TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Apakah Film Superhero Non Marvel dan DC Masih Sebagus Dulu?

Sebetulnya masih punya potensi yang bagus 

almarhum Brandon Lee sebagai Eric Draven (dok. Miramax Films/The Crow)

Marvel Studios dan DC Studios merupakan dua pabrik superhero yang terkenal hingga sekarang. Mereka terus mendominasi industri hiburan, seperti komik dan film. Padahal, ada superhero non Marvel dan DC yang tak kalah bagus, seperti Hellboy dan The Crow.

Jika kamu flashback beberapa tahun ke belakang, kedua superhero tersebut pernah dibuat jadi film dan meraih kesuksesan. The Crow (1994) dan duologi Hellboy (2004—2008) mendapat respons positif dari penonton dan penggemarnya. The Crow mendapat rating 7.5/10 di IMDb dan 87 persen dari kritikus dan 90 persen dari penonton di Rotten Tomatoes. Sementara Hellboy (2004) mendapat 6.8/10 di IMDb dan 81 persen dari kritikus dan 66 persen di Rotten Tomatoes dilanjutkan sekuelnya, Hellboy II: The Golden Army (2008), dengan 7/10 di IMDb dan 86% dari kritikus dan 71% dari penonton di Rotten Tomatoes.

Lantas, apakah film superhero non Marvel dan DC masih sebagus dulu? Berikut ini analisis penulis yang mungkin bisa kamu jadikan referensi.

Baca Juga: 5 Film Superhero Selain Marvel dan DC Universe, Gak Kalah Seru!

1. Film superhero non Marvel dan DC mulai mengalami penurunan kualitas

penampilan Bill Skarsgård sebagai The Crow (dok. Lionsgate/The Crow)

Catatan ini cukup bagus bagi industri superhero non Marvel dan DC. Sayangnya, dalam beberapa tahun belakangan ini, industri superhero non Marvel dan DC mulai kehilangan pamornya. Sebut saja The Crow (2024) yang dibintangi aktor kenamaan Bill Skarsgård dan Hellboy: The Crooked Man (2024) yang telah tayang di bioskop.

The Crow hanya mendapat 4.7/10 di IMDb dan 23 persen dari kritikus dan 64 persen dari penonton di Rotten Tomatoes. Meski menggandeng kreator komik Mike Mignola, Hellboy: The Crooked Man hanya mendapat rating 4.9/10 di IMDb. Apa yang menyebabkan kedua film ini anjlok di pasaran?

2. Marvel dan DC semakin mendominasi

cuplikan film Deadpool and Wolverine (dok. Marvel Studios/Deadpool and Wolverine)

Tak dapat dipungkiri Marvel dan DC semakin mendominasi industri superhero dari tahun ke tahun. Meski mereka telah memperluas sayapnya ke layar lebar pada 1980-an hingga 2000-an, tapi filmnya bersifat standalone atau berdiri sendiri. Namun, konsep multiverse pada Marvel dan DC membuka kesempatan bagi kreator untuk mengembalikan karakter ikonik para penggemar.

Dari DC, kamu dapat menemukan film The Flash (2023) yang mendatangkan pemeran Batman legendaris, Michael Keaton. Marvel tak mau kalah dengan film Deadpool & Wolverine (2024) dengan mendatangkan karakter favorit penggemar, seperti Wolverine (Hugh Jackman), Human Torch (Chris Evans), dan Blade (Wesley Snipes).

Perkembangan jagat sinematik Marvel Cinematic Universe (MCU) dan awal mula DC Universe (DCU) menjadi bukti bahwa kedua waralaba ini menunjukkan dominasi yang tak terkekang oleh waktu. Gak ada lawan, sih!

3. Pemasaran dan distribusi yang kurang luas

cuplikan film The Crow (dok. Lionsgate/The Crow)

Pemasaran dan distribusi merupakan dua hal terpenting untuk menggaet calon-calon penonton. Dua poin ini yang menjadikan Marvel dan DC dengan leluasa mempromosikan proyek jangka panjang mereka. Sayangnya, industri superhero non Marvel dan DC kurang menggunakan potensi dari dua poin ini.

Dalam kasus The Crow, Lionsgate hanya memberikan 15 juta dolar Amerika Serikat (Rp227 miliar) untuk kepentingan pemasaran. Minimnya biaya yang dikeluarkan diperparah ketika trailer perdananya dirilis dengan mendapat 93 ribu dislikes dan 64 ribu likes. Para kreator balik layar juga tidak menggunakan acara San Diego Cinema-Con (SDCC) sebagai wadah promosi film yang potensial.

Hellboy: The Crooked Man sebenarnya telah mempromosikan filmnya di acara SDCC. Dilansir Business Insider, pada Februari 2023, Millenium Media mengumumkan bahwa mereka akan memproduksi Hellboy: The Crooked Man dan mendapat tanggapan cukup positif dari penggemar. Sayangnya, penggemar tidak mendapat informasi baru terkait proses syuting hingga trailernya dirilis perdana pada Maret 2024.

Baca Juga: 5 Film Adaptasi Komik Dark Horse selain Hellboy, Visualnya Epik!

4. Produksi yang jauh dari kata memuaskan

cuplikan Hellboy: The Crooked Man (dok. Ketchup Entertainment/Hellboy: The Crooked Man)

Pemasaran bagus tanpa produksi yang bagus hanyalah omong kosong belaka. Hellboy: The Crooked Man awalnya cukup dinantikan sebab kegagalan film Hellboy (2019), malah menjadi bulan-bulanan para penggemarnya. Ironisnya, banyak orang mengira bahwa Hellboy: The Crooked Man merupakan fanmade, karena kualitas CGI yang murahan dan dialog yang kaku.

Hal yang serupa terjadi pada The Crow. Selain bermasalah dari pemasaran, film ini juga berkali-kali mengalami penundaan dalam proses produksi. Meski mengusung aksi yang brutal, The Crow gagal karena narasi lemah dan performa akting yang jauh dari kata memuaskan.

5. Apakah industri film non Marvel dan DC benar-benar mati suri?

TMNT: Mutant Mayhem merupakan film superhero non Marvel dan DC yang sukses selama setahun terakhir ini. (dok. Paramount Pictures/Teenage Mutant Ninja Turtles: Mutant Mayhem)

Dua film di atas merupakan gambaran mengenai kondisi industri perfilman superhero non Marvel dan DC belakangan ini. Namun, apakah industri ini benar-benar mati suri? Jawabannya tidak.

Jika kita mundur pada 2023, tepatnya saat perilisan Teenage Mutant Ninja Turtles: Mutant Mayhem (TMNT: Mutant Mayhem), film animasi ini mengalami kesuksesan yang luar biasa dari segi sinematik dan finansial.

TMNT: Mutant Mayhem berhasil menutup penayangan dengan pendapatan sebesar 369 juta dolar Amerika Serikat (Rp5,5 triliun) dari pengeluaran sekitar 164,5 juta dolar Amerika Serikat (Rp2,4 triliun). Selain mengembalikan nama waralaba TMNT, TMNT: Mutant Mayhem membuktikan bahwa dominasi Marvel dan DC bukan halangan untuk bersaing.

6. Bagaimana cara mengembalikan performa industri film superhero non Marvel dan DC?

cuplikan film Hellboy garapan Guillermo del Toro (dok. Columbia Pictures/Hellboy)

Tak ada cara lain selain memperluas jangkauan pemasaran untuk kepentingan promosi dan meningkatkan kualitas produksi demi bisa menaikkan popularitas industri film superhero non Marvel dan DC. Fenomena superhero fatigue merupakan halangan utama yang menjadi tantangan baru bagi industri superhero. Namun, hal ini dapat diatasi dengan kerja sama berbagai pihak untuk memproduksi film yang bagus dan memuaskan.

Kegagalan The Crow dan Hellboy: The Crooked Man memberikan pelajaran berharga bagi industri ke depannya. Superhero selain Marvel dan DC punya potensi yang tak kalah unik untuk diadaptasikan menjadi film. Bagaimana menurutmu?

Baca Juga: 5 Superhero MCU yang Penampilannya Berubah Drastis, Bikin Pangling!

Verified Writer

Binnar Kurnia Ramadhan

Penggila film dan game. Basketball and football is my favorite sport. Kunjungi blog saya yang namanya Mabok Nonton, yah.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya