TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kardiomiopati Restriktif: Penyebab, Gejala, dan Pengobatan

Merupakan jenis kardiomiopati yang paling langka

ilustrasi kardiomiopati restriktif (pexels.com/RODNAE Productions)

Kardiomiopati restriktif atau restrictive cardiomyopathy adalah kondisi ketika dinding bilik bawah jantung (ventrikel) kaku secara tidak normal dan kurang fleksibel untuk mengembang ketika ventrikel terisi darah. 

Fungsi pemompaan atau sistolik ventrikel kemungkinan normal, tetapi fungsi diastolik (kemampuan jantung untuk mengisi darah) tidak normal. Oleh karena itu, ventrikel lebih susah untuk diisi dengan darah, dan seiring waktu jantung kehilangan kemampuan untuk memompa darah dengan benar sehingga mengakibatkan gagal jantung.

Dilansir Verywell Health, kardiomiopati restriktif merupakan bentuk paling langka dari kardiomiopati (istilah medis untuk setiap penyakit otot jantung). Angka kejadiannya 5 persen dari seluruh dari kasus kardiomiopati dan sebagian besar memengaruhi lansia.

1. Jenis

ilustrasi kardiomiopati restriktif (medbooksvn.org)

Kardiomiopati restriktif berkembang sebagai akibat dari jaringan parut atau jaringan abnormal lainnya yang menggantikan jaringan sehat, mengakibatkan ventrikel jantung menjadi kaku dan tidak bisa menerima aliran darah.

Ada dua jenis kardiomiopati restriktif, yaitu primer dan sekunder. Kardiomiopati restriktif primer mengacu pada kondisi ketika penyakit berkembang secara independen dari faktor-faktor yang mendasarinya. Contoh kardiomiopati restriktif primer meliputi:

  • Fibrosis endomiokardial.
  • Endokarditis Loffler.
  • Kardiomiopati restriktif idiopatik.

Kardiomiopati restriktif sekunder terjadi sebagai akibat dari penyakit lain yang mengganggu fungsi normal dari otot jantung sehingga mengurangi elastisitasnya, dan membatasi kemampuan ventrikel untuk mengisi darah. Terdapat dua kategori penyakit seperti itu, yaitu:

  • Penyakit infiltratif, artinya penyakit radang yang menyebar ke organ tubuh seperti amiloidosis, sarkoidosis, dan karditis radiasi.
  • Gangguan penyimpanan, seperti hemokromatosis, gangguan penyimpanan glikogen, dan penyakit Fabry.

2. Penyebab

ilustrasi kardiomiopati restriktif (pexels.com/SHVETS production)

Kardiomiopati restriktif terjadi saat otot jantung menjadi kaku, mencegahnya dari relaksasi penuh selama fase diastolik dari siklus jantung (periode antara detak jantung saat jantung harus mengembang untuk diisi dengan darah).

Hal ini mengakibatkan ventrikel jantung kesulitan untuk diisi secara memadai dan menyebabkan atrium membesar karena harus bekerja lebih keras dari biasanya. Ukuran dan fungsi sistolik ventrikel biasanya tetap normal atau mendekati normal, setidaknya hingga penyakit ini berada pada stadium lanjut.

Penyebab otot jantung menjadi kaku tidak sepenuhnya diketahui. Kondisi ini tidak berhubungan dengan penyakit arteri koroner, tetapi sejumlah kondisi terkait dengan kardiomiopati restriktif. Ini meliputi:

  • Sarkoidosis: Kondisi langka ketika kelompok sel kekebalan membentuk benjolan (granuloma), di organ dalam tubuh. Ini paling sering memengaruhi paru-paru dan kelenjar getah bening di dada, tetapi bisa berdampak langsung ke jantung.
  • Hemokromatosis: Penyakit yang ditandai dengan akumulasi kelebihan zat besi dalam tubuh. Zat besi yang tidak diperlukan bersifat racun dan bisa mengakibatkan kerusakan organ.
  • Amiloidosis: Kondisi ketika protein abnormal menumpuk di organ tubuh, termasuk jantung.
  • Gangguan jaringan ikat: Misalnya skleroderma. 
  • Perawatan kanker tertentu: Termasuk radiasi dan kemoterapi.
  • Gangguan penyimpanan: Seperti penyakit Gaucher. 

Baca Juga: Kardiomiopati Dilatasi: Penyebab, Gejala, Komplikasi, Pengobatan

3. Gejala

ilustrasi kardiomiopati restriktif (pexels.com/Vlada Karpovich)

Banyak orang dengan kardiomiopati restriktif tidak memiliki gejala atau gejalnya ringan sehingga bisa menjalani kehidupan dengan normal. Namun, beberapa orang bisa mengalami gejala yang berkembang seiring memburuknya fungsi jantung.

Gejala terjadi pada semua usia dan kemungkinan termasuk:

  • Sesak napas (pada awalnya saat olahraga, tetapi seiring waktu terjadi ketika istirahat).
  • Kelelahan (merasa sangat lelah).
  • Pembengkakan pada tungkai dan kaki. 
  • Penambahan berat badan.
  • Ketidakmampuan untuk berolahraga. 
  • Mual, kembung, dan nafsu makan yang buruk (berhubungan dengan retensi cairan).
  • Palpitasi (dada berdebar karena irama jantung yang tidak normal).

Gejala kardiomiopati restriktif yang kurang umum yaitu meliputi:

  • Pingsan (disebabkan oleh irama jantung yang tidak teratur, respons abnormal dari pembuluh darah selama latihan, atau tidak ada penyebab yang bisa ditemukan). 
  • Nyeri atau tekanan dada (biasanya terjadi dengan olahraga atau aktivitas fisik, namun juga bisa terjadi dengan istirahat atau sesudah makan).

4. Diagnosis

ilustrasi dokter membuat diagnosis (aarp.org)

Dokter bisa mendeteksi kardiomiopati restriktif dengan melakukan pemeriksaan fisik, riwayat kesehatan, dan tes diagnostik. Ekokardiogram merupakan tes standar untuk mengonfirmasi kardiomiopati restriktif. Tes ini menunjukkan kelainan diastolik dan bukti darah tidak mengisi ventrikel dengan benar.

Tes lain yang bisa digunakan untuk mendiagnosis dan mengevaluasi kardiomiopati restriktif meliputi:

  • Elektrokardiogram.
  • Rontgen dada.
  • Latihan tes stres. 
  • Kateterisasi jantung.
  • CT scan
  • MRI. 
  • Pemindaian jantung nuklir, seperti pemindaian multiple gated acquisiton (MUGA), untuk mengevaluasi fungsi jantung.
  • Tes darah untuk membantu menentukan jenis kardiomiopati restriktif yang dimiliki pasien.

Dalam kasus yang jarang, dokter akan memesan biopsi jantung, yang bisa membantu membuat diagnosis saat ada penyakit infiltratif (seperti sarkoidosis) atau gangguan penyimpanan.

Baca Juga: Kardiomiopati Hipertrofi: Gejala, Penyebab, Komplikasi, dan Perawatan

Verified Writer

Eliza Ustman

'Menulislah dengan hati, maka kamu akan mendapatkan apresiasi yang lebih berarti'

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya