TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Presiden AS Donald Trump Diberi Dexamethasone, Bagaimana Kondisinya?

Obat itu umumnya diberikan ke pasien yang kondisinya kritis

Presiden AS, Donald J. Trump (instagram.com/@realdonaldtrump)

Setelah mengumumkan bahwa dirinya dan sang istri positif COVID-19, kondisi Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dilaporkan naik turun. Pada Kamis (1/10/2020), dokter Gedung Putih Dr. Sean Conley mengatakan bahwa Trump hanya mengalami gejala ringan. Namun, pada hari Jumat (2/10/2020), sang presiden disebut mengalami demam tinggi dan kadar oksigennya menurun hingga 94 persen, seperti dilaporkan CNN.

Laki-laki berusia 74 tahun tersebut juga diberi obat remdesivir dan dexamethasone yang biasa dipakai untuk pasien bergejala berat. Hal ini pun mengundang berbagai spekulasi di kalangan masyarakat. Banyak yang curiga kondisi Trump memburuk atau bahkan kritis. Berikut ini sejumlah alasan yang mendukung spekulasi Presiden AS Donald Trump kritis.

1. Mendapatkan pertolongan oksigen

freepik.com

Salah satu gejala umum pasien COVID-19 adalah menurunnya saturasi oksigen dalam darah yang dalam kondisi normal bisa setinggi 95 persen. Sementara, oksigen dalam darah Trump sempat menurun hingga 94 persen seperti dilaporkan oleh Dr. Conley. Ketika kondisi tersebut terjadi, Trump langsung mendapatkan pertolongan oksigen walaupun ia tidak mengalami sesak napas. 

"Dan setelah sekitar semenit dengan hanya dua liter oksigen, tingkat saturasinya kembali ke 95 persen. Dia tetap seperti itu selama kurang lebih satu jam," kata Dr. Conley dikutip dari CNN

2. Diberikan obat remdesivir

ctfassets.net

Selanjutnya, Trump juga diberikan remdesivir untuk lima hari. Apa itu remdesivir dan kegunaannya terhadap pasien COVID-19?

Merupakan obat pertama yang disetujui untuk penanganan COVID-19, remdesivir biasanya disuntikkan melalui intravena. Menurut instruksi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA), obat ini hanya diberikan untuk pasien yang menggunakan ventilator atau butuh pertolongan oksigen. Sebab, remdesivir bisa memengaruhi kinerja hati dan ginjal. 

Walaupun begitu, remdesivir terbukti mampu mempersingkat pemulihan pasien. Mereka yang mengonsumsi obat tersebut akan pulih dalam kurun waktu 11 hari, lebih cepat daripada pasien yang hanya mendapatkan perawatan standar. 

3. Diberi obat dexamethasone

onmanorama.com

Bukan hanya remdesivir, Trump juga dilaporkan menerima obat dexamethasone sejak hari Minggu (4/10/2020). Menurut petunjuk dari National Institutes of Health, obat tersebut seharusnya dipakai untuk pasien yang bergantung pada ventilator atau membutuhkan pertolongan oksigen. 

Dexamethasone memang obat yang harus digunakan secara hati-hati dan sebaiknya hanya di saat-saat genting. Sebab, obat tersebut bekerja dengan cara menekan sistem imun yang bereaksi berlebihan terhadap virus. Dilansir STAT News, hal ini bisa mendatangkan manfaat dan mudarat sekaligus. 

"Kamu tidak akan ingin untuk memberikannya kepada pasien terlalu dini. Ini adalah obat yang keras, yang bisa menekan respons imun yang baik dan jahat sekaligus," kata direktur medis Boston Medical Center's Special Pathogens Unit, Nahid Bhadelia kepada STAT News.

Dexamethasone bahkan bisa menimbulkan efek yang tidak diinginkan terhadap pasien bergejala ringan. Agar lebih aman, obat tersebut biasa diberikan pada pasien di hari ke-7 setelah infeksi. Sementara, Trump baru memasuki hari ke-5, per Senin (5/10/2020)

Inilah yang semakin memperkuat kecurigaan tenaga medis, media, dan masyarakat luas. Menurut laporan CNN, ini bukanlah tindakan untuk pasien bergejala ringan seperti klaim pihak Gedung Putih tentang kondisi Trump. 

4. Mendapatkan terapi antibodi

sciencenewsforstudents.org

Juga melansir CNN, tindakan medis lain yang didapatkan Trump untuk memulihkan kondisinya adalah terapi antibodi dari perusahaan bernama Regeneron. Perusahaan tersebut berhasil menyalin dua protein antibodi yang bisa menetralisasi SARS-CoV-2, virus corona strain baru penyebab COVID-19, di dalam tubuh pasien. 

Terapi ini belum mendapatkan persetujuan dari FDA. Belum ada keterangan lebih lanjut mengenai anjuran pemakaiannya. Namun, menurut uji klinis, terapi Regeneron terbukti aman, bisa mengurangi jumlah virus, dan mengatasi gejala yang timbul. 

Baca Juga: Trump Positif COVID-19, Seberapa Serius Risikonya Alami Gejala Berat?

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya