TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Bisakah Penderita Skizofrenia Bebas Minum Obat Selamanya?

Mereka umumnya harus rutin berobat dalam waktu yang lama

ilustrasi jadwal minum obat rutin (unsplash.com/Laurynas Mereckas)

Skizofrenia adalah sebuah kelainan jiwa yang serius. Penderita skizofrenia sering mengalami halusinasi dan gangguan pikiran, sampai-sampai mereka sulit membedakan mana hal yang nyata dan tidak. Salah satu jalan keluarnya adalah dengan memberikan obat-obatan kejiwaan.

Yang menjadi pertanyaan bagi orang awam, sampai kapankah penderita skizofrenia harus meminum obatnya? Apakah suatu saat mereka bisa lepas sepenuhnya dari konsumsi obat? Temukan jawabannya melalui uraian di bawah ini, ya!

1. Obat-obatan yang digunakan saat ini hanya bersifat mengontrol gejala

ilustrasi kondisi otak abnormal pada skizofrenia (unsplash.com/Natasha Connell)

Dari penjelasan MayoClinic di tahun 2020, skizofrenia terjadi akibat peningkatan kadar dopamin, sebuah zat di otak yang mengatur fungsi kognitif dan emosi seseorang. Untuk menahan efek dari luapan dopamin otak, pasien skizofrenia harus mengonsumsi obat-obatan skizofrenia (disebut juga sebagai obat antipsikotik).

Tapi obat-obatan ini bukan obat ajaib bagaikan di cerita-cerita fiksi. Berdasarkan Buku Ajar Psikiatri, cara kerja obat antipsikotik adalah menghalangi dopamin supaya tidak memicu aktivitas di bagian otak tertentu. Untuk mengembalikan dopamin ke kadar normal dibutuhkan proses yang panjang.

2. Pengobatan skizofrenia memang membutuhkan waktu yang lama

pengobatan skizofrenia bisa jadi dilakukan seumur hidup (freepik.com/pressfoto)

Menurut Konsensus Penatalaksanaan Gangguan Skizofrenia tahun 2011, pengobatan skizofrenia bisa membutuhkan waktu hingga lima tahun. Bahkan jika sering kambuh, sebagian penderita skizofrenia memerlukan pengobatan itu seumur hidupnya. Biasanya jika gejala mereda setelah tiga bulan pertama, dosis obat dapat diturunkan secara perlahan.

Selain konsumsi obat, penderita skizofrenia juga harus menjalani kontrol rutin dan terapi psikis lain. Salah satunya adalah dengan terapi kognitif perilaku. Terapi ini akan membantu penderitanya untuk membedakan sebuah kejadian bersifat halusinasi atau nyata.

Baca Juga: Skizofrenia Hebefrenik: Saat Perilaku dan Ucapan Tidak Teratur

3. Sepanjang pengobatan, gejala skizofrenia seringkali kambuh

gejala skizofrenia bisa kambuh kapanpun (pexels.com/cottonbro)

Mengutip tulisan dari Everyday Health tahun 2014, hanya 2 dari 10 penderita skizofrenia yang tidak mengalami gejala kambuh. Jadi bisa dibilang, skizofrenia adalah penyakit yang sangat mudah kambuh.  Adanya stres, tidak rutin minum obat, serta kurang dukungan dari orang sekitar diduga menyebabkan gejala skizofrenia menjadi kambuh. 

Kejadian kambuh skizofrenia sangat sulit diprediksi. Menurut BMJ Psychiatry di tahun 2013, penderita skizofrenia bisa mengalami kambuh di fase awal pengobatan maupun seterusnya. Kejadian kambuh bahkan masih mungkin terjadi pasca dua tahun berobat.

4. Pasien seringkali putus berobat karena efek samping obat yang berat

efek samping dari obat antipsikotik juga tergolong berat (unsplash.com/Ryan Snaadt)

Dalam tulisan BMJ psychiatry yang berjudul "The nature of relapse in schizophrenia", putus berobat adalah salah satu penyebab kambuh yang paling sering ditemui. Mungkin sebagian penderitanya kurang memahami penyakit ini, sehingga hanya minum obat jika dirasa perlu.

Tapi bagi sebagian orang, efek samping obat antipsikotik tidak main-main. Banyak yang tidak melanjutkan pengobatan karena tidak sanggup menahan efek sampingnya, seperti gerakan tubuh tidak terkontrol, badan kaku, gelisah, mengantuk dan berat badan naik.

Inilah dilema yang dihadapi pasien skizofrenia. Jika mereka tidak minum obat, gejala halusinasi yang mereka alami bisa memburuk. Sebaliknya meskipun berusaha minum obat rutin, mereka harus siap menghadapi efek samping dari obat antipsikotik.

5. Kenyataannya saat ini, panduan pengobatan skizofrenia masih bersifat seumur hidup

minum obat seumur hidup bukanlah hal yang mudah (unsplash.com/Michael Heuss)

Ada banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengobatan skizofrenia. Pertama, pasien harus patuh berobat sambil menahan efek samping yang berat. Kedua, tidak ada jaminan seratus persen bahwa gejala kambuh meski sudah minum obat rutin.

Dengan alasan tersebut, kebanyakan psikiater masih meragukan keputusan menghentikan obat bagi pasien skizofrenia. Menurut jurnal Frontiers in Psychiatry yang terbit tahun 2021, penghentian obat mendadak justru memicu kambuhnya halusinasi pada penderita skizofrenia.

Dalam survey yang dibuat Journal of Psychopharmacology di tahun 2019, kebanyakan psikiater menganggap konsep penghentian obat selamanya ini belum memiliki bukti yang kuat dan justru bisa membahayakan pasien dan orang sekitarnya.

Baca Juga: 5 Jenis Skizofrenia yang Harus Kamu Kenali, Yuk Disimak!

Verified Writer

Leonaldo Lukito

Berbagi Pikiran dan Rasa melalui Padanan Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya