TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Ganggu Pernapasan, Ini 8 Penyakit yang Menyerang Paru-Paru

Mulai dari asma hingga kanker paru-paru

ilustrasi paru-paru manusia (vecteezy.com/Merhai Saied)

Paru-paru menjadi salah satu organ yang berperan penting dalam pernapasan. Jika mengalami sesak napas, batuk terus-menerus, atau mengi atau napas berbunyi, itu menandakan adanya masalah pada paru-paru. Sama seperti organ lainnya, paru-paru rentan terserang berbagai penyakit.

Berbagai faktor seperti bakteri, virus, hingga polusi udara dapat menyebabkan gangguan paru-paru. Berikut ulasan mengenai beberapa penyakit yang bisa menyerang paru-paru. Disimak ya!

1. Asma

ilustrasi asma pada perempuan (freepik.com/freepik)

Dilansir Mayo Clinic, asma merupakan kondisi saat saluran udara menyempit dan membengkak serta memproduksi lendir berlebih. Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), asma memengaruhi sekitar 262 juta orang pada tahun 2019 dan menyebabkan 455.000 kematian.

Asma membuat penderitanya kesulitan bernapas, memicu batuk, mengi, sulit tidur, dada sesak atau nyeri, dan sesak napas.

Ada beberapa faktor pemicu gejala asma, antara lain alergi (misalnya debu, serbuk sari, bulu binatang, udara dingin), infeksi saluran pernapasan, asap dan polusi udara lainnya, obat-obatan tertentu, stres, penyakit GERD.

Asma tidak dapat disembuhkan, tetapi gejalanya bisa dikendalikan dengan pengobatan. Inhaler merupakan alat yang biasa digunakan. Dalam beberapa kasus juga diperlukan obat-obatan, seperti obat alergi atau perawatan lainnya.

2. Tuberkulosis

pixabay.com/Nastya_gepp

Tuberkulosis (TBC), adalah penyakit lainnya yang menyerang paru-paru. Berdasarkan Global TB Report 2022, Indonesia merupakan negara dengan beban TBC tertinggi kedua di dunia setelah India. WHO memperkirakan 969.000 kasus TBC di Indonesia dengan angka notifikasi saat ini yaitu 717.941 kasus, mengutip laman Kementerian Kesehatan RI.

TBC disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri penyebab TBC dapat menyebar dari penderita ke orang lain melalui udara lewat batuk, bersin, berbicara, atau meludah. Kamu lebih mungkin tertular TBC dari penderita yang tinggal atau bekerja bersama.

Terdapat dua jenis infeksi TBC:

  • TBC laten: Seseorang mengalami infeksi TBC, tetapi bakteri tetap berada di dalam tubuh dalam keadaan tidak aktif dan tidak menimbulkan gejala. TBC laten tidak menular. Namun, kondisi ini dapat berubah menjadi TB aktif, sehingga pengobatan juga penting diberikan untuk membantu mengendalikan penyebaran TBC.
  • TBC aktif: Kondisi ini membuat seseorang sakit dan dalam banyak kasus bisa menularkan ke orang lain. Gejala yang ditimbulkan di antaranya batuk yang berlangsung 3 minggu atau lebih, batuk darah, nyeri dada, kelelahan, dan penurunan berat badan.

TBC juga dapat memengaruhi bagian lain dari tubuh, termasuk ginjal, tulang belakang, atau otak. Ketika TBC terjadi di luar paru-paru, tanda dan gejala yang muncul bervariasi sesuai dengan organ yang terdampak.

Sangat penting untuk menyelesaikan seluruh rangkaian terapi dan minum obat-obatan sesuai instruksi dokter. Menghentikan pengobatan terlalu dini atau melewatkan dosis dapat membuat bakteri yang masih hidup menjadi kebal terhadap obat tersebut.

Baca Juga: Napas Lega, Ini 8 Cara Ampuh Menjaga Kesehatan Paru-paru

3. Pneumonia

ilustrasi pneumonia (commons.wikimedia.org/BruceBlaus)

Pneumonia adalah infeksi yang bisa terjadi pada satu atau kedua paru-paru. Infeksi ini menyebabkan peradangan pada kantong udara yang disebut alveoli. Alveoli terisi cairan atau nanah, sehingga penderitanya sulit bernapas.

Berbagai gejala yang ditimbulkan meliputi batuk yang bisa menghasilkan dahak, demam, berkeringat atau menggigil, sesak napas, nyeri dada, kelelahan, kehilangan nafsu makan, mual atau muntah dan sakit kepala.

Pneumonia merupakan pembunuh utama balita di dunia dan di Indonesia. Pneumonia menyebabkan kematian pada balita lebih banyak di dunia dibandingkan gabungan penyakit AIDS, malaria, dan campak. Setiap tahun diperkirakan lebih dari 2 juta balita meninggal karena pneumonia, menurut Kemenkes RI.

Pneumonia bisa disebabkan oleh bakteri, virus, ataupun jamur. Penyakit ini dapat menular dari penderita ke orang lain. Pneumonia yang disebabkan oleh bakteri dan virus bisa menular melalui bersin atau batuk. Seseorang juga bisa tertular pneumonia tipe ini melalui kontak dengan permukaan atau benda yang terkontaminasi bakteri atau virus penyebab pneumonia.

4. Bronkitis

ilustrasi bronkitis (cdc.gov)

Menurut National Health Service, bronkitis adalah infeksi pada saluran udara utama paru-paru (bronkus) yang menyebabkan iritasi dan peradangan. Dinding saluran udara utama memproduksi lendir untuk menangkap debu dan partikel lainnya yang dapat menyebabkan infeksi.

Sebagian kasus bronkitis terjadi ketika saluran udara tersebut meradang dan teriritasi, sehingga dihasilkan lebih banyak lendir dari biasanya. Tubuh akan mencoba untuk mengeluarkan lendir atau dahak ini melalui batuk.

Terdapat dua tipe bronkitis, yaitu bronkitis akut dan bronkitis kronis.

  • Bronkitis akut: Dapat menyerang semua usia, tetapi lebih banyak terjadi pada anak di bawah usia 5 tahun. Kondisi ini lebih sering terjadi saat musim dingin dan sering muncul setelah pilek, sakit tenggorokan, atau flu. Gejala batuk dan lendir berlebih dapat berlangsung hingga tiga minggu.
  • Bronkitis kronis: Ini termasuk salah satu penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). Kondisi ini ditandai batuk produktif yang berlangsung selama 3 bulan dalam setahun dan setidaknya selama 2 tahun berturut-turut. Bronkitis kronis lebih banyak memengaruhi orang dewasa berusia di atas 40 tahun.

Gejala bronkitis meliputi batuk, produksi lendir atau dahak (bisa putih, kuning kehijauan atau hijau), kelelahan, sesak napas, demam serta rasa tidak nyaman pada dada.

Bronkitis akut biasanya disebabkan oleh virus, umumnya virus yang sama dengan penyebab pilek atau flu (influenza). Di sisi lain, penyebab bronkitis kronis paling umum yaitu asap rokok. Polusi udara dan debu atau gas beracun dari lingkungan atau tempat kerja juga bisa berkontribusi pada kondisi ini.

5. Emfisema

ilustrasi sesak napas karena emfisema (freepik.com/8photo)

Sama seperti bronkitis kronis, emfisema juga termasuk PPOK. Dikutip dari Cleveland Clinic, emfisema adalah kondisi yang melibatkan kerusakan pada dinding kantung udara (alveoli) paru-paru.

Ada sekitar 300 juta alveoli di paru-paru normal. Saat menghirup udara, alveoli meregang dan menarik oksigen masuk. Ketika mengembuskan napas, alveoli mengecil dan mengeluarkan karbon dioksida.

Pada emfisema, alveoli dan jaringan paru-paru rusak. Kerusakan ini menyebabkan obstruksi (penyumbatan) yang memerangkap udara di dalam paru-paru. Selain itu, karena jumlah alveoli lebih sedikit, maka oksigen yang masuk ke aliran darah semakin sedikit.

Pada kebanyakan kasus, merokok menjadi faktor utama penyebab emfisema. Selain itu, polusi udara, faktor genetik (defisiensi alpha-1 antitrypsin), dan infeksi saluran pernapasan juga bisa berperan.

Gejala emfisema berkembang secara bertahap. Gejala umumnya meliputi batuk, mengi, sesak napas, dada sesak dan peningkatan produksi lendir.

6. Kanker paru-paru

ilustasi paru-paru manusia (unsplash.com/samuelzeller)

Kanker paru-paru adalah salah satu jenis kanker yang paling mematikan. Menurut data World Cancer Research Fund International, kanker paru-paru adalah kanker paling umum ke-2 di dunia. Ini adalah kanker paling umum pada pria dan kanker paling umum ke-2 pada perempuan. Ada lebih dari 2,2 juta kasus baru kanker paru-paru pada tahun 2020.

Dilansir MedlinePlus, kanker paru-paru merupakan kanker yang tumbuh di jaringan paru-paru. Kanker ini sangat berisiko terjadi pada perokok, baik perokok aktif maupun perokok pasif.

Selain itu, beberapa faktor yang meningkatkan risiko kanker paru-paru meliputi riwayat keluarga dengan kanker paru-paru, paparan radon, paparan bahan kimia berbahaya, misalnya asbestos, arsenik, kromium dan lain-lain di tempat kerja, polusi udara, dan terapi radiasi pada area dada.

Terkadang, kanker paru-paru tidak menimbulkan gejala pada stadium awal. Gejala berkembang seiring perkembangan kondisi. Beberapa gejala kanker paru-paru di antaranya ketidaknyamanan atau nyeri dada, batuk yang tidak kunjung sembuh atau memburuk seiring berjalannya waktu, kesulitan bernapas, darah dalam dahak, suara serak, kelelahan, dan penurunan berat badan.

7. Pleuritis

ilustrasi nyeri dada pada orang dengan pleuritis (pexels.com/Puwadon Sang-ngern)

Pleuritis atau radang selaput dada adalah peradangan pada lapisan seperti lembaran yang menutupi paru-paru (pleura).

Gejalanya yang paling umum adalah nyeri dada yang tajam saat bernapas dalam-dalam. Terkadang nyeri juga terasa di bahu. Rasa sakitnya mungkin bertambah parah saat batuk, bersin, atau bergerak, dan bisa hilang dengan menarik napas pendek. Gejala lain bisa berupa sesak napas dan batuk kering, dilansir NHS Inform.

Pleuritis dapat berkembang saat kamu mengalami inflamasi paru-paru akibat infeksi, seperti infeksi virus, pneumonia, atau TBC. Pleuritis juga bisa muncul akibat:

  • Beberapa kanker.
  • Trauma dada.
  • Pembekuan darah.
  • Artritis reumatoid.
  • Lupus.

Verified Writer

Rifa

.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya