TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kenapa Orang yang Kena Rabies Takut Air?

Ketakutan pasien rabies akan air bukan karena fobia psikis

ilustrasi segelas air (pixabay.com/Baudolino)

Rabies adalah penyakit yang banyak dibicarakan akhir-akhir ini. Yang sukses membuat beberapa penasaran adalah salah satu gejalanya, yaitu hidrofobia atau sangat takut dengan air. Jika pasien rabies dipaksa minum air, maka tubuhnya akan memberikan reaksi berupa kejang otot yang terjadi di luar kendali.

Apa penjelasan di balik fenomena orang yang kena rabies takut air? Mari kita cari tahu!

1. Otot yang bertanggung jawab untuk menelan menjadi lumpuh

Ketakutan pasien rabies terhadap air bukan karena fobia psikis, melainkan karena rasa sakit yang menyiksa saat memaksakan diri minum air. Mereka juga tidak bisa menelan saliva atau air liurnya sendiri. Bahkan, rasa sakitnya diibaratkan seperti menelan pecahan kaca!

Mengutip Medi-Call, rasa sakit yang dirasakan pasien rabies saat menelan cairan disebabkan oleh kelumpuhan otot yang bertanggung jawab untuk menelan. Orang yang terkena rabies tidak bisa lagi mengontrol otot tersebut karena otaknya telah "dibajak" oleh virus rabies (RABV).

Karena tidak bisa menelan air, kematian bisa terjadi dengan cepat karena dehidrasi (kekurangan cairan). Jika sudah sampai di tahap hidrofobia, bisa dipastikan 99,9 persen pasien akan meninggal dalam beberapa hari. Walau sudah diberikan cairan melalui infus, tetap tidak akan tertolong.

Hidrofobia adalah karakteristik dari rabies tipe ganas (furious rabies), yang memengaruhi 80 orang yang terinfeksi rabies. Ciri klasik rabies lainnya adalah kesadaran yang berfluktuasi, kondisi mental yang berubah, aerofobia (takut angin atau udara segar), kejang fobia atau inspirasi, dan sinyal stimulasi otonom. Kematian terjadi biasanya 5,7 hari pada pasien yang menunjukkan rabies ganas setelah gejala pertama, mengutip laporan dalam jurnal Clinical Case Reports tahun 2018.

2. Virus rabies memperbanyak diri di kelenjar ludah

ilustrasi virus rabies dilihat di bawah mikroskop (wikimedia.org/Norden, a Smith-Kline Company)

Berdasarkan penelitian yang dipublikasikan dalam The Journal of Veterinary Medical Science pada tahun 2016, virus rabies melakukan replikasi atau memperbanyak diri di kelenjar ludah. Virus memiliki insting dasar untuk mencari inang baru, karena inangnya yang sekarang akan mati dalam beberapa hari.

Itulah mengapa hewan (khususnya anjing) akan menggigit untuk memindahkan virus (melalui air liur) ke inang yang baru, dilansir Science ABC. Inilah yang membuat virus rabies tetap hidup sejak 4.000 tahun yang lalu hingga sekarang.

3. Rabies bisa diatasi dengan vaksinasi

Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa 70 persen anjing dalam populasi harus divaksinasi untuk mencegah wabah rabies. Anjing bisa diberi vaksin rabies sejak usia 12 minggu atau 3 bulan, diikuti dengan vaksin booster setahun kemudian. Setelahnya, vaksin rabies perlu diberikan secara rutin setiap 1–3 tahun sekali.

Manusia yang digigit atau dicakar hewan yang dicurigai rabies pun harus mendapatkan vaksin anti rabies (VAR) di puskesmas atau rumah sakit terdekat. Jangan tunggu sampai gejala muncul, karena pasien rabies tidak akan bisa diselamatkan.

Sudah paham ya kenapa orang yang kena rabies takut air? Walaupun hidrofobia merupakan indikasi kuat untuk rabies, tetapi hanya tes laboratorium yang bisa mengonfirmasi infeksi virus rabies.

Sayangnya, begitu gejala klinis muncul, rabies hampir pasti berakibat fatal dalam beberapa minggu setelah gejala muncul. Jadi, apabila digigit atau dicakar hewan yang dicurigai mengidap rabies, atau hewan tersebut menjilat luka di kulitmu, segera cari pertolongan medis. Jangan menunggu gejala muncul karena bisa berakibat fatal.

Baca Juga: Mengapa Rabies Mematikan? Peringatan di Hari Rabies Sedunia

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya