Jenis penyakit sistem saraf atau gangguan neurologis
ilustrasi cedera kepala (pexels.com/Karolina Grabowska) Ada lebih dari 600 penyakit yang dapat memengaruhi sistem saraf. Jenis penyakit ini juga disebut sebagai penyakit saraf. Berikut ini adalah jenis penyakit saraf dan beberapa contohnya.
1. Cedera sistem saraf
Ya, saraf bisa mengelami cedera. Jenis cedera ini biasanya terjadi karena kecelakan, cedera olahraga, atau tindakan kekerasan.
Cedera pada SSP dapat mencakup cedera otak traumatis dan cedera tulang belakang.
Cedera otak traumatis dapat menyebabkan gejala fisik seperti pusing, sakit kepala, kelemahan, kehilangan penglihatan, kejang, penurunan kesadaran, dan kadang juga bisa memengaruhi kognisi, memori, dan suasana hati.
Sementara itu, cedera tulang belakang dapat menyebabkan gejala seperti nyeri, mati rasa dan kesemutan, serta kelemahan atau kelumpuhan otot.
Selain itu, sistem saraf tepi juga bisa mengalami cedera. Ini bisa terjadi ketika saraf diregangkan, tertekan, meradang, atau terkoyak (terpotong). Gejalanya antara lain nyeri neuropatik, mati rasa dan kesemutan, serta kelemahan atau kelumpuhan otot.
2. Penyakit serebrovaskular
Penyakit serebrovaskular terjadi ketika aliran darah ke otak terpengaruh. Hal ini dapat terjadi saat terjadi pendarahan di otak atau saat otak tidak menerima cukup darah yang kaya akan oksigen. Contoh umum penyakit serebrovaskular adalah stroke.
Ada juga jenis penyakit serebrovaskular lainnya. Contohnya meliputi aneurisme otak, malformasi vaskular, dan stenosis intrakranial.
3. Penyakit neurodegeneratif
Penyakit neurodegeneratif adalah ketika sel-sel saraf berhenti bekerja dengan baik atau mulai mati. Dalam beberapa kasus, ini mungkin terjadi karena akumulasi sel inflamasi atau protein abnormal di otak. Penyebab yang mendasari perubahan ini tidak diketahui.
Penyakit neurodegeneratif biasanya progresif, yang artinya terus memburuk seiring waktu.
Beberapa contoh penyakit neurogeneratif meliputi penyakit Alzheimer dan jenis demensia lainnya, penyakit Parkinson, dan amyotrophic lateral sclerosis (ALS).
4. Gangguan sakit kepala
Sakit kepala sangat umum dan banyak orang mengalaminya dari waktu ke waktu. Namun, apabila sakit kepala dirasakan sangat parah, sering terjadi, atau terjadi terus-menerus, kamu mungkin mengalami gangguan sakit kepala.
Secara umum, sakit kepala terjadi ketika saraf yang peka terhadap rasa sakit bereaksi terhadap pemicu, mengirimkan sinyal rasa sakit ke otak. Contoh pemicu sakit kepala, termasuk tetapi tidak terbatas pada stres, kurang tidur, dehidrasi, ketegangan mata, serta konsumsi makanan atau minuman tertentu.
Contoh jenis gangguan sakit kepala yang umum meliputi migrain, sakit kepala cluster, dan sakit kepala tipe tegang. Gangguan sakit kepala juga bisa bersifat sekunder, yang artinya terjadi karena kondisi medis yang mendasarinya. Contoh penyebab gangguan sakit kepala sekunder adalah stroke, tumor otak, dan cedera kepala.
5. Gangguan kejang
Kejang terjadi ketika ada periode aktivitas listrik yang tidak terkendali di otak. Saat terjadi, ini dapat menyebabkan gerakan, pikiran, atau sensasi yang tidak disengaja. Beberapa orang mungkin juga kehilangan kewaspadaan atau kesadaran.
Epilepsi adalah suatu kondisi seseorang mengalami dua atau lebih kejang yang tidak beralasan. Dari sebagian kasus, penyebab epilepsi tidak diketahui. Pada beberapa orang, kondisi tersebut dapat berkembang karena faktor yang diketahui seperti cedera otak traumatis, stroke, atau tumor otak.
6. Penyakit demielinasi
Mielin adalah lapisan pelindung yang menutupi sel-sel saraf di SSP. Pada penyakit demielinasi, mielin rusak, yang dapat menyebabkan gejala seperti kelemahan otot, sensasi yang tidak biasa, dan masalah penglihatan.
Multiple sclerosis adalah salah satu contoh penyakit demielinasi. Penyakit ini terjadi ketika sistem kekebalan secara keliru menyerang mielin. Penyebab sistem kekebalan berperilaku seperti ini tidak diketahui.
Contoh lain dari penyakit demielinasi meliputi mielitis transversal, sindrom Guillain-Barre, neuropati diabetik, ensefalomielitis diseminata akut, dan gangguan spektrum neuromyelitis optica.
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
Baca Juga: Pentingnya Menjaga Kesehatan Saraf, Ini Tips dari Dokter
ilustrasi bakteri penyebab meningitis (commons.wikimedia.org/www.scientificanimations.com) 7. Gangguan genetik
Beberapa jenis penyakit saraf dapat diturunkan dari salah satu atau kedua orang tua. Ini dapat memengaruhi sistem saraf dan kesehatan dengan berbagai cara. Beberapa contoh penyakit saraf bawaan dan gejala umumnya meliputi:
- Penyakit Huntington: Penyakit Huntington menyebabkan kerusakan progresif sel-sel saraf di otak, yang menyebabkan masalah kognisi, gerakan, dan perilaku yang memburuk.
- Penyakit Charcot-Marie-Tooth: Penyakit Charcot-Marie-Tooth merusak sistem saraf tepi, menyebabkan kelemahan otot, atrofi, dan masalah dengan gaya berjalan.
- Penyakit Wilson: Penyakit Wilson menyebabkan tembaga menumpuk di otak dan organ lain, menyebabkan masalah dengan koordinasi, gerakan, atau ucapan.
- Penyakit Tay-Sachs: Penyakit Tay-Sachs adalah ketika kelebihan zat lemak menumpuk di otak dan saraf, menyebabkan kelemahan otot, kejang, dan kehilangan penglihatan dan bicara.
- Ataksia Friedrich: Ataksia Friedrich menyebabkan kerusakan sistem saraf progresif yang menyebabkan masalah dengan gerakan.
- Atrofi otot tulang belakang: Atrofi otot tulang belakang adalah kondisi keturunan yang memiliki beberapa jenis dengan tingkat keparahan yang beragam. Ini dapat menyebabkan kelemahan pada otot karena kerusakan saraf tulang belakang.
8. Infeksi
Berbagai infeksi juga dapat memengaruhi sistem saraf. Infeksi disebabkan oleh organisme penyebab penyakit yang disebut patogen.
Gejala spesifik tergantung pada infeksi yang dialami. Sering kali, patogen pada sistem saraf menyebabkan meningitis atau ensefalitis. Akan tetapi, patogen juga dapat menyebabkan masalah neurologis lainnya.
Beberapa contoh patogen yang dapat memengaruhi sistem saraf antara lain:
- Bakteri
- Streptococcus pneumoniae
- Neisseria meningitidis
- Haemophilus influenzae
- Mycobacterium tuberculosis (penyebab tuberkulosis)
- Treponema pallidum (penyebab sifilis)
- Virus
- Virus rabies
- Virus Japanese encephalitis
- Virus West Nile
- Virus gondongan
- HIV
- Virus herpes simpleks 1 dan 2 (penyebab herpes genital dan oral)
- Virus varicella zoster (penyebab cacar air dan herpes zoster)
- Cytomegalovirus (penyebab utama kehilangan pendengaran kongenital)
- SARS-CoV-2 (penyebab COVID-19)
- Jamur
- Candida
- Histoplasma
- Blastomyces
- Parasit
- Plasmodium (penyebab malaria)
- Toxoplasma gondii (penyebab toksoplasmosis)
- Acanthamoeba
ilustrasi spina bifida (stanfordchildrens.org) 9. Kanker
Kanker terkadang dapat memengaruhi otak dan sumsum tulang belakang. Ketika ini terjadi, dapat menyebabkan gejala seperti sakit kepala; sakit kepala; kelemahan atau mati rasa; masalah dengan penglihatan, pendengaran, dan bicara; perubahan kepribadian, perilaku, atau suasana hati; kesulitan dengan gerakan; dan kejang.
Kanker sistem saraf dapat bersifat primer atau sekunder. Kanker primer adalah kanker yang dimulai di otak atau sumsum tulang belakang. Kanker sekunder adalah kanker yang menyebar (bermetastasis) dari bagian lain tubuh lain seperti payudara atau paru-paru.
Penyebab sebagian besar tumor otak dan sumsum tulang belakang tidak diketahui, meskipun beberapa sindrom genetik dapat meningkatkan risikonya.
10. Kondisi kongenital
Kondisi bawaan dari sistem saraf adalah kondisi yang dialami seseorang sejak lahir. Ini terjadi karena masalah yang terjadi selama perkembangan bayi di dalam rahim.
Jenis kondisi bawaan yang paling umum yang memengaruhi sistem saraf adalah cacat tabung saraf. Ini adalah saat tabung saraf, pendahulu sistem saraf pusat, tidak menutup dengan benar pada awal perkembangan.
Cacat tabung saraf dapat menyebabkan masalah fisik dan intelektual. Contoh cacat tabung saraf adalah spina bifida dan anencephaly.
Contoh lain dari kondisi bawaan yang memengaruhi sistem saraf meliputi mikrosefali, megalencephaly, dan displasia kortikal fokal.
11. Gangguan perkembangan saraf
Gangguan perkembangan saraf terkait dengan gangguan perkembangan sistem saraf. Orang dengan gangguan perkembangan saraf dapat mengalami masalah dengan berbagai fungsi, termasuk perilaku, pembelajaran, memori, bicara dan komunikasi, serta keterampilan motorik.
Terkadang, orang yang memiliki kondisi bawaan mengalami gangguan perkembangan saraf. Namun, dalam beberapa kasus, penyebabnya tidak diketahui. Faktor-faktor yang mungkin berkontribusi meliputi genetika, disfungsi sistem kekebalan tubuh, gangguan metabolisme, deprivasi sosial, trauma fisik, infeksi, dan racun lingkungan.
Beberapa contoh gangguan perkembangan saraf meliputi gangguan spektrum autisme,
attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD), disleksia, sindrom Tourette, dan disabilitas intelektual.