Minimalis dengan Tampilan Klasik

Maestro film Finlandia yang harus kamu kenal

film Fallen Leaves karya Aki Kaurismaki (dok. MUBI/Fallen Leaves)

Aki Kaurismaki bukan nama asing buat penikmat film. Sutradara asal Finlandia itu sudah aktif berkarya sejak 1980-an dan sering dijuluki maestro film minimalis. Beda dengan beberapa spesialis sinema minimalis lain, karya Kaurismaki cukup mudah diidentifikasi lewat color grading-nya yang menyerupai film klasik serta humor deadpan yang khas. 

Secara plot, film-film Aki Kaurismaki banyak menyertakan kritik sosial, bahkan mendapuk karakter-karakter yang spesifik berasal dari kelas pekerja kerah biru. Lewis Michael Bond dan Luiza Liz Bond dari The Cinema Cartography menggunakan istilah hopeful cynicism (sinisme penuh harapan) untuk menjuluki pendekatan khas yang dipakai sang sutradara.

Untuk berkenalan, coba tonton tujuh film terbaik Aki Kaurismaki berikut ini. Meski minimalis, film-filmnya patut untuk kamu tonton!

Baca Juga: 8 Film dan Serial untuk Tengok Sisi Lain Amerika Serikat

1. Shadows in Paradise (1986)

Shadows in Paradise (dok. Criterion/Shadows in Paradise)

Shadows in Paradise adalah film pertama dalam trilogi Proletariat karya Kaurismaki. Sesuai kategori triloginya, lakon utama dalam film ini adalah dua pekerja kerah biru bernama Nikander dan Ilona. Nikander bekerja sebagai petugas pengumpul sampah, sementara Ilona menghabiskan hari-harinya sebagai kasir di sebuah minimarket. Pada satu waktu, takdir mempertemukan mereka.

Jauh dari kisah komedi romantis yang klise dan penuh harapan, Shadows in Paradise diwarnai lika-liku tak tertebak serta kesialan yang tak ada habisnya. Film ini bisa jadi karya yang membantumu berkenalan dengan gaya sinematik Kaurismaki. 

2. The Match Factory Girl (1990)

The Match Factory Girl (dok. Criterion/The Match Factory Girl )

Setelah Shadows in Paradise (1986), Kaurismaki sebenarnya merilis Ariel (1988) sebagai film kedua dalam Trilogi Proletariat. Namun, popularitasnya kalah dari The Match Factory Girl yang rilis pada 1990. Iris, sang lakon dalam film ini, diceritakan mengalami berbagai kemalangan dan penolakan dalam hidupnya yang sudah membosankan. 

Satu hari ia menemukan sebuah ide untuk melampiaskan kemarahan yang selama ini ia pendam sendiri. Suram dan gelap, tetapi dikemas dengan ekspresi netral lakonnya. Khas Kaurismaki banget!

3. Drifting Clouds (1996)

Drifting Clouds (dok. Pandora Filmproduktion/Drifting Clouds)

Masih berkutat pada kemalangan dan kejamnya dunia, kamu akan diajak mengikuti kehidupan pasutri di Helsinki yang kondisi finansialnya tergerus kapitalisme. Dimulai dengan bangkrutnya kantor tempat sang istri bekerja, disusul dengan pemutusan hak kerja sepihak yang menimpa si suami. 

Seperti biasa, Kaurismaki gemar menghujani karakter-karakternya dengan kemalangan demi kemalangan. Namun, untuk film ini, ia menyiapkan akhir yang menghangatkan hati. Drifting Clouds merupakan film pertama dalam Trilogi Finlandia milik Kaurismaki. 

Baca Juga: 6 Film Eropa yang Bikin Sadar Kalau Guru Juga Manusia

4. The Man Without a Past (2002)

The Man Without a Past (dok. Pandora Filmproduktion/The Man Without a Past)

Trilogi Finlandia Kaurismaki dilanjut dengan The Man Without a Past yang dapat satu nominasi Oscar pada 2003. Film dimulai dengan perkenalan sesosok pekerja tanpa nama yang baru tiba di Helsinki. Ia kemudian jadi korban perampokan dan mengalami amnesia setelah dianiaya. 

Tak mengingat nama dan masa lalunya, ia mulai menyelami hidup baru di Helsinki bersama orang-orang baru, termasuk seorang perempuan yang menjalin koneksi dengannya. Namun, seiring berjalannya waktu, memori-memori masa lalunya mulai menyeruak dan menghantuinya. 

5. Le Havre (2011)

Le Havre (dok. Pyramide Productions/Le Havre)

Le Havre adalah film pertama Kaurismaki yang menyenggol soal krisis pengungsi di Eropa. Kali ini ia memilih mengajak penontonnya ke sebuah kota pelabuhan bernama Le Havre di Prancis. Di sana hiduplah seorang pria lansia bersama istrinya yang sedang menjalani perawatan intensif di rumah sakit. 

Saat sedang bekerja, ia tak sengaja bertemu seorang bocah kulit hitam yang mendarat secara ilegal di kota itu. Bersama tetangga-tetangganya, sang pria memilih melindungi bocah itu dari kejaran petugas imigrasi yang hendak mendeportasinya.

Le Havre mengonfirmasi bagaimana Kaurismaki sering memadukan elemen klasik dengan isu kontemporer. Film ini, misalnya, tampak klasik dari properti, latar, dan kostumnya, tetapi membahas krisis pengungsi yang relevan dengan isu terkini. 

6. The Other Side of Hope (2017)

The Other Side of Hope (dok. Janus Films/The Other Side of Hope)

The Other Side of Hope masih membahas soal krisis pengungsi lewat kacamata Waldemar, seorang pria Finlandia yang baru saja keluar dari pekerjaannya untuk memulai usaha baru. Keputusannya ditentang keluarga dan rekan-rekannya yang tak yakin ia bisa membangun bisnis sendiri.

Satu hari, ia menemukan seorang pengungsi ilegal asal Suriah yang bersembunyi di restoran barunya itu. Merasa sama-sama dapat penolakan dari dunia, sang pemilik restoran itu pun memberikan perlindungan pada si pengungsi dengan memperkerjakannya sebagai pegawai. 

Baca Juga: 6 Film Political Thriller Non-Hollywood Terbaik, Bukan Drama Biasa!

Verified Writer

Dwi Ayu Silawati

Pembaca, netizen, penulis

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya