TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Cara FX Networks Bikin Series yang Curi Perhatian, Fearless!

Rumah produksi di balik American Horror Story dan The Bear

Shogun (dok. FX/Shogun)

Jauh sebelum Netflix dikenal sebagai salah satu powerhouse di ranah produksi serial televisi, FX Networks lebih dulu berkecimpung di sektor ini. Mereka berdiri pada 1994 dan awalnya merupakan kanal televisi kabel berbayar yang hanya tersedia di Amerika Serikat. Namun, sejak 2000-an, mereka mulai memproduksi beberapa serial hits yang membuat popularitas mereka sebagai kanal televisi sekaligus rumah produksi naik signifikan. 

Pada akhir 2010-an dengan beralihnya penonton televisi ke layanan over-the-top (OTT), FX Networks pun bekerja sama dengan layanan streaming Hulu dan Disney Plus untuk menyiarkan program-program andalannya. Ini yang akhirnya memungkinkan penonton internasional termasuk Indonesia bisa menikmati serial-serial keren mereka. Mulai dari Fargo, The Bear, American Horror Story, Reservation Dogs, hingga yang terbaru Shogun.

Tak main-main, kehebatan serial mereka terbukti lewat beberapa penghargaan Emmy Prime Time Awards. Kamu bisa sepakat atau tidak, tetapi serial-serial bikinan FX Networks mengingatkanmu pada film-filmnya A24. Apa sebenarnya resep atau cara FX Networks bikin series yang curi perhatian sinefil maupun pencinta serial? Simak analisanya berikut. 

1. Kombinasi antara orisinalitas dan kerumitan naskah yang pas

Fargo (dok. FX/Fargo)

Berjayanya serial-serial FX di Emmy adalah kombinasi dari orisinalitas dan kompleksitas plot yang pas. Series garapan FX sering berangkat dari naskah orisinal, bukan adaptasi maupun reboot atau remake dari film lawas. Ini yang membuat program mereka terasa segar dan baru. Seolah tak ada celah untuk membandingkannya dengan program lawas yang pernah tayang. Hanya ada beberapa serial mereka yang dikembangkan dari sebuah film lawas, salah satunya Fargo musim pertama. 

Fargo awalnya merupakan film fitur buatan sutradara Joel dan Ethan Coen yang rilis pada 1996. Proyek itu kemudian dikembangkan oleh penulis naskah Noah Hawley jadi serial 10 episode pada 2014 dengan beberapa modifikasi. Kini Fargo sudah tayang sampai musim kelima dalam format antologi layaknya American Horror StorySerial hasil adaptasi lainnya adalah American Crime Story yang tiap musimnya dikembangkan dari buku-buku nonfiksi yang mengulik kasus kriminal di Amerika Serikat. Begitu pula dengan Trust yang terinspirasi dari kisah nyata penculikan cucu pebisnis minyak kaya raya, Jean Paul Getty, Sr. Terakhir, FX merilis Shogun yang ternyata adaptasi novel.

Untuk urusan kerumitan cerita, FX adalah pilihan ideal untuk penonton yang haus serial berkualitas dengan kedalaman plot dan pengembangan karakter mumpuni. Menonton program-program FX itu benar-benar menguji daya pikir kritis kita. Bahkan Fargo, Trust, Shogun, dan American Crime Story yang merupakan hasil adaptasi tetap menawarkan sensasi yang berbeda lewat beberapa detail dan modifikasi yang dilakukan kreator. 

Baca Juga: 7 Dokumenter Biografi di Netflix, Ada Ilmuwan hingga Musisi

2. Berani keluar dari kebiasaan dan jadi pelopor perubahan

Shogun (dok. FX/Shogun)

"Fearless" (tanpa rasa takut) adalah slogan yang dipilih FX Networks untuk jenama mereka. Ini tercermin dari program-program mereka yang berani nyeleneh dan beda. Sebagai contoh The Bear yang bisa memberikan perspektif alternatif soal industri kuliner lewat pendekatan satire. Begitu pula Fargo yang secara inovatif mampu memadukan thriller, kriminal, dan komedi gelap lewat kecerdasan naskahnya. American Horror Story dianggap memelopori revolusi film horor lewat keunikan plotnya dan kecermatan kreatornya mengusung subgenre horor yang berbeda pada tiap musimnya. 

Reservation Dogs dipuji karena jadi serial produksi Hollywood pertama yang memotret kehidupan orang-orang pribumi di Amerika Serikat dengan akurat dan realistis. Shogun, serial terbaru mereka yang rilis 2024 merupakan adaptasi novel yang sempat diragukan banyak pihak. Namun, ternyata bisa melampaui ekspektasi banyak orang karena akurasi representasi kultural, desain produksi, dan ketajaman plotnya yang tak kalah dengan versi teks novel. Singkatnya, FX Networks benar-benar mengaplikasikan slogan mereka yakni tak takut bereksperimen alias jadi pelopor. 

Verified Writer

Dwi Ayu Silawati

Penulis, netizen, pembaca

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya