TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Perbedaan Mpox saat Ini dengan Wabah Tahun 2022

Clade I punya tingkat kematian yang lebih tinggi

ilustrasi penyakit mpox (pixabay.com/Mohamed_hassan)

Intinya Sih...

  • Mpox telah dinyatakan sebagai keadaan darurat kesehatan global oleh WHO.
  • Clade II adalah penyebab wabah pada 2022 yang secara historis beredar di Afrika Barat dan memiliki tingkat kematian yang jauh lebih rendah, yaitu di bawah 1 persen.
  • Sejak 2022 hingga saat ini, kasus mpox yang ditemukan di Indonesia adalah varian clade II.

Pengawas kesehatan Uni Afrika mengumumkan keadaan darurat kesehatan sehubungan dengan meningkatnya wabah mpox (dulunya monkeypox atau cacar monyet) di benua tersebut.

Penyakit menular ini melanda beberapa negara Afrika, terutama Republik Demokratik Kongo (RDK), yang telah menewaskan lebih dari 500 orang.

Kasus mpox juga telah diidentifikasi di lebih dari selusin negara di Afrika, dengan 96 persen di RDK.

Minggu lalu, Swedia mengonfirmasi sebuah kasus varian yang lebih menular dari penyakit ini, pertama kali diidentifikasi di luar Afrika. Kasus lain juga telah dilaporkan di Pakistan.

Di Indonesia, Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) mengumumkan data kasus mpox terbaru. Hingga Sabtu (17/8/2024), terdapat 88 kasus yang telah dikonfirmasi. Kasus ini tersebar di Jakarta (59 kasus), Jawa Barat (13 kasus), Banten (9 kasus), Jawa Timur (3 kasus), Daerah Istimewa Yogyakarta (3 kasus) dan Kepulauan Riau (1 kasus).

Baca Juga: Mpox Bisa Menyebabkan 4 Komplikasi Ini

Ada sub varian baru

Pada tahun 2022, kasus mpox dengan cepat mulai tercatat di seluruh dunia, di mana lebih dari 95.000 kasus menyebabkan lebih dari 150 kematian di 115 negara non endemik.

Ada dua clade utama atau varian dari mpox. Versi clade I telah menyebar secara internasional, yang dimulai pada Januari 2023 di RDK, yang kemudian menular ke-12 negara lain.

Clade I lebih mudah menular dibandingkan dengan clade II, dan bisa menjadi lebih parah, sehingga para ahli penyakit menular khawatir akan penyebaran internasional yang lebih jauh.

Sementara itu, clade II adalah penyebab wabah pada 2022 yang secara historis beredar di Afrika Barat dan memiliki tingkat kematian yang jauh lebih rendah, yaitu di bawah 1 persen.

Sementara virus di Afrika Tengah, clade I, memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi—antara 1 hingga 10 persen dalam berbagai penelitian. Data terbaru dari RDK menunjukkan tingkat kematian sekitar 4 persen. Angka tersebut jauh lebih tinggi daripada wabah 2022.

Fitur penting lainnya dari wabah mpox terkini adalah munculnya sub varian baru, yaitu clade Ib. Sub varian ini memiliki tingkat kematian yang sama (4 persen), tetapi tampaknya menular lebih cepat.

Bagaimana mpox di Indonesia?

Foto tangan pasien mpox yang diambil selama investigasi wabah cacar monyet yang terjadi di Republik Demokratik Kongo (DRC) 1997 (CDC/ Brian W.J. Mahy, BSc, MA, PhD, ScD, DSc, Public domain, via Wikimedia Commons)

Dari 88 kasus mpox yang dikonfirmasi, sebanyak 54 kasus memenuhi kriteria untuk dilakukan whole genome sequencing guna mengetahui varian virusnya.

Dari 54 kasus, dikonfirmasi bahwa seluruhnya berasal dari varian clade IIb. Clade II merupakan wabah mpox pada tahun 2022, yang hingga saat ini fatalitasnya diketahui lebih rendah dan ditularkan sebagian besar dari kontak seksual.

Dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI), Dr. dr. Prasetyadi Mawardi, SPKK (K) mengatakan bahwa varian mpox clade I, baik Ia maupun Ib, belum terdeteksi di Indonesia.

Sejak 2022 hingga saat ini, varian yang ditemukan di Indonesia adalah varian clade II.

Clade I memang menurut refleksi angka fatalitas rate-nya relatif lebih tinggi dibanding clade II. Kemudian varian ini biasanya disebabkan oleh close contact (kontak erat), tidak melulu kontak seksual,” ujarnya dalam sebuah rilis.

Dengan diumumkannya mpox sebagai keadaan darurat kesehatan global oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) baru-baru, bagaimana Indonesia menghadapinya?

Dalam "Real Talk with Uni Lubis: Menkes Ungkap Fakta di Balik Maraknya Kasus Perundungan di PPDS" bersama IDN Times, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan akan mengedukasi masyarakat mengenai mpox.

"Kita akan educate masyarakat lebih banyak mengenai mpox. Ini virus ada dua tipe, I dan II. Yang beredar di sana (Afrika) I yang di kita II. Lebih berbahaya I daripada II. Menularnya lebih banyak lewat kontak seksual. Jadi seharusnya cara menularnya tidak semudah COVID."

"Skriningnya bisa pakai PCR. Kalau misalnya ada gatal-gatal bisa datang ke lab, bisa dites apakah itu mpox atau tidak. Kalau kena, obatnya juga sudah ada," tambahnya.

Vaksin mpox juga sudah ada. Vaksin untuk cacar dapat memberikan perlindungan. 

Siapa pun yang dicurigai terinfeksi mpox dan muncul gejala untuk tidak melakukan manipulasi pada lesi yang ada di kulit, seperti memencet dan menggaruk. Jangan menyentuhnya karena lesi basah maupun kering berpotensi menularkan virus.

Penularan mpox

Ilustrasi virus mpox. (unsplash.com/National Institute of Allergy and Infectious Diseases)

Mpox secara historis menyebar dalam beberapa cara.

Pertama adalah melalui kontak pribadi dan dekat dengan orang yang terinfeksi, seperti kontak kulit ke kulit yang disertai ruam, air liur, atau lendir.

Yang kedua adalah melalui kontak dengan bahan yang terkontaminasi.

Dan, yang ketiga adalah kontak dengan hewan yang terinfeksi, seperti berburu, menjebak atau memasaknya, menyentuh hewan pengerat yang sakit, atau digigit atau dicakar.

Pada tahun 2022, versi clade II yang menyebar secara global (clade IIb) ditularkan terutama melalui kontak seksual, khususnya di antara laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki.

DI RDK baru-baru ini, penyakit akibat clade Ib juga menyebar melalui kontak seksual di kalangan perempuan pekerja seks dan laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki. Penelitian yang belum dipublikasikan atau ditinjau oleh rekan sejawat mengaitkan wabah di kota pertambangan timur di Kongo dengan pekerja seks profesional di bar.

Namun, itu bukan satu-satunya cara penularan virus. Sebagian besar penyebaran penyakit akibat clade I dapat disebabkan oleh paparan terhadap hewan dan penularan dalam rumah tangga, tetapi terbatasnya pengawasan di wilayah di mana virus tersebut berada membuat sulit untuk mengetahuinya secara pasti.

Ada bukti awal bahwa clade Ib memiliki sifat tertentu yang memungkinkannya menyebar lebih mudah dari orang ke orang.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya