TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

9 Film Court Drama Terbaik dari Berbagai Belahan Dunia

Jadikan perbandingan dengan sistem peradilan Indonesia

film Anatomy of A Fall karya sutradara Justin Triet (dok. Les Films Pelléas/Anatomy of A Fall)

Dalam sejarahnya, menemukan film fitur maupun dokumenter dari Indonesia yang mengangkat kasus hukum dan kriminal bukan hal mudah. Film dokumenter Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica Wongso (2023) yang kini jadi perbincangan hangat itu mungkin yang pertama sepanjang sejarah. Kondisi ini jelas berbeda dengan beberapa negara lain yang lebih rajin merilis film bergenre court drama (drama persidangan) maupun true crime documentary (dokumenter kasus kriminal nyata). 

Hollywood, misalnya, punya 12 Angry Men (1957), To Kill a Mockingbird (1962), The Accused (1988), The Trial of the Chicago 7 (2020), hingga serial dokumenter Conversations with a Killer. Begitu pula dengan Korea Selatan yang kini punya banyak koleksi serial drama persidangan macam Juvenile Justice (2022), Law School (2021), One Ordinary Day (2021),  Extraordinary Attorney Woo (2022), One Dollar Lawyer (2021), dan masih banyak lainnya.

Sontak perilisan film dokumenter Netflix itu membuka banyak hal menarik soal sistem peradilan Indonesia, tak terkecuali berbagai celah dan kelemahannya. Biar lebih mawas diri, kamu bisa coba membandingkannya dengan sistem peradilan di negara lain. Meski tidak bisa jadi patokan, beberapa film court drama berikut bisa jadi perbandingan dan menambah wawasanmu soal penegakan hukum di negara lain.

Baca Juga: 5 Film Dokumenter yang Bikin Geger Indonesia, Ice Cold Trending Terus!

1. Pink (2016)

Pink (dok. NH Studioz/Pink)

Pink adalah court drama dari India yang dibintangi Amitabh Bachchan. Sang aktor senior memerankan Deepak, pensiunan pengacara yang tergerak untuk membela perempuan muda bernama Minal (Taapsee Pannu). Ia dituduh melakukan percobaan pembunuhan, bahkan mendapatkan teror setelah pertemuannya dengan sekelompok laki-laki.

Sedikit mirip dengan situasi yang harus dihadapi Jessica Wongso, Minal seolah sudah dicap bersalah sebelum persidangan dimulai. Bedanya, Pink spesifik mengkritik sistem peradilan India yang condong menaruh stigma negatif pada perempuan. 

2. Anatomy of a Fall (2023)

Anatomy of a Fall (dok. Unifrance/Anatomy of a Fall)

Begitu pula dengan Sandra (Sandra Huller) dalam Anatomy of a Fall yang dianugerahi palem emas di Cannes Film Festival 2023. Saat suaminya ditemukan tewas mengenaskan di halaman rumah liburannya, Sandra didapuk sebagai tersangka utama. Mirisnya, saksi kunci dalam kasus ini adalah putra mereka yang seorang difabel netra. 

Selama 2 jam lebih, penonton akan mengikuti bagaimana peradilan Prancis melakukan penyelidikan menyeluruh, termasuk berbagai uji saintifik dan psikologis, serta penyertaan pendapat juri (warga sipil yang secara hukum sah untuk memberikan pendapat imparsial). Lajunya lambat, tapi tetap seru dan tak tertebak. 

3. Just Mercy (2019)

Just Mercy (dok. Warner Bros/Just Mercy)

Just Mercy bisa jadi jalanmu berkenalan dengan sistem peradilan Amerika Serikat yang tak luput dari kelemahan, terutama prasangka buruk pada ras minoritas. Ceritanya disadur dari pengalaman nyata Bryan Stevenson, pengacara yang bekerja untuk sebuah organisasi nonprofit dan secara spesifik menyasar orang-orang dari kelompok marginal yang tak bisa membayar jasa kuasa hukum. 

Dalam Just Mercy, kasusnya spesifik pada sosok pria kulit hitam Walter "Johnny D." McMillian yang dituduh membunuh seorang gadis kulit putih. Kukuh bahwa ia tak bersalah, Johnny harus menghadapi vonis mati. Stevenson pun tergerak untuk mencari kebenaran dari kasus itu. 

Baca Juga: Rekomendasi Serial Netflix Bertema Persidangan, Belajar tentang Hukum

4. The Insult (2019)

film The Insult (dok. Unifrance/The Insult)

Nomine Oscar 2018 ini berkutat pada konflik dua pria di Lebanon bernama Tony (Adel Karam) dan Yasser (Kamel El Basha). Tony seorang Kristen yang sebal dengan keberadaan pengungsi Palestina di negaranya. Rasa kesalnya itu memuncak kala ia bertemu Yasser, seorang pekerja konstruksi asal Palestina yang bekerja di dekat rumah Tony. 

Konflik pun menyeruak perlahan. Dari masalah sepele, muncul sentimen-sentimen ras dan agama yang memperkeruh keadaan. Perselisihan ini pun dibawa ke ranah hukum dan beberapa kelompok kepentingan ikut campur dalam konflik keduanya.

5. Argentina, 1985 (2022)

Argentina, 1985 (dok. Prime Video/Argentina, 1985)

Pada 1970--1980-an, Argentina pernah mengalami tragedi kemanusiaan. Polanya mirip dengan yang pernah terjadi di Indonesia pada 1965, yakni genosida terhadap orang-orang yang dicurigai menjadi bagian dari kelompok sayap kiri alias sosialis/komunis. Saat itu, banyak warga sipil tak bersalah yang jadi korban, dibantai tanpa ada bukti dan proses peradilan. 

Pada 1985, seorang jaksa bernama Julio César Strassera (Ricardo Darín) bersama para asistennya berhasil membuktikan kesalahan para perwira tinggi yang terlibat dalam genosida tersebut. Hebatnya, itu terjadi 2 tahun setelah Argentina lepas dari pemerintah junta militer dan menganut demokrasi. Tak perlu waktu belasan apalagi puluhan tahun untuk meraih keadilan. 

6. Erin Brockovich (2000)

Erin Brokovich (dok. Universal Studios/Erin Brokovich)

Terinspirasi dari kisah nyata, film ini mengikuti sosok Erin (Julia Roberts), ibu tunggal pengangguran yang menemukan dirinya punya bakat sebagai pengacara. Meski tampak tak menyakinkan di awal, Erin berhasil mewakili warga kotanya dan memenangkan kasus pencemaran air yang dilakukan sebuah perusahaan gas dan listrik di Amerika Serikat. 

Tak hanya meningkatkan kesadaran warga akan bahaya pencemaran lingkungan, film ini juga memotret komitmen pihak berwenang di satu negara untuk memberi sanksi keras berkekuatan hukum pada korporasi-korporasi nakal. Hal yang mungkin langka kita temukan di negeri sendiri. 

7. Silenced (2010)

Silenced (dok. CJ Entertainment/Silenced)

Silenced mengikuti sudut pandang seorang guru baru (diperankan Gong Yoo) di sebuah Sekolah Luar Biasa (SLB). Setelah menemukan beberapa keganjilan dan mengumpulkan fakta secara mandiri, sang guru pun menyakinkan anak-anak didiknya untuk melaporkan kekerasan seksual yang mereka alami di sekolah itu. Pelakunya tak lain adalah sang kepala sekolah dan beberapa guru lain.

Proses peradilan berlangsung sengit mengingat para pelaku punya peran dan kontribusi besar di masyarakat. Mirisnya, film Silenced terinspirasi dari kisah nyata yang pernah terjadi di Korea Selatan pada 2000-an di Gwangju. 

8. Shahid (2012)

Shahid (dok. UTV Motion Pictures/Shahid)

Film ini juga terinspirasi dari kisah nyata seorang pria India bernama Shahid Azmi (Rajkummar Rao) yang memang sempat mengikuti kamp pelatihan militer kelompok ekstremis, tetapi keluar setelah menemukan banyak hal mengganjal dari nilai-nilai radikal mereka. Setelah pulang, ia dituduh terlibat dalam kasus terorisme dan dipaksa mengakui kejahatan yang tak ia perbuat.

Pengalamannya di penjara memotivasinya untuk belajar hukum. Setelah menyelesaikan kuliahnya, ia berkarier sebagai pengacara dan aktivis untuk orang-orang yang jadi korban salah tangkap. Terutama para napi muslim yang difitnah menggunakan pasal antiterorisme. 

Baca Juga: 5 Dokumenter Netflix yang Kontroversial, Terbaru Kasus Jessica Wongso

Verified Writer

Dwi Ayu Silawati

Pembaca, netizen, penulis

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya