TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

3 Potensi Manfaat Daun Kratom, Ada Efek Antinyeri

Dimanfaatkan untuk obat tradisional

ilustrasi daun kratom (commons.wikimedia.org/Thehealingeast)

Intinya Sih...

  • Secara tradisional, daun kratom dimanfaatkan untuk obat diare, perawatan nifas, capek, dan bedak. Juga, kratom digunakan dalam bentuk teh.
  • Kratom kerap menjadi perbincangan karena isu kesehatan, sosial, ekonomi, dan ekologi.
  • Ada laporan tentang manfaat dari penggunaan kratom. Namun, belum ada bukti klinis yang mendukung manfaat yang dilaporkan. Jadi, masih banyak hal tentang kratom yang belum diketahui, seperti dosis yang efektif dan aman, kemungkinan interaksi, dan kemungkinan efek berbahaya, termasuk kematian.

Kratom (Mitragyna speciosa Korth.) tumbuh tersebar di wilayah Asia Tenggara seperti Thailand, Malaysia, Filipina, Kamboja, Vietnam, Papua Nugini, dan Indonesia.

Oleh masyarakat, daun kratom dimanfaatkan untuk obat tradisional sebagai obat diare, perawatan nifas, capek, dan bedak. Selain itu, masyarakat di beberapa wilayah, seperti Kabupaten Kapuas Hulu Kalimantan Barat, memanfaatkan kratom sebagai teh.

Beberapa penelitian terkait tanaman kratom menyebutkan bahwa penggunaan dosis rendah berefek stimulan, tetapi pada dosis tinggi mengakibatkan depresi dan gejala putus obat atau putus zat (withdrawal). Penelitian lain menyebutkan, jika kratom digunakan bersama obat lain, seperti tramadol, bisa mengakibatkan kematian.

Senyawa mitraginin dan 7-hydroxymitragynine merupakan kandungan kimia utama dalam kratom. Senyawa ini punya reseptor yang sama dengan reseptor opioid dalam otak sehingga diyakini memiliki efek seperti opium. Oleh Badan Narkotika Nasional (BNN), keduanya dikategorikan sebagai new psychoactive substances (NPS) yang tentu harus ada pengaturan dalam penggunaan.

Beberapa negara di Eropa dan Asia Tenggara seperti Thailand dan Malaysia telah memasukkan tanaman kratom ke dalam golongan narkotika. Juga, beberapa negara bagian di Amerika Serikat (AS) telah melarang penggunaan kratom meski Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) belum secara resmi menyebutnya ilegal.

Indonesia belum mengatur secara khusus tanaman kratom, tetapi BPOM RI telah mengeluarkan surat edaran pelarangan penggunaan kratom dalam obat herbal dan suplemen makanan.

Kratom menjadi perbincangan karena isu kesehatan, sosial, ekonomi, dan ekologi. Polemik terjadi karena di satu sisi ada peningkatan jumlah pengguna kratom dan nilai perdagangan dunia bertambah, tetapi di sisi lain ada kekhawatiran terhadap efek samping penggunaan kratom dengan ditemukannnya beberapa kasus gangguan kesehatan. 

Lantas, bagaimana dengan manfaatnya? Berikut ini potensi manfaat daun kratom yang telah diketahui.

Baca Juga: 7 Manfaat Air Rebusan Daun Salam, Dahsyat!

Penggunaan kratom

ilustrasi daun kratom dalam bentuk bubuk dan kapsul (stockvault.net/Kratom Lords)

Penggunaan di Malaysia dan Thailand

Penggunaan kratom pertama kali didokumentasikan pada 1836. Disebutkan bahwa daun kratom digunakan di Malaysia sebagai pengganti opium.

Pada awal tahun 1900, dilaporkan dalam literatur ilmiah bahwa daun kratom bisa meringankan gejala putus obat golongan opiat.

Secara tradisional, kratom digunakan untuk mengatasi malaria, batuk, hipertensi, diare, stres, menurunkan demam, dan meredakan nyeri.

Budaya tradisional Thailand menggunakan daun kratom sebagai jamuan teh saat menerima tamu, serta bagian dari ritual pemujaan leluhur dan dewa.

Pohon kratom tumbuh alami di wilayah Malaysia, Thailand, dan Indonesia, sehingga penggunaannya secara tradisional telah menjadi bagian dari tatanan sosial wilayah-wilayah tersebut selama ratusan tahun.

Di Malaysia dan Thailand, daun kratom telah lama digunakan oleh para pekerja kasar, petani, dan buruh sebagai stimulan untuk meningkatkan efisiensi kerja, daya tahan, dan toleransi terhadap kondisi iklim yang panas dan lembap.

Dalam pengobatan tradisional, daun kratom digunakan untuk mengurangi rasa nyeri, relaksasi, mengatasi diare, menurunkan panas, dan mengurangi kadar gula darah.

Pengguna di Thailand menyebut, selain memberi efek stimulan, konsumsi kratom menghasilkan perasaan yang menyenangkan.

Di Thailand, pengguna umumnya lebih suka mengunyah daun kratom segar. Beberapa orang meremas daun kratom kering hingga menjadi remahan kemudian dikunyah dan ditelan dengan air.

Pengguna biasanya mengunyah kratom 3–10 kali sehari. Pengguna kronis mampu mengunyah hingga 30 lembar daun atau lebih dalam sehari. Efek stimulan dari mengunyah ini mulai terasa antara 5–10 menit kemudian.

Kratom juga biasa digunakan dalam bentuk daun segar atau kering, lalu direbus dan diminum saat masih panas maupun dingin. Jus lemon, gula, dan madu umum ditambahkan untuk mengurangi rasa pahit dari teh kratom.

Cara penggunaan lainnya adalah dengan merebus daun kering sampai kental seperti sirop, lalu dicampur dengan daun palem halus hingga menjadi bentuk pil. Pil ini dapat ditelan atau diisap. Beberapa pengguna di Malaysia meletakkan pil tersebut ke dalam pipa bambu panjang kemudian digunakan sebagai rokok (madatin).

Beberapa sumber di Malaysia melaporkan penggunaan dalam bentuk lintingan daun kering kemudian dibakar dan diisap (merokok) untuk mendapat efek relaksasi.

Penggunaan di Indonesia

Berdasarkan Data Riset Tumbuhan Obat dan Jamu (Ristoja, 2015) kratom digunakan oleh beberapa etnis di Indonesia.

  • Pada etnis Bentian (Kalimantan Timur), kratom (dikenal dengan nama bengkal) digunakan sebagai penghalus kulit.
  • Pada etnis Segai dan Berau dikenal, kratom (dikenal sebagai attiap) merupakan salah satu komponen dalam ramuan perawatan nifas, capek, dan pegal linu.
  • Menurut masyarakat di Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, diperoleh informasi bahwa pohon kratom menghasilkan kayu yang bagus digunakan sebagai bahan baku mebel.
  • Di Kecamatan Embaloh Hilir dan Putussibau Utara, daun kratom digunakan untuk menambah stamina, mengatasi nyeri, rematik, asam urat, hipertensi, gejala stroke, diabetes, susah tidur, luka, diare, batuk, kolesterol, tipes, dan menambah nafsu makan.

Ramuan disiapkan dengan cara merebus daun segar maupun serbuk, lalu diminum. Beberapa responden menambahkan madu dan/atau air jeruk. 

Penggunaan topikal dengan cara meremas daun segar kemudian ditempelkan pada luka, atau serbuk halus ditaburkan pada luka.

Penggunaan di Barat

Kratom dijual melalui internet, toko herbal, dan toko tembakau/rokok sebagai obat/suplemen herbal untuk mengobati penyakit seperti nyeri, gangguan mental, dan menghentikan kecanduan opioid.

Kratom sering dipromosikan sebagai “herbal speedball” legal dan alami, serta alternatif opioid tradisional.

Konsumsi kratom di AS umumnya dalam bentuk cairan oral; beberapa menggunakan serbuk yang ditambahkan ke makanan atau minuman; dan saat ini konsumsi serbuk dalam bentuk sediaan kapsul makin populer.

Penggunaannya dengan cara diseduh seperti membuat teh atau kopi (seluruh daun atau bubuk direndam dalam air mendidih ataupun diekstraksi dingin). Beberapa menggunakan asam untuk meningkatkan kelarutan, atau menambahkan gula, madu, atau pemanis lainnya.

Di AS, ada survei anonim pada Oktober 2016 terhadap 10.000 pengguna kratom melalui media sosial dan laman American Kratom Association. Sebanyak 8.049 dari 10.000 orang menyelesaikan survei, berusia 31–50 tahun, dengan penghasilan $35.000 atau lebih per tahun.

Sejumlah 68 persen menggunakan kratom secara mandiri untuk mengobati nyeri; 66 persen melaporkan untuk memperbaiki kondisi emosi atau mental; 25 persen menggunakannya untuk mengobati gejala putus obat terkait opioid.

Sebanyak 20 persen pengguna melaporkan efek negatif terkait gangguan gastrointestinal, terutama mual dan sembelit.

Potensi manfaat kratom untuk kesehatan

ilustrasi daun kratom (commons.wikimedia.org/ThorPorre)

Tidak banyak penelitian mengenai efek kesehatan dari kratom. Hingga saat ini, kratom belum terbukti aman atau efektif untuk penggunaan apa pun. Berikut ini beberapa efek kesehatan yang sedang diteliti:

1. Pereda nyeri

Kratom mungkin efektif untuk meredakan nyeri kronis, karena bekerja dengan cara menempel pada reseptor opioid. Salah satu senyawa yang ditemukan dalam kratom, 7-hydroxymitragynine, disebut-sebut 13 kali lebih kuat daripada morfin.

Meskipun menargetkan reseptor opioid seperti halnya morfin dan kodein, tetapi kratom dianggap sebagai opioid atipikal. Kratom secara selektif menonaktifkan sinyal tertentu, yang dapat menjelaskan efek samping yang lebih dapat ditoleransi dibandingkan dengan opioid biasa, tetapi FDA belum menyetujui kratom untuk penggunaan medis apa pun.

2. Meningkatkan suasana hati

Beberapa laporan menunjukkan bahwa kratom mungkin merupakan pengobatan yang efektif untuk kecanduan opioid. Beberapa orang menggunakannya untuk membantu meredakan gejala putus zat akibat morfin dan etanol.

Penelitian awal menunjukkan bahwa kratom berpotensi sebagai antidepresan dan penekan rasa lapar. Dalam satu penelitian pada hewan, tim peneliti menentukan bahwa kratom menurunkan kadar kortikosteron pada tikus. Peningkatan kadar kortikosteron hanyalah salah satu perubahan zat kimia otak yang dapat terlihat pada depresi.

Dalam penelitian lain pada tikus, suplementasi kratom menekan rasa lapar dengan menghambat hipotalamus, bagian otak yang bertanggung jawab atas nafsu makan dan keinginan. Perlu penelitian lebih lanjut pada manusia untuk mengetahui apakah kratom memiliki efek serupa.

3. Untuk mengatasi gejala putus zat opiat

Beberapa orang melaporkan bahwa kratom dapat membantu pengobatan mandiri gejala putus zat opioid. Kratom juga dipromosikan sebagai obat atau penyembuhan untuk kecanduan opioid. Namun, tidak ada penggunaan kratom yang disetujui untuk tujuan ini.

Masih butuh penelitian lebih lanjut untuk memahami apakah kratom benar-benar dapat membantu mengatasi gejala putus zat. Selain itu, kratom dapat menyebabkan kecanduan dan gejala putus zat.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya