Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Varian baru COVID-19 yang disebut XEC mulai menyebar ke seluruh dunia, terutama di Eropa. Bukti awal menunjukkan bahwa varian ini mungkin lebih mudah menular daripada varian sebelumnya.
Berikut ini adalah hal-hal yang telah diketahui tentang varian XEC.
1. Apa itu varian baru COVID-19 XEC?
XEC merupakan gabungan dari dua varian SARS-CoV-2 lainnya: KP.3.3 dan KS.1.1.
XEC terbentuk ketika varian KP.3.3 dan KS.1.1 menginfeksi organisme yang sama (seperti hewan atau manusia)secara bersamaan, sehingga memungkinkan keduanya berbagi materi genetik.
XEC merupakan cabang genetik dari Omicron, varian yang sangat mudah menular yang pertama kali muncul di Afrika Selatan pada 2021. Dengan kata lain, XEC bisa dibilang merupakan "cucu" dari varian Omicron. Ini berarti XEC memiliki banyak karakteristik yang sama dengan subvarian Omicron lainnya, seperti mudah menyebar dan menyebabkan penyakit yang tidak terlalu parah dibandingkan strain SARS-CoV-2 paling awal.
2. Diidentifikasi pertama kali di Jerman
ilustrasi COVID-19 (IDN Times/Aditya Pratama) XEC pertama kali diidentifikasi pada Agustus 2024 dari sampel COVID-19 yang dikumpulkan di Berlin, Jerman, dua bulan sebelumnya.
Kasus varian paling awal terjadi di Italia pada bulan Mei. Namun, sampel ini tidak diunggah ke basis data internasional yang melacak varian SARS-CoV-2 (GSAID) hingga bulan September.
Hingga kini, menurut data dari GISAID, lebih dari 600 kasus XEC telah dilaporkan di 27 negara, termasuk Inggris, Jerman, Kanada, dan Amerika Serikat (AS). Namun, tidak semua negara secara konsisten melaporkan data ke GSAID, jadi varian XEC kemungkinan besar ada di lebih banyak negara.
Varian XEC tersebar luas di Eropa, setidaknya telah terdeteksi di 13 negara. Sejauh ini, XEC merupakan sekitar 8 persen dari semua sampel yang diurutkan dan dilaporkan dari benua itu bulan September, menurut data dari GSAID. Sebagai perbandingan, varian tersebut merupakan sekitar 4 persen dari sampel pada bulan Agustus. Varian yang paling sering diurutkan di Eropa masih KP.3.1.1, sebesar 48 persen dari semua sampel.
XEC paling tersebar luas di Prancis, meliputi sekitar 21 persen dari sampel COVID-19 yang diurutkan. Varian ini juga mulai menyebar di Jerman dan Inggris, di mana varian ini masing-masing mewakili 15 persen dan 8 persen dari sampel yang diurutkan.
Baca Juga: Apa Itu Varian Baru COVID-19 FLiRT?
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
3. Gejala COVID-19 varian XEC
Untuk saat ini tampaknya tidak ada gejala yang jelas atau unik terkait varian XEC. Meski demikian, orang yang terinfeksi varian XEC dapat mengalami salah satu dari gejala COVID-19 yang telah diketahui ini:
- Demam atau menggigil.
- Hidung tersumbat.
- Hidung meler.
- Batuk.
- Kehilangan indra perasa atau penciuman.
- Sesak napas.
- Nyeri tubuh.
- Sakit tenggorokan.
- Kelelahan.
- Mual.
- Muntah.
- Sakit kepala.
- Diare.
Jika mengalami gejala seperti sulit bernapas, kebingungan, nyeri atau tekanan di dada, atau kesulitan untuk tetap terjaga, itu bisa menjadi tanda keadaan darurat. Segeralah cari perhatian medis.
4. Apakah varian XEC lebih mudah menular?
ilustrasi SARS-CoV-2, virus penyebab COVID-19 (flickr.com/NIAID) Masih terlalu dini untuk mengatakan apakah varian XEC lebih mudah menular daripada varian lainnya. Namun, mengingat varian ini telah menyebar di antara varian lain yang beredar, varian ini mungkin memiliki kelebihan yang membuatnya lebih mudah menyebar.
Varian XEC memiliki setidaknya satu mutasi pada spike protein-nya. Meskipun mutasi ini berpotensi membuat XEC lebih mudah menular atau lebih mampu menghindari kekebalan, tetapi tidak jelas apakah XEC akan mengalahkan varian lain.
Varian ini tampaknya berperilaku seperti banyak subvarian omicron lainnya. Sejauh ini, belum ada tanda-tanda yang mengkhawatirkan terkait XEC.