TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Mengenali Gejala dan Penanganan Kerusakan Saraf Vagus

Bisa memengaruhi sistem pencernaan

ilustrasi saraf otak (unsplash.com/Robina Weermeijer)

Intinya Sih...

  • Saraf vagus menghubungkan otak dengan organ vital seperti jantung dan saluran pencernaan.
  • Kerusakan saraf vagus dapat menyebabkan gangguan pencernaan, masalah pernapasan, masalah jantung, dan kesulitan menelan.
  • Penyebab kerusakan saraf vagus antara lain cedera fisik, penyakit kronis, infeksi virus, tumor, dan penyakit autoimun.

Saraf vagus, salah satu saraf terpenting dalam tubuh, menghubungkan otak dengan berbagai organ vital, termasuk jantung, paru-paru, dan saluran pencernaan. Kerusakan pada saraf ini bisa menimbulkan berbagai masalah kesehatan.

Aktivitas saraf vagus berasal dari dasar otak. Saraf ini kemudian menghubungkan dan mendistribusikan cabang-cabang saraf ke seluruh tubuh, seperti dada dan perut. Inilah sebabnya mengapa saraf ini sering disebut sebagai koneksi otak-usus.

Jika saraf vagus mengalami kerusakan, ini tentunya akan meninmbulkan berbagai masalah kesehatan. Berikut gejala hingga penanganan kerusakan saraf vagus yang harus kamu tahu. 

1. Gejala kerusakan saraf vagus

ilustrasi masalah pencernaan (pixabay.com/Julien Tromeur)

Kerusakan pada saraf vagus bisa memengaruhi fungsi organ-organ yang dikendalikannya, sehingga memunculkan berbagai gejala yang beragam.

Beberapa di antaranya termasuk:

  • Gangguan pencernaan: Saraf vagus berperan dalam pergerakan makanan melalui saluran pencernaan. Kerusakannya bisa menyebabkan mual, muntah, perut kembung, dan gastroparesis (kondisi lambung tidak bisa mencerna makanan dengan baik).
  • Masalah pernapasan: Karena saraf vagus mengontrol bagian dari sistem pernapasan, kerusakan bisa menyebabkan kesulitan bernapas atau sesak napas.
  • Masalah jantung: Detak jantung yang tidak teratur, seperti bradikardia (detak jantung melambat) atau takikardia (detak jantung terlalu cepat), bisa menjadi tanda adanya kerusakan saraf vagus.
  • Kesulitan menelan: Saraf vagus juga mengontrol otot-otot di tenggorokan. Disfagia (kesulitan menelan) sering kali menjadi salah satu gejalanya.

Jika kamu mengalami salah satu atau lebih gejala di atas secara berlanjut, penting untuk memeriksakannya ke dokter. 

2. Penyebab kerusakan saraf vagus

ilustrasi saraf (unsplash.com/ Stefano Bucciarelli)

Kerusakan pada saraf vagus bisa disebabkan oleh berbagai faktor, baik langsung maupun tidak langsung. Beberapa penyebab umum antara lain:

  • Cedera fisik: Trauma, luka fisik, dan operasi di area leher atau dada, seperti operasi tiroid atau jantung, bisa menyebabkan kerusakan saraf vagus. 
  • Penyakit kronis: Diabetes adalah salah satu kondisi yang dapat menyebabkan kerusakan pada saraf vagus karena komplikasi neuropati. 
  • Infeksi dan peradangan: Infeksi virus, seperti herpes zoster, atau peradangan yang memengaruhi saraf, seperti sindrom Guillain-Barré, bisa merusak saraf vagus. Penelitian juga menemukan bahwa infeksi COVID-19 bisa merusak saraf ini. 
  • Tumor: Adanya tumor yang menekan saraf vagus atau area di sekitarnya bisa menyebabkan gangguan fungsinya.
  • Penyakit autoimun: Penyakit seperti artritis reumatoid atau sklerosis sistemik dapat menyebabkan tubuh menyerang jaringannya sendiri, yang berpotensi merusak saraf vagus.

Baca Juga: Studi: Paparan Logam Tingkatkan Risiko Penyakit Kardiovaskular

3. Penanganan kerusakan saraf vagus

ilustrasi tindakan operasi (unsplash.com/Olga Kononenko)

Penanganan kerusakan saraf vagus bergantung pada penyebab yang mendasarinya serta tingkat keparahan gejalanya.

Berikut beberapa opsi perawatan yang tersedia:

  • Pengobatan medis: Obat-obatan, seperti prokinetik untuk membantu pergerakan makanan dalam saluran pencernaan, atau obat pengatur detak jantung, bisa diresepkan tergantung pada gejala yang muncul.
  • Terapi listrik (vagus nerve stimulation): Alat stimulasi saraf vagus bisa digunakan untuk membantu memperbaiki fungsi saraf ini, terutama pada pasien dengan kondisi seperti epilepsi atau depresi berat.
  • Perubahan gaya hidup: Mengelola penyebab yang mendasari, seperti mengontrol kadar gula darah, serta menerapkan diet sehat bisa membantu mengatasi gejala kerusakan saraf vagus. 
  • Operasi: Pada beberapa kasus, jika penyebab kerusakan saraf vagus adalah tumor atau kondisi fisik lain, operasi mungkin diperlukan untuk menghilangkan tekanan pada saraf.

Kerusakan saraf vagus bisa berdampak signifikan pada kesehatan seseorang karena perannya dalam berbagai fungsi tubuh. Mengenali gejala-gejalanya sejak dini bisa mengelola kondisi ini dengan baik. 

Baca Juga: Studi: Orang Kaya Lebih Berisiko Kena Kanker

Referensi

Kenny, Brian J., and Bruno Bordoni. “Neuroanatomy, Cranial Nerve 10 (Vagus Nerve).” StatPearls - NCBI Bookshelf, November 7, 2022.
Huang, Hsueh-Hsin, Tuan-Jen Fang, Hsueh-Yi Li, and Shy-Chyi Chin. “Vagus Nerve Paralysis Due to Skull Base Fracture.” Auris Nasus Larynx 35, no. 1 (March 1, 2008). 
Rangon, Claire-Marie, and Adam Niezgoda. “Understanding the Pivotal Role of the Vagus Nerve in Health from Pandemics.” Bioengineering 9, no. 8 (July 29, 2022). 

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya